23

16.2K 1.6K 11
                                    

"Ay, tolong jangan bilang ke keluarga ya."

"Tapi kak,"

"Please, gue mau mama khawatir." Aya menghela napas.

Aldi menelponnya selepas subuh ini. Setelah sepanjang pagi Aya tidak bisa tidur menunggu pesan balasan dari Aldi. Untung saja ada Tama yang menjadi informan keadaan Aldi. Tama bilang Aldi terlalu sibuk jadi tak sempat melihat HP.

"Iya, jangan lupa kasih kabar tapi."

"Lo juga kalau ada apa-apa kabari. Mungkin hari ini gue bakalan sibuk ngurus ganti rugi segala macemnya."

"Jangan lupa makan kak, kalau ada waktu tidur bentar, pasti tadi ga tidur kan?"

"Lo pasti juga ga tidur kan? Jangan khawatir ya. I'm fine, I'll be fine."

"We'll be fine."

"Yas, take care ya Ay. Aku tutup dulu, assalamu'alaikum."

"You too, wa'alaikumsalam warahmatullah."

"Mas Aldi, Mbak?" Tanya ibu Retno mengambil duduk di samping Aya.

"Iya Bu. Rara masih tidur?"

"Masih mbak, anak-anak yang lain juga."

"Enggak pa-pa Bu, kasian pasti capek," kata Aya memaklumi, mengingat sebagian dari mereka baru bisa tidur pukul setengah tiga pagi tadi.

"Keadaan di sana gimana, Mbak?"

"Udah aman, Bu. Tapi mungkin untuk sementara anak-anak di sini dulu, sambil nunggu perbaikan rumah selesai. Kami minta maaf ya Bu atas kejadian ini."

"Namanya musibah ndak ada yang tahu, Mbak," sahut ibu Ido ikut duduk di depan mereka. Aya mengangguk.

"Mbak Aya juga masih kuliah?"

Kali ini Bu Mala yang bertanya.

"Iya Bu, baru semester tiga."

"Wah, awalnya saya kira masih SMA loh, Mbak. Tapi kata ibunya Ido, Mbak ini istrinya Mas Aldi. Padahal saya pikir adik Mas Aldi, Mbak."

"Hehe iya Bu, banyak yang ngira saya masih SMA."

"Mbak Aya awet muda berarti," celetuk ibu Ido lagi.

Aya hanya tertawa setelah mengaminkan candaan itu.

"Oh iya, tadi Kak Aldi juga kasih kabar. Untuk sementara sambil nunggu renovasi rumah selesai, ibu-ibu sekeluarga tinggal di sini dulu saja. Nanti dua keluarga lainnya tinggal di rumah Bang Tama di sebelah," ucap Aya menjelaskan.

"Eh apa tidak merepotkan, Mbak?" tanya ibu Ido.

"Iya Mbak, saya sebenarnya enggak enak, tapi ndak tau juga harus gimana," sahut Bu Retno.

"Enggak pa-pa, sementara di sini dulu, Bu. Nanti saya sama Kak Aldi bisa di kos saya, Bang Tama juga belakangan emang lagi di rumah orang tuanya."

"Mas Aldi sama Mas Tama dari dulu sering bantuin kami yang tinggal di dekat kafenya, Mbak. Sekarang juga pas lagi keadaan begini, Mas Aldi masih sempat memikirkan gimana nasib kami. Padahal pasti dia lebih pusing dibandingkan kami."

"Iya Mbak Mala, kenapa pas kafenya Mas Aldi makin rame, tapi malah ada musibah begini," lanjut ibu Ido.

Aya tidak tahu kalau Aldi sering membantu warga sekitar. Sesekali memang ia melihat Aldi dan warga saling menyapa, tetapi Aya kira hanya sebatas kenal saja.

•••

"Sementara kita tinggal di sini ya," ujar Aldi seraya melirik Aya dengan tersenyum tipis. Aya mengangguk, ia tak masalah, sungguh. Lagi pula ia sudah tinggal di sini dari kecil, mana mungkin ia keberatan tinggal di indekos ini.

A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang