CHAPTER IX

623 122 18
                                    

Victoria tersenyum saat mendapati putranya sedang asik dengan alat merajut. Daripada heran mengapa putranya mengerjakan pekerjaan wanita, ia justru penasaran siapa yang telah mengajari putranya itu.

"Siapa yang telah mengajarimu merajut hm?" Victoria tertawa dan duduk disamping Sicheng. Beberapa benang masih ada yang keluar, sungguh hasil yang berantakan.

Kehadiran ibunya membuat Sicheng tersipu. "Para wanita yang ada di desa itu—kebanyakan dari mereka sudah memiliki anak."

Victoria mengangguk paham. "Selain itu apa saja yang kau lakukan disana? Khususnya dengan pemuda bernama Yuta itu. Ibu lihat kau sepertinya sangat akrab dengannya." Tidak ada rasa curiga dalam diri Victoria, ia justru senang melihat putranya mempunyai teman selain Lucas.

Hal ini membuat Sicheng semakin tersipu, bibirnya berkedut karena berusaha menahan senyum. Tentu ada banyak hal yang ia lakukan bersama pria tampan itu. Mulai dari memancing hingga kejadian yang ia lakukan bersama Yuta di telaga.

"Ya, aku sangat akrab dengannya. Selama disana aku melakukan banyak hal menyenangkan bersama Yuta, aku bisa merasakan kehidupan bebas selama beberapa minggu!" Seru Sicheng dengan wajah berbinar. Ia tidak akan menceritakan secara detail apa saja kegiatan itu, biarlah hal itu menjadi rahasia.

Mendengar jawaban putranya membuat Victoria cemas. Sejak kecil putranya ini sangat benci dengan peraturan kerajaan, berulang kali Sicheng melanggar peraturan yang telah dibuat. Ia memikirkan bagaimana saat Sicheng menggantikan suaminya nanti, apakah kerajaan terkendali atau sebaliknya?

"Ibu senang—mendengarnya. Setidaknya kau memiliki waktu bebas yang cukup sebelum dinobatkan sebagai raja nanti." Ucap Victoria diakhiri dengan senyuman tipis.

Raja ya? Oh, kedudukan itu membuat Sicheng menggerutu dalam hati. Ia bisa melihat betapa ayahnya sangat sibuk dengan kegiatan kerajaan, mulai dari beramal hingga mengatur kehidupan rakyat agar tetap makmur dan rukun.

Tentu kedudukan itu membuat Sicheng tidak bisa keluar kerajaan dengan mudah. Ia benci menjadi anggota kerajaan dan menyukai kebebasan, terkadang ia protes kenapa takdir menghadirkannya di keluarga kerajaan bukannya sebagai rakyat jelata.

"Apa sekarang aku masih bisa keluar?" Tanya Sicheng penuh harap.

"Tentu saja." Jawab Victoria mengizinkan. Ya, itu memang peraturan kerajaan. Selama belum menjadi raja, maka putranya bebas bepergian. Tapi dengan catatan sedang tidak ada dari tugas kerajaan.

Sicheng tersenyum lebar dan meletakkan rajutannya. "Kalau begitu aku ingin menemui Yuta."

Setelah berpamitan dengan ibunya, Sicheng mengambil kudanya di halaman belakang dengan semangat. Ia tidak tau apa yang terjadi pada dirinya, namun setiap bersama Yuta, ia selalu merasa nyaman.

---

Sicheng tiba di sebuah lapangan yang kini terdapat rumah di tengahnya. Ia turun dari kudanya dan mendekati rumah yang dibangun oleh para ahli bangunan dalam waktu beberapa minggu tersebut.

Tok Tok Tok

"Keluarlah Tuan! Atau aku akan mengambil seluruh hartamu!" Seru Sicheng layaknya seorang perampok.

Tak lama kemudian pintu pun terbuka, Yuta muncul dengan tertawa geli. "Wajahmu tidak pantas menjadi perampok Tuan.. Cantik."

Walaupun suara Yuta terdengar pelan, namun panggilan tersebut berhasil membuat Sicheng tersipu. Bahkan ia sendiri tidak mengerti kenapa bisa seperti ini. Oh ayolah, yang namanya pangeran—bahkan pria biasa sekalipun pastinya akan protes jika ada yang menyebut mereka cantik.

Rules Number II •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang