25

17.1K 1.5K 6
                                    

"Lo yakin, Al?"

"Gue enggak ada opsi lain."

"Lo bisa pakai duit gue dulu. Enggak cukup sih, tapi nanti gue bantu cari pinjaman lain. Enggak usah sampai jual rumah." Tama berusaha mencari solusi.

"Ini duit gede Tam, gue emang bisa cari pinjaman, tapi balikinnya?"

Tama menghela napas, iya juga. Mudah memang mencari pinjaman, tetapi untuk mengembalikannya tidak semudah itu.

"Gue enggak mau harus terikat utang sana sini bertahun-tahun," lanjut Aldi membuat Tama ikut membenarkan. Tama sangat tahu Aldi tipe orang yang tidak suka berutang.

"Lo udah diskusi sama Aya?" tanya Tama memastikan.

Aldi mengangguk.

"Dia oke. Kita bisa tinggal di kos nanti."

"Lo bisa tinggal di rumah gue," tawar Tama yang dibalas gelengan kepala oleh Aldi.

"Iya, kalau gue masih sendiri. Tapi gue sekarang udah punya Aya. Dia pasti enggak nyaman kalau tinggal di rumah lo. Lagian kos Aya enggak buruk kok, gue bisa tidur nyenyak malah."

"Dan bukannya lo bentar lagi mau nikah juga," tambah Aldi membuat Tama menatap malas sahabatnya itu.

"Sialan lo! Jangan dibahas!"

Aldi terkekeh. Masalah perjodohan Tama, selalu menjadi hiburan tersendiri baginya.

"Emang lo mau jual ke mana?"

"Ada supplier kita yang mau, untungnya bisa ditempati dulu sampai renovasi rumah warga selesai. Jadi sekarang fokus gue mau cari orang tambahan biar renovasinya cepat selesai."

"Gue bantu, tenang aja," ucap Tama tulus. Aldi tersenyum dan mengangguk. Ia sangat bersyukur Allah menghadirkan sahabat seperti Tama.

"Thanks, Tam." Aldi tersenyum, sedangkan Tama menepuk bahunya kencang.

"Kayak sama siapa aja lo!"

•••

Ini hari terakhir UAS, artinya hari terakhir di semester tiga. Aya merasa kehidupannya berjalan begitu cepat dan banyak juga kejadian yang mengejutkannya akhir-akhir ini.

"Aya!" panggil seseorang. Aya sontak menoleh ke arah sumber suara.

"Kenapa, Kak?"

Ternyata Dinda yang memanggilnya.

"Jalan yuk, banyak yang pengin gue tanyain. Sekalian dinginin otak abis ujian."

"Maaf Kak Din, aku ada ngajar privat abis ini," jawab Aya yang membuat Dinda tampak kecewa.

"Yahhh, enggak libur dulu lo refreshing gitu, Ay?" Dinda berusaha membujuknya.

Aya menggeleng. Masalahnya saat ini ia butuh uang.

"Kan kita udah enggak kerja lagi. Mana bisa leha-leha gue."

"Iya sih, Ay. Btw, keadaan bos gimana?"

"Baik mungkin, kenapa enggak nanya sendiri?" balas Aya dengan nada santai.

"Gue udah coba chat kemarin. Modusnya bilang makasih buat gaji sama pesangonnya, sama nawarin bantuan, mana tahu ada yang bisa gue bantu," celoteh Dinda, Aya mencoba menyimak.

"Tapi dibaca aja enggak, padahal jelas-jelas dia online. Sempat bales pesan-pesan di grup lagi. Nyebelin."

Aya tahu bahagia di atas penderitaan orang itu tidak baik, tetapi ia tak bisa menyangkal bahwa ia justru merasa bahagia dengan nasib temannya ini.

A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang