CHAPTER VIII

637 113 6
                                    

"Ayah!"

Rasa rindu membuat Sicheng lupa jika dirinya sempat bermusuhan dengan ayahnya. Setibanya di kerajaan ia berlari kearah sang ayah yang tengah membisu dengan keterkejutannya. Perasaan yang begitu lega sekaligus bahagia membuat sang ayah tidak bisa menunjukkan reaksinya secara langsung.

Masih dengan dengan keterkejutannya, Yifan membalas pelukan putranya dengan mata berkaca-kaca. Barulah setelah pelukan itu terlepas ia menunjukkan ekspresi bahagianya, ia menangkup pipi sang putra dan membelai rambut serta wajahnya.

"Sicheng?!" Seru Victoria yang baru memasuki ruangan. Ia segera berlari dan memeluk putranya dengan sangat erat, disusul dengan airmata bahagia yang membasahi pipinya.

"Sicheng.. Astaga putraku, akhirnya kau kembali! Kau tidak tau betapa cemasnya ibu menanti kabarmu." Victoria menangis seraya menangkup wajah putranya, lalu mencium seluruh permukaan wajah putranya itu.

Sicheng tersenyum kecil, ia menghapus airmata yang membasahi pipi ibunya. "Ibu.. Ayah.. Selama di desa itu aku baik-baik saja. Tidak ada sesuatu yang membahayakan diriku." Ucapnya seraya melirik ibu dan ayahnya bergantian.

Tentu Yifan dan Victoria senang mendengarnya. Sejak pagi menjemput mereka kembali dibuat cemas, keberangkatan para pengawal menuju desa nelayan membuat jantung mereka berdebar kencang, takut jika putra mereka tidak ada disana.

Tapi sekarang, tidak ada yang perlu dicemaskan lagi. Putra mereka telah kembali dengan selamat, kini Yifan hanya menunggu siapa orang yang telah menyelamatkan putranya. Ia akan memberi hadiah yang bernilai besar sebagai tanda berterima kasih.

"Bisa kau beritau siapa orang yang telah menyelamatkan serta menjagamu selama di desa itu?" Tanya Yifan penasaran. Jika jumlahnya cukup banyak, ia tidak akan keberatan sama sekali.

"Tentu ayah! Dia ada diluar."

Yifan tersenyum dan mengangguk. "Kalau begitu tolong panggilkan orang itu kemari pengawal."

"Baik yang mulia."

Pengawal tersebut pergi untuk melaksanakan perintah yang Yifan berikan. Tak lama kemudian ia kembali bersama Yuta yang memasang wajah gugup. Pria tampan itu tidak tau harus berbuat apa, karena seumur hidupnya ia tidak pernah bertemu langsung dengan seorang raja.

Dengan sangat pelan Yuta mendekati sang raja dan ratu. Untungnya ia teringat dengan cerita dongeng yang sering ia baca waktu kecil, dimana para rakyat membungkuk hormat saat bertemu raja mereka. Yuta akhirnya memberi hormat dengan sedikit menundukkan kepalanya.

"Tolong beritau kami namamu anak muda." Ucap Yifan dengan nada lembut.

"N-nakamoto Yuta, anda bisa memanggilku Yuta saja yang mulia." Suara Yuta terdengar sangat gugup saat mengatakan namanya, ia juga memperlihatkan senyum yang justru terlihat kikuk.

Yifan tersenyum maklum saat melihat betapa gugupnya pemuda di depannya ini. "Kau telah menyelamatkan putraku, kau juga telah menjaga putraku selama beberapa minggu ini. Oleh karena itu aku akan memberimu hadiah. Untuk apa hadiahnya, aku izinkan kau memilih hadiahmu sendiri."

Hal ini membuat Yuta menggerutu dalam hati. Jika diminta seperti ini ia merasa sangat sungkan, walaupun dalam hati ia menginginkan sedikit bantuan untuk perbaikan rumahnya. Tapi tetap saja mulut Yuta terasa sulit digerakkan, ia terdiam beberapa saat hingga membuat raja dan ratu kebingungan.

"Maaf ayah, jika boleh—aku ingin mewakili jawaban Yuta." Ucap Sicheng seraya melirik Yuta, ia tersenyum tipis hingga ibu dan ayahnya tidak menyadari hal tersebut.

"Tentu ayah izinkan. Bagaimana denganmu Yuta? Apa kau setuju jika Sicheng mewakili jawabanmu?" Tentu Yifan harus menanyakan hal ini terlebih dahulu dengan yang bersangkutan, ia takut jika Yuta justru tidak setuju dengan apa yang baru saja diucapkan putranya.

Rules Number II •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang