CHAPTER XXIII

1.1K 129 59
                                    

9 month later..

Tepat tengah malam, Yuta belum juga tidur. Kantung mata sudah terlihat jelas di kedua mata raja baru itu, sejak tadi pagi ia sibuk menyambut tamu dari berbagai daerah. Salah satunya adalah para penduduk di desa nelayan.

Ya, sejak dinobatkan sebagai raja 3 bulan yang lalu, beberapa hari setelahnya Yuta mengclaim jika ia akan bertanggung jawab pada dua daerah; pertama Gerania, dan yang kedua adalah desa aslinya. Tentu mereka semua tidak dapat pindah ke Gerania, alasannya sudah pasti tidak cukup tempat untuk membangun puluhan rumah.

Dan ya, jangan lupakan tentang anaknya yang akan lahir. Itu sebabnya Yuta harus melayani ribuan tamu sejak pagi, mereka semua membawa hadiah untuk sang putri yang sebentar lagi akan lahir! 

"Sudah ku bilang anakku perempuan.." Yuta mengeluh dengan suara lemas. Saat ini ia benar-benar mengantuk, tapi karena saking penasarannya dengan isi dibalik semua hadiah tersebut, Yuta mengurungkan niatnya untuk tidur.

Ternyata isinya tak jauh dari baju ataupun mainan. Tapi yang menjadi masalah adalah warnanya—lebih banyak biru dan kuning! Yang benar saja, dua warna itu tidak cocok untuk putrinya. Menurut Yuta anak perempuan identik dengan warna pink.

Lalu bagaimana ia tau jika anaknya dan Sicheng berjenis kelamin perempuan? Tentu saja dari tabib. Katanya, jenis kelamin seorang bayi yang masih dalam kandungan dapat ditebak dari wajah ibunya. Jika sang ibu semakin cantik, maka anaknya perempuan, begitu juga sebaliknya. Dan selama 9 bulan ini Sicheng semakin terlihat menawan di mata Yuta.

"Warna biru tidak masalah nak. Menurut ibu, putri kalian cocok-cocok saja dengan semua warna." Ucap Victoria memberikan pendapatnya.

Yifan pun menyetujui pendapat istrinya. "Apalagi warna kuning. Oh, cucuku pasti akan semakin manis!" Ia ikut memberi pendapat. Sangat berbeda dengan 9 bulan yang lalu, kini Yifan begitu semangat menanti cucunya yang akan segera lahir.

"Haahh.. Jika yang lahir ternyata laki-laki, buat saja lagi sampai kau mendapat anak perempuan. Gampang kan?" Celetuk paman Jiro kesal.

Seketika kantuk Yuta menghilang—berganti dengan keterkejutannya setelah mendengar ucapan pamannya. Ia menggaruk tengkuk disertai tawa kikuk, bagaimana ya, sebenarnya mudah saja untuk membuat, tapi Yuta lebih memikirkan ketika benihnya sudah jadi nanti.

Ia tidak tega melihat Sicheng membawa anak mereka di perutnya selama 9 bulan. Terbilang waktu yang cukup lama, belum lagi berbagai keluhan yang Sicheng alami di trimester terakhir, membuat Yuta berpikir 2x untuk membuat anak kedua.

"Tidak paman, satu saja sudah cukup." Tolak Yuta disertai cengiran lebar.

"Hahahaha! Baiklah nak, kita akhiri pembicaraan ini. Sicheng pasti sudah menunggumu di kamar." Ucap Yifan setengah khawatir. Menantunya sudah terlihat sangat lelah, ia takut jika Yuta jatuh sakit tepat di hari kelahiran cucunya.

Yuta hanya bisa mengangguk, bahkan ia berulang kali menutup mulutnya menggunakan satu tangan karena menguap. Ia pamit dan berjalan menuju kamarnya dan Sicheng. Besok atau dua hari lagi, putrinya yang sudah lama dinanti akan berada dalam gendongannya.

Setibanya di kamar, Yuta disuguhkan oleh Sicheng yang sedang berjalan mengitari kamar. Tidak tau apa tujuan istrinya melakukan itu, yang jelas ia dibuat khawatir! Belakangan ini Sicheng sering mengeluh pegal pada pinggul serta kakinya, ia tidak mau Sicheng merasakan hal itu lagi.

Rules Number II •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang