CHAPTER XIV

512 96 24
                                    

Chengxiao menatap pantulan dirinya di cermin disertai senyuman anggun. Di belakangnya terdapat para pelayan yang tengah menata rambutnya menjadi bentuk bun.

Hari ini adalah hari dimana Chengxiao mengunjungi kerajaan Gerania untuk yang kedua kalinya, ia akan melakukan masa pendekatan dengan calon suaminya—Sicheng, yang kini telah berganti kedudukan menjadi seorang raja. Jadi ia harus tampil lebih cantik dan anggun dari biasanya, agar calon suaminya itu lebih mudah jatuh hati padanya.

"Penampilan anda sangat menawan tuan putri." Puji salah satu pelayan setelah ia selesai menata rambut Chengxiao. 

"Kau benar Karin. Aku yakin ketika raja Sicheng melihat anda, dia pasti langsung terpesona!" Balas pelayan lainnya dengan nada semangat.

Mendengar pujian dari para pelayannya membuat Chengxiao tersenyum malu. Ah, ia berharap hal itu benar-benar terjadi. Karena saat di pesta penobatan kemarin, calon suaminya itu masih bersikap dingin padanya.

Tentu sikap dingin itu membuat Chengxiao sedih. Kepalanya sama sekali tidak bisa berpikir positif, ia takut jika Sicheng tidak menyukainya. Memiliki kesempatan untuk menikah dengan salah satu pangeran terhebat di dunia adalah impian Chengxiao sejak lama. Jujur, ia sedikit tidak rela jika apa yang dipikirannya ternyata benar.

Bagaimana jika Sicheng memang tidak menyukainya? Oh, ia sudah pasti mengalami patah hati saat Sicheng menikah dengan putri dari kerajaan lain.

"Ya, semoga saja." Balas Chengxiao disertai senyuman kecil.

Menyadari adanya gurat kesedihan di mata Chengxiao membuat Karin mengusap punggung sang putri. "Jangan berpikir yang aneh-aneh tuan putri, aku yakin raja Sicheng akan membukakan hatinya untukmu." Ucapnya disertai senyuman.

"Uhm, terima kasih karena sudah menenangkanku Karin." Kali ini Chengxiao menjadi lebih tenang. Ia mencoba berpikir positif, mungkin saja di hari-hari sebelumnya calon suaminya itu masih merasa canggung, itu sebabnya ia bersikap dingin.

"Sama-sama tuan putri."

---

Hari ini terasa sangat berat bagi Sicheng. Tugas-tugasnya sebagai seorang raja seakan beban bagi Sicheng, dan ia sangat membenci hal itu. Tapi tidak masalah, ia masih bisa menerima hal tersebut, tapi tidak dengan yang satu ini—masa pendekatan yang akan ia lakukan dengan Chengxiao.

Sungguh, sampai kapanpun ia tidak akan mencintai putri dari Arkindlar itu! Kalaupun iya, mungkin hanya sebatas rasa sayang sebagai adik, tidak lebih. Hati Sicheng sudah melekat pada Yuta, walaupun itu tidak normal, tapi ia akan terus mencintai pria tampan itu hingga maut menjemput.

"Selamat pagi yang mulia."

"Selamat pagi juga."

Diluar kamar terdengar suara ibunya yang membalas sapaan para pelayan yang baru saja keluar dari kamarnya. Sicheng berdiri dari meja rias, ketika ia berbalik pintu kamar telah dibuka oleh ibunya. Dari raut wajahnya, sepertinya sang ibu ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting.

"Apalagi yang ingin ibu katakan?" Tanya Sicheng lelah. Sejak kedatangan Chengxiao kemari, ia selalu diberi nasehat oleh ibunya. Hal itu membuat selalu membuat Sicheng memutar bola mata saat mendengarnya.

"Hal yang sangat penting tentunya. Tolong Sicheng—ibu meminta dengan sangat padamu, cobalah untuk bersikap ramah pada putri Chengxiao. Jika kau memang belum menyukainya, setidaknya jangan bersikap dingin." Pinta Victoria dengan wajah frustasi.

Rules Number II •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang