CHAPTER XIX

631 103 83
                                    

Sarapan kali ini berbeda dari biasanya. Hanya Sicheng yang tidak hadir di ruang makan tersebut, sampai saat ini kondisinya belum juga membaik. Ia hanya meminum teh herbal sampai tabib datang diatas jam 8 nanti.

Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut kedua mertuanya, hal ini membuat Chengxiao sungkan untuk berbicara. Entahlah, ia rasa hal ini harus dibicarakan. Perasaannya mengatakan jika ada kabar bahagia dibalik sakitnya sang suami.

"Ada apa nak? Kenapa wajahmu seperti itu?" Victoria dibuat heran dengan wajah menantunya yang terlihat aneh. Di situasi seperti ini menantunya itu justru memasang wajah bahagia yang tertahan.

Pada akhirnya Chengxiao tidak dapat menahan senyumnya. "Ibu, ayah.. Aku rasa.. Aku hamil." Ucapnya dengan suara pelan. Ia tertunduk malu setelah mengatakan hal tersebut.

Hal ini membuat Yifan dan Victoria membelalak tak percaya. Jelas kedua wajah mereka menunjukkan ekspresi yang berbeda, Victoria tak percaya bercampur bahagia sementara Yifan—tidak percaya dalam artian yang sebenarnya. Tidak mungkin menantunya itu hamil! Walaupun sang menantu sudah pernah bersetubuh dengan putranya, tapi ia tidak percaya akan secepat itu.

Bukannya Yifan tidak mau cucu, justru ia lah orang yang paling mendambakan seorang cucu di kerajaan ini. Tapi di situasi seperti ini, saat putranya sedang sakit, ia justru berpikir hal aneh. Ia yakin sesuatu tak beres sedang terjadi pada putranya, sebab selama ini Sicheng tidak pernah sakit separah ini.

"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu nak?" Kini giliran Yifan yang bertanya. Bahkan belakangan ini ia tidak melihat menantunya menunjukkan tanda-tanda kehamilan.

"K-kata ibuku, jika seorang istri hamil tapi sang suami yang merasakan gejalanya, itu tandanya dia sangat sayang dengan istrinya. Bisa saja suamiku juga seperti itu, dia sangat mencintaiku, tapi tidak pernah menunjukkannya karena gengsi." Wajah Chengxiao semakin memerah. Jika ucapannya benar, ia akan menjadi salah satu wanita beruntung di dunia!

Berbeda dengan Yifan, ia masih diam dan hanya bisa memperhatikan istri serta menantunya yang sedang berbahagia. Menurutnya hal ini sedikit tidak masuk akal, sungguh, ia semakin dibuat cemas dengan kondisi putranya. Yifan berharap waktu berjalan cepat, sehingga ia bisa mengetahui apa yang sedang terjadi pada putranya.

"Tapi jangan senang dulu.. Kita harus menunggu tabib untuk memastikannya." Senyum di wajah Victoria luntur, berganti dengan wajah serius. Ia hanya tidak mau dibuat jatuh karena berekspetasi terlalu tinggi.

"Uhm! Ibu benar. Tapi semoga saja aku memang sedang mengandung cucu kalian." Ucap Chengxiao penuh harap. Ia sudah tak sabar melihat anaknya dan sang suami tumbuh di perut dan lahir ke dunia.

---

Tubuh Sicheng benar-benar lemas, ia harus mengambil libur lagi untuk beberapa hari. Mualnya semakin bertambah, membuat tidak ada satu makanan pun yang berhasil ia telan pagi ini. Semuanya berakhir dimuntahkan, hingga membuat tenggorokan Sicheng terasa sakit.

Tapi hal ini tidak akan bertahan lama, karena sebentar lagi tabib akan datang. Hal ini membuat jantung Sicheng berdebar kencang, ia dilanda takut sekaligus senang. Takutnya adalah saat tabib mengatakan kondisinya nanti, Sicheng hanya bisa berdoa gejala yang sedang dialaminya hanya masuk angin.

"Selamat pagiiii. Bagaimana keadaanmu?" Sapa Chengxiao riang ketika memasuki kamar. Tak lupa ia membuka tirai, lalu tersenyum saat kereta yang membawa seorang tabib memasuki kerajaan.

Alis Sicheng mengerut. Aneh, padahal kemarin istrinya ini begitu khawatir padanya. "Buruk. Aku ingin makan.. Tapi perutku masih mual." Keluhnya seraya sesekali menatap Chengxiao, membuat alisnya semakin mengerut. Ada apa dengan gadis ini? Tidak lucu jika Chengxiao senang melihatnya menderita.

Rules Number II •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang