48

17.3K 1.5K 12
                                    

"Papa mau Aya siapkan tempat untuk istirahat?" tawar Aya setelah meletakkan secangkir kopi di hadapan mertuanya.

"Sebenarnya Papa enggak capek, cuma malas aja kalau nemenin mama kamu belanja. Tau sendiri mama kamu kalau udah belanja gimana," jawab papa Aldi santai.

Aya tidak bisa menahan senyumnya. Jadi papa menumbalkan Aldi? Ahahaha, Aya kok malah senang.

"Kamu sendiri enggak mau istirahat?"

Aya menggeleng. Ia duduk di kursi kosong di ruang tamu indekosnya. Berada di taksi bersama papa Aldi tadi membuat mereka banyak mengobrol, Aya tak terlalu canggung lagi dengan mertuanya.

"Aya enggak pa-pa, Kak Al aja yang lebay."

Papa Aldi menggeleng.

"Papa juga akan melakukan hal yang sama dengan Aldi. Kamu enggak boleh kecapaian, ingat kamu enggak sendiri sekarang."

Aya mengangguk.

"Dulu Papa sama mama harus nunggu beberapa tahun untuk memiliki anak."

Aya baru tahu soal ini. Aldi tidak banyak bercerita tentang keluarganya.

"Saat mengandung pun, kondisi mama kamu sering drop. Apalagi mengandung anak kembar."

"Kembar?" beo Aya setengah kaget.

Papa Aldi sempat terdiam sambil menatap Aya sebelum mengangguk.

"Papa senang karena akan mendapat dua anak sekaligus. Itu seperti bayaran setimpal dari penantian kami. Tapi Papa juga takut, karena kondisi mama kamu benar-benar mengkhawatirkan saat itu. Selama hamil, mama kamu enggak bisa makan nasi, dia beberapa kali harus dirawat karena kondisi kesehatannya yang terus menurun."

Sepertinya Aya harus banyak bertanya soal kehamilan pada mama setelah ini.

"Kamu baik kan selama ini?"

Aya mengangguk.

"Bisa makan?"

"Kalau pagi sering mual, tapi masih bisa kok, Pa."

"Syukurlah," ucap papa Aldi dengan raut lega.

"Eum, Papa tadi bilang mama mengandung anak kembar juga, 'kan? Se—"

"Juga? Kamu juga hamil anak kambar?" potong papa Aldi seolah bisa menebak.

"Papa belum tau?"

"Tama hanya cerita kalau kamu hamil. Astaga, bisa-bisanya Aldi membiarkan kamu menjaga mereka sendiri. Anak itu benar-benar," dumel papa Aldi tak habis pikir pada Aldi.

"Aya enggak pa-pa kok, Pa. Calon cucu Papa juga baik-baik aja," ucap Aya seraya mengelus perutnya.

"Tapi Pa, kembaran Kak Aldi?"

Aya sebenarnya agak takut bertanya soal ini, tetapi ia sangat penasaran.

"Aldi tidak pernah cerita ya?"

Aya menggeleng.

"Dulu Aldi punya kembaran, namanya Aldo."

Aldo? Aya sepertinya tidak asing dengan nama itu.

"Aldo meninggal saat awal masuk SMA."

Aya bisa melihat raut kesedihan dari wajah papa Aldi.

"Kenapa?" tanya Aya.

Papa Aldi terdiam sebelum menatap Aya lama dan tersenyum tipis.

"Akan lebih baik kalau Aldi yang cerita."

•••

"Tuh kan Aldi bilang juga apa, enggak usah banyak-banyak. Sekarang mau ditaruh mana?" protes Aldi melihat banyaknya belanjaan yang dibeli mamanya.

A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang