LDR?

6 2 1
                                    

Saga terus memikirkan perkataan Patricia, pacarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saga terus memikirkan perkataan Patricia, pacarnya. Bahkan hari kelulusan semakin dekat. Memang bukan sepenuhnya salah Patricia. Tapi, kenapa gue merasa penjelasan itu percuma! Terlambat.

Ujian untuk kelulusan tinggal beberapa hari lagi, jika siswa/i yang lain pusing tidak karuan. Akibat kisi-kisi yang diberikan terlalu banyak, berbeda dengan Saga yang santai tetapi pada saat ujian tiba, ia sangat serius dan bersungguh-
sungguh.

Long Distance Relationship, salah satu hubungan jarak jauh. Dalam hal ini, 85% gagal. Karena perlahan, hilangnya sebua arti
"Saling percaya", Saga takut akan hubungannya berakhir hanya karena masalah ini.

Disatu sisi, ia merasa sangat egois. Karena tidak ingin kehilangan Patricia, cewek ini sangat berarti di hidupnya. Adanya Patricia, hidupnya hampir 180° berubah.

***

Saga tidak sama sekali marah, hanya saja dia masih belum menerima perkataan Patricia. Itu semua tidak mengubah pikirannya untuk tidak menjemput dan mengantarnya pulang sang pacar. Akan tetapi, sikapnya saja yang berubah menjadi sangat dingin.

"Ga! Kamu marah sama aku?" Tanya cewek itu, pandangannya kini hanya fokus ke arah Saga saja.

"Nggak,"

"Terus kenapa kaya gitu?" Ulang cewek itu.

"Gitu gimana?"

"Kalo kamu nggak marah, kenapa jadi dingin kaya gini sikapnya! Nggak kaya biasanya," Omel Patricia, sedangkan Saga hanya memperhatikan saja. Tidak merespon.

Akhirnya Patricia berjalan lebih dulu untuk menuju ke kelas, bisa dibilang ia sedikit ngambek. Akibat dari Saga tidak ingin memberi tahu, kenapa ia berubah menjadi dingin. Inget ya, dingin dan cuek itu beda tipis.

Jika kalian bertanya, apakah Bunga dan Ica tahu akan hal ini?

Jawabannya adalah iya, mereka lebih dulu tahu soal Patricia ingin melanjutkan pendidikannya di Belanda. Mereka juga tahu, bahwa ini semua keinginan dari sang almarhum ayahnya. Patricia harus mengabulkan permintaan sang almarhum cepat ataupun lambat. Karena kebahagiaan kedua orang tuanya tetap di utamakan.

Baru saja melangkah masuk ke dalam kelas, Patricia sudah diteriaki oleh Ica. Sahabat yang satu ini seakan memang memberikannya energi secara tidak langsung. Dan itu nyata. Ia kembali semangat dan tersenyum. Detik berikutnya, disusul oleh Saga. Cowok itu ternyata memasang headshet dikedua telinga, padahal saat di parkiran sekolah Patricia tidak melihat benda itu terpasang ditelinga sang pacar. Ada apa sebenarnya?

Yudha menyipitkan matanya, "Ga! Tumben,"

Cowok itu hanya menoleh. Seakan berkata, apa?

"Nggak biasanya, lu pagi-pagi pake headshet." Comment Yudha.

Hi Saga [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang