Hello, Netherland!

10 3 0
                                    

Patricia mengemasi barang-barangnya dikoper berukuran besar, ia akan hidup mandiri di Belanda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Patricia mengemasi barang-
barangnya dikoper berukuran besar, ia akan hidup mandiri di Belanda. Sedangkan, mamah akan menetap di Solo. Ia akan sangat berindukan sosok mamahnya, apalagi ia meneruskan kuliah di Belanda tidak sebentar.

Patricia memeluk erat mamahnya tiba-tiba. Mamah pun tersentak karena kaget, "Aku bakal kangen banget sama mamah, bisa nggak ya, aku tanpa mamah?"

"Pasti bisa dong, cantik! Kamu fokus sama pendidikan kamu disana ya, biar mamah disini bantu doang kamu. Supaya kamu sukses. Dan, jangan pernah lelah untuk menuntut ilmu."

***

Perjalanan menuju negara dengan sebutan Kincir Angin, akan memakan waktu 6 jam. Cukup lama. Tapi, sedari kecil ia sudah terbiasa dengan perjalanan jauh.

Saga ada di sana, di bandara. Cowok itu terus menggenggam hangat, jemari sang pacar. Akan sangat merindukan sosok seperti Patricia, yang selalu sabar atas perilaku yang sering Saga perbuatan.

"Jaga diri kamu baik-baik,"

Patricia menoleh ke sumber suara, ternyata itu suara saga. "You too,"

"Kia," Panggil Saga sekali lagi.

"Aku nggak tau sampe kapan kuat untuk ngejalanin ini, aku bakal coba sebisa yang aku mampu."

Deg

Hati cewek ini terasa sakit, ketika mendengar perkataan Saga. Ia paham, Saga memang tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh. Tapi, kenapa berbicaranya harus kaya gitu!

"Aku ngerti, kamu boleh nyerah saat kamu udah nggak bisa ngejalanin semua ini!"

"Tapi–"

"Kalo kamu terlalu memaksakan, kedepannya nggak akan baik Ga! Dan aku terima konsekuensinya, apapun itu." Ucapnya sambil berusaha tegar, walau dilubuk hatinya sangat sesak sekali.

"Jangan buat aku merasa semakin bersalah, Kia." Mohon Saga.

"It's your choice!"

***

NETHERLAND

Di kota kecil bernama Enkhuizen, Patricia berjalan sambil menuju ke rumah yang ingin ia temui. Rumah Oma Zee.

TING...NONG

Pintu itu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya dan dengan cepat, langsung memeluk Patricia.

Pintu itu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya dan dengan cepat, langsung memeluk Patricia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hello Oma! Hoe gaat het met je?" Tanya Patricia ke Omanya.
( Hello Oma! Apa kabar?)

"Het ggat goed met mij." Jawab Oma dengan antusias.
( Aku baik-baik saja)

Wanita paruh baya ini menuntun cucunya, agar segera masuk ke dalam rumah. Jujur, Patricia sangat merindukan suasana di rumah Omanya ini. Tidak terbayang olehnya, seberapa capek, karena mengurus rumah ini seorang diri.

"Oma, Ik ben een tijdje weg, om volgende week naar de universiteit te gaan voor mijn studie." Izin Patricia ke Oma.
( Oma, aku akan pergi sebentar untuk melihat universitas yang akan aku datangkan untuk minggu depan )

"het is oké, ga gewoon." Ucap Oma setelah mengizinkan Patricia.
( Tidak apa-apa, pergi saja )

Tapi sebelum pergi keluar, Patricia mengemasi barang-barangnya terlebih dahulu. Agar tidak merepotkan Omanya, karena wanita ini sudah cukup berumur. Jadi, Patricia hanya takut jika Omanya kelelahan saja.

Setelah menuruni tangga, Patricia pamit keluar. "Doei, Oma!"
( Sampai jumpa, Oma!"

***

Universitas yang akan ia datangi memang tidak terlalu jauh, dari rumah Oma. Universitas Utrecht. Gedung yang cukup megah, dihiasi dengan tanaman cukup hijau di depannya. Dan ada beberapa macam bunga juga disana. Sangat indah.

Langkahnya terhenti di lobby Universitas. Ternyata memang sudah banyak mahasiswa/i, Patricia pikir ini adalah angkatan yang berbeda. Dirinya sudah mengikuti Tes Universitas lewat website dan kemungkinan besar namanya sudah ditandai sebagai mahasiswi di Universitas Utrecht.

Di Universitas ini, memang mayoritas menggunakan bahasa Inggris. Karena kebanyakan mereka adalah dari Asia.

Wanita yang lumayan masih terlihat muda terlihat selalu tersenyum ramah, saat ada yang datang ke bagian informasi. Wanita ini berdiri dengan anggun, membantu setiap mahasiswa/i yang butuh bantuan.

"Sorry, can i help you?"

Patricia tersadar, "I am a new college student, has my name already been assigned here?"

Langsung dengan sigap, tangannya megarah ke arah komputer. "Okey! Wait a minute,"

Patricia mengangguk sangat paham.

Sambil menunggu, jarinya mengambil brosur milik Universitas Utrecht. Perpaduan warna coklat dan juga yellow mustard, membuat brosur ini terlihat seperti balutan kertas yang cukup mahal.

"Patricia. I am right?" Tanya wanita itu.

"Yes, that's my name."

"Majored in law. Be good with college students in here, please!" Saran wanita itu.

"Of course."

"Okey, have a good day." Ucap wanita itu, sambil melambaikan tangan ke arah Patricia.

"You too."

***

Tepat 2 tahun ia sudah kuliah di Belanda. Senang karena akhirnya Patricia bisa mengabulkan keinginan Almarhum. Tapi, ada beberapa hal yang membuatnya jadi murung untuk waktu yang cukup lama. Hubungannya dengan Saga, cowok itu yang mengakhiri semuanya. Ia paham, Saga memang tidak bisa terus-menerus seperti ini dengannya.

Mengikhlaskan. Adalah cara paling bersahabat untuk mengakhiri sebuah pertemuan.

Semoga kamu menemukan perempuan yang lebih baik Saga Alnandas Fernando, batinnya

***

Untuk chapter kali ini agak sulit menyesuaikan alurnya, karena aku harus cari terlebih dahulu ke berbagai sumber agar tidak keliru.

Tapi gapapa, jangan lupa kasih vote dan tinggalkan jejak kalian di comment yaa❤️

Hi Saga [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang