CHAPTER X

619 113 20
                                    

Langit terlihat cerah ketika Sicheng membuka mata, namun udara masih terasa dingin. Sicheng memutuskan untuk kembali tidur, ia mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Yuta, lalu memeluk pria tampan itu guna menghangatkan tubuhnya.

Ya, mereka tidur bersama setelah puas berciuman—tanpa melakukan kegiatan lain, catat itu. Lagipula terlalu beresiko, mereka masih berada di negeri Gerania, apa jadinya jika rakyat, atau lebih parahnya raja dan ratu melihat tanda kemerahan di leher Sicheng?

"Sudah pagi ya?" Yuta terbangun akibat pergerakannya tertahan. Suaranya terdengar serak saat bertanya, suara khas orang baru bangun tidur.

"Uhm, dan aku masih mengantuk." Layaknya anak kucing Sicheng mendusal di dada Yuta. Pagi ini ia tiba-tiba menjadi sangat manja, seakan ia dan Yuta telah menjalin hubungan bertahun-tahun.

Yuta tertawa gemas melihat tingkah Sicheng, tanpa ragu ia menghadiahi pria cantik itu ciuman singkat di dahi. Tentu ia sangat ingin berduaan bersama Sicheng lebih lama, tapi mengingat ia dan Sicheng sama-sama pria, Yuta memilih untuk bangun. Akan bahaya jika ada salah satu warga yang bertamu tanpa mengetuk pintu.

Kesal karena Yuta hendak meninggalkannya, Sicheng ikut bangun dan melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Yuta. Ia menenggelamkan wajahnya pada leher Yuta, membuat pria tampan itu berdecak karena lagi-lagi pergerakannya tertahan.

"Tidak Sicheng, jangan seperti ini." Tegur Yuta dengan nada lembut.

Teguran tersebut membuat Sicheng melonggarkan pelukannya, ia menatap Yuta dengan tatapan sendu. "Apa sekarang kau membiarkan otakmu menang? Ah, tak apa. Lagipula hubungan kita memang tidak normal."

Yuta tersenyum. "Bukan begitu. Jika kau disini terlalu lama, orang-orang di kerajaan pasti akan mencarimu. Lagipula kau harus mandi, agar tubuh mulusmu mendapat perawatan yang sangat mewah dari para pelayan." Ucapnya yang membuat Sicheng tertawa.

"Aku akan kembali setelah mandi dan sarapan." Setelah mengatakan itu Sicheng menghadiahi bibir Yuta sebuah ciuman singkat. Dengan tersipu ia bersiap meninggalkan rumah Yuta.

Hal ini membuat Yuta tersenyum seraya menatap kepergian Sicheng. Bagaimana kewarasannya bisa kembali? Sementara berulang kali Sicheng membuatnya semakin jatuh ke dalam pesonanya. Sampai kapanpun Yuta tidak akan mengubah keputusannya, ia tidak akan pernah mencari seorang wanita.

Meskipun Yuta tau keputusannya salah, tapi selama belum ada yang mengetahui, ia tidak peduli. Ia sudah sangat mencintai Sicheng.

.

.

Sesuai dengan ucapannya tadi, Sicheng kembali menemui Yuta. Ia dan pria tampan itu kini sedang berjalan-jalan di sepanjang sungai Clavartine, sungai kedua di Gerania yang jarang digunakan penduduk untuk melakukan kegiatan sehari-hari mereka. Kebanyakan anak-anak lah yang menggunakan sungai tersebut untuk mandi. Oleh karena itu airnya masih terlihat jernih.

"Andai aku terlahir menjadi wanita, kita tidak akan menjalin hubungan diam-diam." Sicheng menatap Yuta dengan sendu. Sungguh, ia ingin sekali melakukan interaksi manis bersama Yuta di sungai ini. Terlebih sungai Clavartine terlihat indah karena dipenuhi beberapa bunga yang cantik.

Yuta melihat ke sekeliling arah, setelah memastikan keadaan sepi, ia mengarahkan kepala Sicheng untuk bersandar pada bahunya. Kalaupun ada teknologi canggih yang bisa mengubah kelamin, ia tidak akan mengizinkan Sicheng menjadi seorang wanita. Demi apapun! Sicheng lebih cantik dalam keadaan seperti ini—seorang pria.

"Andai aku rajanya, aku akan mengizinkan rakyatku menjalin hubungan tanpa memandang jenis kelamin." Ya, Yuta lebih berharap jika yang mulia raja Yifan merestui hubungannya dengan Sicheng.

Rules Number II •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang