Sayangnya diperjalanan pulang, hujan semakin deras. Mengharuskan patricia meneduh sebentar di rumah aldares, mungkin saat tiba nanti patricia akan segera menghubungi mamahnya. Mengabari karena ia akan pulang telat, karena hujan yang terlalu deras.
"Ini sih namanya bukan neduh res," Keluh patricia dengan rambut yang basah akibat terkena hujan yang begitu deras.
Aldares hanya merespon dengan senyum 3/4 nya, ia berfikir sebaiknya segera mengambil handuk kecil untuk menghangatkan tubuh patricia yang basah kuyup akibat hujan yang deras. Sebenarnya bukan hanya patricia yang basah kuyup, justru aldares lebih parah dari cewek itu.
"Bi, tolong buatin teh anget buat kia- orangnya ada di ruang tamu, ares mau ganti baju dulu." Pintanya kepada bi ani, dengan senyuman wanita paruh baya itu mengiyakan. "Baik den, nanti bi ani buatin."
Perlahan bi ani berjalan menuju ruang tamu, dengan nampan kecil yang berisi segelas teh anget dikedua tangannya. Teh anget itu sengaja disiapkan untuk patricia, dengan penuh hati-hati bi ani berjalan.
Di ruang tamu patricia merapatkan kedua telapak tangannya, tubuhnya terasa sangat kedinginan. Padahal jika dipikir-pikir, dirinya sudah diberikan jaket bomber milik aldares. Tapi tetap saja, hujan yang deras mampu membasahi sebagian tubuhnya. Samar-samar dari kejauhan, patricia melihat bi ani yang berjalan menuju ke arahnya.
"Non, ini teh anget- monggo diminum dulu, tadi den ares sempet minta tolong bi ani untuk buatin ini." Ucap bi ani dengan suara lembutnya dna segera menyodorkan gelas yang berisi teh anget.
Patricia yang mendapatkan perlakuan seperti itu, segera membalas dengan senyum manisnya, "makasih banyak ya bi, kia jadi ngerepotin bi ani."
"Ndapapa toh, lagipula den ares yang minta tolong ke bi ani- mari non, bi ani mau ke dapur lagi, sebentar lagi den ares nya juga turun." Ujar bi ani sambil menjelaskan kenapa aldares pergi ke kamarnya.
"Emangnya ares ngapain bi?" Tanya patricia sambil mengusap-usap telapak tangannya yang sedang kedinginan.
"Mau ganti baju sebentar non,"
***
Aldares sedikit mengacak-acak lemari pakaiannya, mencari sweater yang cocok untuk patricia pakai. Ia harus memberi patricia sweater oversize, agar cewek itu tidak merasa kedinginan lagi. Dan, ketemu.
Segeralah aldares berlari kecil dan menuju ruang tamu untuk menemui cewek yang sedaritadi ia tinggal untuk ganti baju. Setelah di ruang tamu, aldares berdiri tepat di depan patricia duduk, dengan sangat terkejut patricia mendongakkan kepalanya. Dan benar saja dugaannya, itu aldares. Cowok itu menyodorkan sweater oversize polos berwarna coklat.
"Buat sementara, lu ganti ini dulu- gak tega gua liatnya, basah kuyup gini." Ujar aldares sedikit bercanda.
Tidak terima dengan ucapan aldares, patricia merespon dengan tatapan mata yang sinis.
"Oh iya- bangun dulu," Suruh aldares kepada patricia.
Aldares memang mengalungkan handuk kecil bersih yang sengaja ia bawa dari kamarnya tadi, dengan wajah bingung patricia mengangkat satu alisnya.
"Bangun dulu," Suruh aldares sekali lagi, dengan paksa tangan kekar aldares menarik lengan patricia. Agar cewek itu segera berdiri dari sofa yang di dudukinya.
Detik berikutnya, wajah aldares mendekat ke wajah patricia. Dengan spontan, patricia memundurkan wajahnya bersamaan dengan ia memundurkan posisi saat ia berdiri. Dan, aldares dengan cepat melingkarkan handuk kecil ke puncak kepala cewek itu.
"Ganti cepetan, nanti sakit." Ucap aldares dengan nada bicara tenang.
"Kalo udah, lu boleh cerita. Gua siap jadi pendengar lu," Sambungnya.
Patricia cepat-cepat menuju kamar mandi, sambil mencari keberadaan bi ani. Karena sebetulnya, ia tidak tahu dimana letak kamar mandi di rumah aldares- 20 menit telah berlalu, akhirnya patricia telah keluar dari kamar mandi dan sudah mengenakan sweater oversize yang diberikan oleh aldares sebelumnya. Sejujurnya, ini agak kebesaran di tubuhnya tapi ia berfikir tidak apa-apa. Toh, tidak akan kemana-mana lagi setelah ini.
"Duduk," Suruh aldares lagi-lagi. "Sekarang baru lu boleh cerita, sambil nangis-nangis juga gapapa."
Jangan deh! Gua gak mau liat lu nangis kaya tadi, apalagi cuma gara-gara saga, pikirnya
"Mau dengerin apa mau ngeledek sih?" Tanya patricia dengan raut wajah kesal.
"Biar adil, setengah-setengah aja."
Cewek itu berdecak pelan, pikirnya seperti tidak ada niat dari dalam diri aldares untuk mendengarkan apa yang ingin ia ceritakan, "Ck, gak niat banget. Mending pulang,"
"Gimana mau fokus dengerin, kalo lu aja pandangannya bukan ke gua. Tapi malah ke TV." Protes aldares dengan santainya.
Dengan refleks, patricia membenarkan pandangannya menjadi ke arah aldares saja. Hanya aldares saja. Cowok itu ternyata sudah siap mendengarkan cerita patricia, karena sedaritadi ia menaruh dagunya di bantal kecil dekat sofa. Sudah dari beberapa menit lalu, aldares memegang erat bantal kecil itu.
19.05 WIB
Semua sudah aldares dengarkan dan untuk kedua kalinya patricia meneteskan air matanya. Hanya karena saga. Tapi dengan segala upaya, aldares tetap memberi nasehat dan menyemangati patricia. Walaupun dalam lubuk hati terdalam, ada rasa ingin "memiliki" yang tinggi. Namun, aldares sadar diri untuk memikirkan hal itu.
Jangan egois res! Dia pasti punya pilihannya sendiri, pikirnya
***
Apakah ini yang dinamakan friendzone? Atau apa nih gais?🙁
Jangan lupa kasih vote dan tinggalkan jejak kalian di comment yaa, karena itu salah satu alasan aku semangat buat bikin chapter-chapter selanjutnya ❤️🎸✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Saga [ REVISI ]
Teen Fiction[ HIGHSCHOOL ] - [ TEENFICTION ] - [ COMEDY ] #Peringkat 4 Patricia (15 Juli 2020) #Peringkat 3 Basketboy (15 September 2020) #Peringkat 1 Basketboy (26 Januari 2021) Saga Alnandas Fernando, adalah siswa SMA, dikenal banyak siswa/i dan guru-guru. Ka...