"Aya, lo udah enggak pa-pa?" tanya Fani saat Aya duduk di sebelahnya.
"Gue enggak pa-pa kok."
"Syukurlah. Lo tau enggak sih. Lo masih jadi trending topik di mana-mana."
Aya menghela napas lelah.
"Pantes gue tadi diliatin terus pas ke sini," keluh Aya menanggapi.
Bahkan teman-teman sekelasnya juga tampak melihat ke arah mereka sekarang.
"Gosipnya apa lagi?" tanya Aya, sebenarnya ia tidak suka kepo begini. Namun, ini menyangkut dirinya.
"Kasus kemarin belum selesai. Malah ada banyak versi cerita kenapa lo sampai dibully."
"Biarin ajalah, entar juga reda sendiri," sahut Aya mencoba tak peduli.
"Kayaknya enggak bisa deh, Ay. Nanti bakal ada sidang tertutup dari kampus buat menyelesaikan kasus ini. Gue sama Rasya aja diminta jadi saksi."
"Kok gue enggak tau?" beo Aya heran.
Padahal ia tokoh utama di pertikaian waktu itu.
"Eh iya kah? Enggak ada dihubungi pihak kampus? Atau yang dihubungi orang tua lo?"
"Gue udah enggak ada orang tua, Fan," ucap Aya tanpa sadar.
"Hah? Bukannya waktu maba lo dianter ayah lo ya?" tanya Fani justru tertarik dengan topik lain.
"Ayah meninggal waktu liburan mau semester tiga kemarin," ungkap Aya akhirnya. Fani adalah teman kampus pertama yang tahu jika ayahnya sudah meninggal.
"Innalillahi, serius Ay?" Fani menatap Aya prihatin.
"Masa gue bohong soal ginian sih, Fan."
"Lo kok enggak kabar-kabar sih. Terus yang nemenin lo waktu di rumah sakit kemarin siapa? Setau gue, ibu lo juga udah meninggal, 'kan?"
Aya mengangguk.
"Gue masih ada keluarga kok," kata Aya dengan senyuman.
"Apa pihak kampus hubungin wali lo itu?"
Aya jadi termenung. Aldi tak mengatakan apa-apa sejak kemarin. Menyinggung lagi soal ini pun tidak. Aya juga tidak memberi tahu Aldi kronologi jatuh saat itu.
"Gawat Fan." Aya tersentak saat menyadari kesalahannya.
"Kenapa?"
"Gue enggak cerita kalau kemarin jatuh karena didorong."
"Serius? Pantes pihak korban enggak ada nuntut apa-apa. Lo kok enggak cerita sih?"
"Gu-gue pikir masalahnya enggak bakal sampai panjang gini."
"Sidangnya kapan?" Aya bertanya panik.
"Abis ini. Gue masuk cuma absen doang."
"Gue ikut ya," pinta Aya memohon.
Fani mengerutkan dahinya tampak bingung. "Eung, terserah lo sih."
•••
"Rasya!" panggil Fani sebelum Rasya masuk ruang meeting.
"Lo udah sehat?"
Rasya justru bertanya pada Aya. Aya mengangguk.
"Eung, Sya ikut gue sebentar bisa enggak?"
"Ke mana?"
Bukan Rasya yang bertanya, tetapi Fani.
"Ada perlu, bentar doang kok. Lo duluan masuk aja Fan, ntar kita nyusul."
KAMU SEDANG MEMBACA
A [Completed]
Romance"Jangan liatin gue kayak gitu, gue ga suka." Ucap Aya terang-terangan. "Aya," panggilan itu entah kenapa terasa berbeda, Aya menjadi gugup. "Hm?" Aldi justru kembali diam, lagi-lagi malah menatapnya. "Kak sumpah gue ga suka ditatap lawan jenis begin...