43

15.9K 1.3K 6
                                    

Hari ini pertama kalinya Aya diizinkan ikut berjualan di alun-alun. Aya begitu senang melayani pembeli. Saat kecil dahulu, selain menjadi kasir, cita-cita Aya adalah menjadi pedagang. Alhamdulillah terealisasikan hari ini. Setelah berhari-hari merengek ingin ikut, tetapi Aldi beralasan Aya masih harus banyak istirahat setelah sakit. Pemuda itu akhirnya mengizinkannya ikut satu pekan kemudian, yaitu hari ini.

"Karyawan baru, Mas?" tanya salah seorang ibu dari stan sebelah.

"Istri saya, Bu," jawab Aldi tanpa pikir panjang.

"Eh, Mas Aldi sudah menikah, toh? Saya pikir masih single, baru aja mau saya kenalin sama anak cewek saya."

Aya melirik ibu itu tidak suka.

"Dikenalkan ke Ridwan aja, Bu," gurau Aldi.

"Oh iya, Mas Ridwan ndak ikut, ya?"

Aldi menggeleng. Berhubung ini malam Minggu, Ridwan meminta izin libur, mau ngapel gebetan baru katanya. Karena itu pula Aya bisa merayu Aldi agar diizinkan ikut. Aldi pasti kewalahan jika berjualan sendiri, apalagi di malam Minggu.

"Neng cantik, boleh kenalan?"

Ini bukan pertama kalinya ada yang menggoda Aya. Itu alasan kuat Aldi melarang Aya ikut berjualan. Sudah banyak cewek-cewek yang menggodanya. Itulah sebabnya ia juga takut saat Aya ikut, akan banyak cowok-cowok yang menggoda istrinya. Ternyata benar terjadi.

"Silakan, mau pesan apa?"

Setidaknya Aldi sedikit tenang karena Aya tak pernah menanggapi godaan para pembeli.

"Kasih nomor WA dong. Nanti Abang borong dagangan Neng."

Aya yang tadi tersenyum ramah sebagai bentuk profesionalitas langsung mendatarkan wajahnya. Ia mundur, meminta agar Aldi saja yang melayani pembeli itu.

"Bagi nomor karyawannya dong, Bang?" pinta pemuda itu membuat Aldi mengernyit.

"Untuk apa saya memberi nomor Ridwan?"

"Bukan abang yang biasanya, tapi eneng cantik tadi."

"Dia istri saya. Silakan pergi, saya hanya melayani pembeli di sini," usir Aldi dengan tatapan tajam.

Aya menyeruput pelan wedang jahenya. Ternyata berjualan sungguh melelahkan. Mereka baru bisa beristirahat saat dagangan habis dan ini sudah setengah dua belas malam.

"Gue enggak akan kasih izin lo ikut lagi," ucap Aldi yang sedang membereskan sisa jualan mereka.

"Kenapa? Kan gue bisa bantu, cepek ya ternyata jualan gini. Pasti lo kewalahan kalau jaga sendiri."

"Pokoknya lo enggak boleh ikut lagi. Mending gue kewalahan jaga sendiri daripada liat lo digodain cowok-cowok enggak jelas," ungkap Aldi jujur. Aya justru tersenyum.

"Ya elah, lo juga digodain bocil sampai ibu-ibu gue biasa aja."

Aya tidak berbohong, memang yang menggoda Aldi ada dari kalangan bocil SD sampai ibu-ibu yang sudah punya anak.

"Pokoknya gue enggak suka, Aya."

"Iya, iya, gue enggak ikut lagi," putus Aya akhirnya.

Bukan karena mengikuti perintah Aldi, tetapi karena ia ingat dirinya tidak boleh terlalu lelah selama mengandung. Ia juga merasa cukup kelelahan hari ini.

•••

"Lo enggak mau dianter aja?" tawar Aldi saat Aya berpamitan.

"Enggak, rumah sakit tempat Kak Dea koas kan enggak jauh. Gue pergi ya."

A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang