CHAPTER XV

506 99 13
                                    

Untuk beberapa hari ini Yuta sengaja menghabiskan waktunya di rumah sang paman. Tugas yang diberikan sang paman cukup membuatnya melupakan Sicheng, walaupun hal itu hanya terjadi sebentar saja.

Rasanya sangat mustahil bagi Yuta untuk melupakan Sicheng, hampir setiap waktu ia dibuat kepikiran oleh pria cantik itu. Baru pertama kali Yuta seperti ini, karena dulu—saat menjalin hubungan dengan 2 mantan kekasih wanitanya, ia tidak sampai dibuat kepikiran saat putus.

"Sepertinya kau harus ku bawa ke tabib." Celetuk paman Jiro yang masih duduk di ranjangnya. Ia menggelengkan kepala ketika Yuta tersadar dari lamunannya.

"B-bagaimana?"

"Kau perlu berobat, karena setiap hari kau sering melamun." Jawab paman Jiro dengan nada ketus. Ia kesal sekaligus khawatir, sejak keponakannya itu kembali lagi kemari, tingkahnya menjadi sedikit aneh.

Tentu saja, Yuta membutuhkan obat yang dapat membuatnya berhenti memikirkan Sicheng. Tapi sayangnya itu angan-angan saja, karena sekarang, ia kembali melamun memikirkan Sicheng.

Yuta ingin sekali melihat wajah cantik Sicheng, pasti wajah cantik itu sedang dalam mode sendu karena memikirkan dirinya. Sejauh ini cara satu-satunya agar bisa bertemu Sicheng adalah datang ke Gerania. Namun Yuta tidak mau mengambil resiko, ia takut dijatuhi hukuman mati karena berani menginjakkan kaki di Gerania.

"Aku baik-baik saja paman, tidak ada yang aku pikirkan." Yuta memilih untuk berbohong, walaupun hal itu tidak akan membuat pamannya percaya 100%.

"Hm, awas saja aku menangkapmu melamun lagi. Akan ku sumpahi kau menjadi gila!" Balas paman Jiro dengan nada mengancam.

Yuta hanya merespon ucapan pamannya dengan tawa geli. Ia berdiri dan mengambil alat yang biasa digunakannya untuk menangkap ikan. Setelah berpamitan pada sang paman, Yuta menuju sungai dengan langkah gontai.

"HEY SEMUANYA! AKU MENEMUKAN SURAT!"

Dari pinggir sungai terlihat remaja pria yang tengah berlari dengan wajah berbinar, sementara mulutnya mengulang kalimat yang ia ucapkan sebelumnya—'aku menemukan surat' , tentu hal ini membuat Yuta tertarik dan ikut mendekati remaja tersebut.

Ternyata bukan hanya surat, lebih tepatnya sebuah botol yang didalamya berisi surat! Tentu Yuta dibuat panik, botol tersebut sangat persis dengan botol miliknya yang juga berisi surat untuk Sicheng. Namun sayangnya ia lupa menaruh benda itu dimana.

"Aku rasa itu milikku. Karena beberapa hari yang lalu aku sempat memasukkan surat ke dalam botol, tapi aku lupa menaruhnya dimana. Jadi bisakah kau memberikannya padaku?" Pinta Yuta dengan wajah sedikit memelas.

"Tentu saja, ini." Remaja itu memberikan botol tersebut dengan sedikit rasa sedih di hatinya. Ternyata surat itu bukanlah semacam surat cinta yang ia impi-impikan sebelumnya.

"Terima kasih."

Setelah itu Yuta pergi ke sungai dan duduk di salah satu bebatuan. Ketika ia membuka tutup botol dan mengeluarkan suratnya, alisnya mengerut. Ternyata surat itu bukan miliknya, kertasnya berbeda, bewarna coklat serta terdapat ukiran di setiap pinggirnya. Dan tanpa berpikir panjang Yuta segera membuka gulungan kertas tersebut.

Hai Yuta..

Aku sangat berharap surat ini sampai ke tanganmu. Aku membawa kabar baik dan juga kabar buruk.

Rules Number II •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang