CHAPTER V

691 127 22
                                    

Mendengar kabar tentang hilangnya sang putra membuat Yifan marah, tentu ia menyalahkan Jaehyun atas kejadian ini. Karena ia sangat mempercayai Jaehyun untuk menjaga putranya, dan sekarang putra semata wayangnya—pewaris satu-satunya yang Yifan miliki, telah hilang!

Sementara Jaehyun hanya bisa menundukkan kepala saat sang paman meluapkan amarah padanya. Ia mengaku jika dirinya salah, sangat salah. Seharusnya ia sesekali menengok ke belakang untuk melihat keadaan sepupunya itu.

Tapi apa boleh buat? Hujan lebat membuat Jaehyun sedikit egois, ia ingin cepat-cepat sampai di kerajaan. Namun keegoisan itulah yang membuatnya menyesal, sedikit lagi ia sampai di kerajaan Gerania, dan saat menoleh ke belakang lah Jaehyun panik. Sicheng tidak berada di belakangnya.

Hari itu Jaehyun dihadapkan dengan 2 pilihan, antara harus mencari Sicheng atau tetap pergi ke kerajaan Gerania. Karena keadaan semakin tidak kondusif, maka Jaehyun memilih pilihan yang kedua. Bayangkan saja jika ia memilih yang pertama, jika ia bernasib sama seperti Sicheng, entah itu tergelincir atau terbawa arus, siapa yang akan mengabarkan hal ini pada sang paman?

"Haahh.. Aku.. Aku jadi bingung harus menyalahkan siapa! Anak itu juga keras kepala—oh tuhan! Siapa yang akan menjadi pewaris Gerania selanjutnya?" Yifan menutup wajahnya menggunakan kedua tangan, ia frustasi.

Keduanya sama-sama salah, baik Jaehyun ataupun Sicheng! Salah Sicheng adalah, ia sangat keras kepala. Sicheng lebih mementingkan egonya, ia lebih memikirkan waktu bebasnya daripada keselamatan dirinya.

Jika sudah begini, raja dan ratu Gerania dibuat sedih. Putra mereka satu-satunya telah hilang, bahkan tidak ada yang tau dimana pangeran saat ini. Ada 2 perkiraan, sang pangeran masih hidup dan terdampar atau mati tenggelam karena derasnya arus sungai.

"Yifan, kau mau kemana?" Tanya Victoria saat suaminya berdiri dari singgasana.

Yifan terdiam sejenak, ia mencoba tegar dengan menghapus airmata yang membasahi pipinya. "Memerintahkan pengawal untuk mencari putra kita. Jika.. Jika tidak dalam keadaan hidup.. Setidaknya kita masih bisa melihat jasadnya untuk yang terakhir kali."

Seketika semua orang yang berada di dalam ruangan pertemuan itu meneteskan airmata, termasuk Victoria. Ya, ia yang paling terpukul mendengar kabar hilangnya Sicheng. Saat ini Victoria hanya bisa berdoa dan berharap, dimana pun putranya berada, semoga saja putranya itu masih hidup.

---

Sicheng terbangun dengan rasa perih di dahinya, saat ia menyentuhnya, terdapat sebuah kain yang ia yakin itu adalah perban. Hal pertama yang Sicheng lihat setelah bangun adalah sebuah ruangan yang sangat asing di matanya, ruangan ini terlihat sangat sederhana, seperti rumah-rumah di desa Gerania, namun ukurannya lebih kecil.

Dalam hati Sicheng tidak henti-hentinya mengucapkan kata syukur, karena tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup. Tidak ada sedikit pun pikiran negatif di kepala Sicheng, seperti mengira dirinya diculik misalkan. Lagipula rumah ini jauh dari kata penculik.

Karena penasaran dimana dirinya berada, Sicheng memutuskan untuk mengecek keadaan diluar. Ternyata diluar juga sama, terlihat asing di mata Sicheng. Jauh di depan terlihat banyak pria dewasa yang sedang menangkap ikan, hal ini membuat Sicheng menarik kesimpulan jika dirinya sedang berada di perkampungan nelayan.

"Oh, sudah sadar rupanya."

Suara itu membuat Sicheng sedikit terkejut, ia menoleh ke samping. Kedua matanya melebar saat melihat si pemilik suara, orang itu kan, si pria pengembala yang ditemuinya di hutan dulu.

Rules Number II •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang