Surat peringatan untuk kesekian kalinya, kini berada digenggaman bunda aldares. Tidak habis pikir dengan anak satu itu, bisa-bisanya terus-menerus mendapatkan surat peringatan seperti ini. Tanpa memberitahu satupun apa isi suratnya kepada bundanya.
"Gimana kamu mau sukses ares, kalo kamu cuma bisa bikin susah bunda." Ucap bunda dengan nada bicara meninggi, aldares hanya diam tidak menanggapi. Aldares justru membiarkan bundanya memarahinya, toh ia berpikiran bahwa ini juga salahnya.
"Bunda jarang perhatian sama kamu, bukan berarti bunda gak sayang apalagi gak peduli sama kamu ares. Kamu harusnya ngerti, bunda kerja juga untuk penuhin kebutuhan kamu." Sambung bunda, kali ini suaranya terdengar sendu. "Bunda juga paham, kamu seperti ini karena bunda. Tapi tolong ares, buat bunda bangga sedikit saja."
Air mata itu, perlahan jatuh di wajah bunda. Aldares lihat, sangat jelas. Ia berpikir, apa yang sudah dikatakan bundanya sangat benar. Bahkan fakta. Aldares bangun dari posisi duduknya, segeralah ia menghampiri bundanya yang duduk di sofa ruang tamu. Sekarang bunda sudah ada di dekapan aldares, pelukan itu sangat erat dan tulus. Ia merasa dirinya terlalu egois. Pada akhirnya pun ia akan mengeluarkan air mata juga, karena melihat bunda yang diam-diam peduli terhadapnya.
Kamu benar kia, bunda bukan orang yang seperti itu, pikirnya
"Maaf bunda, ares terlalu egois." Ucap aldares tulus. Sangat tulus.
"Maaf aldares selalu berpikir kalo bunda gak pernah sayang sama ares, maaf juga kalo ares pernah mikir bunda gak anggap ares kaya anak kandung bunda." Sambungnya dengan suara sendu.
Bunda mengusap air mata aldares, mengelus kedua pundak cowok itu. Seolah berkata, kamu orang hebat pasti bisa.
Drrtt
Drrtt"Res."
"Ngapa bang?"
"Ko bindeng suara lu, abis nangis ya?"
"Kepo lu,"
"Temenin gua jaga distro sini,"
"Yaelah, kirain apaan."
"Gua tunggu, gercep ya. Jangan lama,"
Tutt
TuttTanpa berlama-lama, ia langsung mengambil sweater hitam yang digantung tepat di belakang pintu kamarnya. Setelah itu, izin dengan bunda. Walaupun ia tahu, masih banyak nasihat yang harus ia dengar dari bundanya. Udara sejuk yang lewat di sela-sela helm hitamnya, membuat dirinya terbawa suasana angin malam. Baru-baru ini, aldares tahu bahwa rivan punya distro. Tidak jarang rivan memintanya untuk menemani. Akan aldares "iyakan" jika tidak ada kendala.
Ia berpikir, haruskah dirinya menceritakan tentang patricia ke rivan. Akan dibilang berlebihan pasti, jika menceritakan terlalu serius. Dirinya tidak bisa menyimpan masalah ini sendirian. Sulit, baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Saga [ REVISI ]
Teen Fiction[ HIGHSCHOOL ] - [ TEENFICTION ] - [ COMEDY ] #Peringkat 4 Patricia (15 Juli 2020) #Peringkat 3 Basketboy (15 September 2020) #Peringkat 1 Basketboy (26 Januari 2021) Saga Alnandas Fernando, adalah siswa SMA, dikenal banyak siswa/i dan guru-guru. Ka...