37

15.3K 1.4K 11
                                    

"Selesai ngajar ntar gue balik dulu sebelum kuliah. Kalau ada apa-apa telepon," pesan Aldi sebelum berangkat ke kampus.

"Nilai gue di matkul lo ancur banget pasti. Masa baru empat kali pertemuan udah dua kali enggak ikut."

"Ntar gue kasih tugas," sahut Aldi cepat.

Aya cemberut. Ia tidak minta tugas tambahan!

Sebenarnya Aya sudah merasa cukup sehat. Ini sudah hari Senin, artinya sudah enam hari sejak insiden ia jatuh itu dan sebenarnya ia sudah berniat berangkat kuliah saja. Namun, Aldi tak mengizinkan.

"Eung, Kak, gue izin check up sendiri gimana?"

"Malah ngadi-ngadi mau check up sendiri. Enggak, besok aja gue anter."

"Besok kan lo kuliah," cebik Aya kesal.

"Tapi hari ini gue juga enggak bisa, Ay. Besok gue usahain ya."

"Gue udah kuat sendiri kok," bujuk Aya yang dibalas gelengan oleh Aldi.

"Besok."

"Besok gue pengin kuliah, kelamaan bolos seret otaknya," keluh Aya sambil menekuk wajahnya masam.

Aldi menghela napas kemudian duduk di sebelah Aya yang sedang sarapan.

"Gue enggak bisa biarin lo naik motor sendiri."

Aya kembali menyahut, "Naik ojol gimana?"

"Apalagi dibonceng mas-mas ojol!" misuh Aldi tak terima.

"Ih bukan mas-mas. Naik ojol cewek atuh. Sekarang udah inklusif ya."

"Emang ada?"

"Ada dong, boleh ya?" Aya melayangkan tatapan memohonnya.

"Janji cuma ke rumah sakit terus langsung pulang?"

Aya mengangguk antusias. Aldi terdiam, Aya menatap dengan binar harap.

"Enggak deh, besok aja," tolak Aldi tetap bersikeras. Aya memukul lengan pemuda itu.

"Ih, besok gue mau kuliah."

"Lo kenapa ngebet banget mau sekarang sih? Kan gue pengen nemenin juga, biar tahu kondisi lo gimana."

"Ya kan besok lo sibuk, gue juga pengin masuk. Mumpung sekarang lo belum kasih izin buat kuliah gue ke rumah sakit aja," kata Aya dengan raut kecewa dibuat-buat.

"Ya udah." Aldi menatap Aya pasrah.

"Bener?"

"Hm," sahut Aldi yang sebenarnya masih tak ikhlas.

"Beneran enggak nih, ntar gue dosa la—"

"Iya gue kasih izin," ucap Aldi akhirnya.

"Yey! Terima kasih."

"Enggak gratis ya."

Senyum Aya seketika hilang.

"Ih, beneran kasih izin enggak sih?"

"Kiss dulu," pinta Aldi menunjuk pipinya.

"Ah modus lo. Ga—"

Aya berhenti protes saat Aldi mengecup bibirnya sejenak.

"Dah, gue berangkat. Hati-hati nanti. Assalamu'alaikum," pamit Aldi setelah melepas kecupannya.

"Wa-waalaikumussalam." Aya menjawab salam dengan muka memerah.

•••

"Aya?"

Aya tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat ini.

A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang