53

19.7K 1.4K 233
                                    

"Terima kasih," bisik Aldi, Aya terkekeh pelan, ini sudah kesekian kalinya Aldi mengatakan itu.

"Udah ah, itu terus dari tadi."

Aldi mengelus rambut Aya. Perempuan itu masih terlihat kelelahan. Namun, binar bahagia jelas terlihat dari tatapan teduhnya.

"Maaf Bapak Ibu, saatnya dedek diazankan dan melakukan inisiasi menyusui dini," pinta dua perawat yang masuk membawa bayi mereka.

Aya melirik Aldi yang tampak berbinar melihat anak mereka. Tak lupa senyum lebar yang dapat dengan jelas mengekspresikan kebahagiaan pemuda itu. Dengan hati-hati Aldi menerima bayi pertama. Anak perempuan.

Aya meneteskan air mata melihat Aldi yang mengazankan anak pertama mereka. Setelah selesai mengazankan di telinga kanan dan ikamah di telinga kiri, Aldi memberikan kembali bayi mereka pada suster. Ia melakukan hal yang sama pada anak keduanya.

"Alhamdulillah, sekarang inisiasi menyusui dini. Ibu Kanaya sudah merasa kuat, 'kan?"

Aya mengangguk. Meski ia merasa sangat lelah dan sakit di bagian bawahnya ia tak mau melewatkan momen kedekatan pertama dengan buah hatinya.

"Baik, silakan dibuka bajunya Bu, saya bantu posisikan adek bayinya."

Aya mengerjap. Ia melupakan kalau IMD artinya harus membuka baju. Masih ada Aldi di sini, sejujurnya ia malu.

"Bisa? Mau aku bantu?" tawar Aldi kikuk.

Ia rasa Aya akan kesulitan jika melakukannya sendiri. Aya menghela napas. Aldi suaminya, tak masalah bukan. Nantinya Aldi juga akan sering melihatnya menyusui anak mereka.

"Tolong Kak," ucap Aya pelan. Sebab tangannya masih diinfus, jadi gerakannya masih terbatas.

"Kakak dahulu ya," kata perawat tersebut meletakkan bayi pertama mereka.

Aya mengamati bayi yang ada di atas tubuhnya.

"Lihat Kakak mulai bergerak," bisik suster tersebut melihat pergerakan bayi di atas tubuh Aya.

Mereka memerlukan waktu cukup lama, hampir tiga jam proses itu berlangsung. Namun Aldi maupun Aya, tampak sabar menunggu perjuangan kedua buah hati mereka.

"Suster saya merasa ada yang mengalir di jalan lahir saya," keluh Aya selepas proses IMD.

Aldi melihat Aya khawatir. Tadi saat proses IMD, Aya tampak meringis menahan sakit, apa karena itu? Saat Aldi melihat ke ranjang yang ditempati Aya, perasaan khawatirnya makin menguat. Darah.

"Tolong pencet tombol darurat Pak, sepertinya Ibu Kanaya mengalami pendarahan," perintah suster tersebut melihat darah di seprai Aya.

"Dokter akan segera datang, kami permisi meletakkan dedek bayinya dulu," pamit suster tersebut.

"Aya sakit? Tahan ya, dokter ke sini bentar lagi. Semua akan baik-baik aja."

Aya tersenyum lemah.

"Kak, te-terima kasih. Aya minta maaf untuk semua kesalahan Aya. I love you, Kak."

Tidak seperti pernyataan cinta sebelum-sebelumnya, kali ini Aya mengatakan kalimat itu dengan lugas. Namun, Aldi justru merasa takut karenanya.

"Love you more. Please, jangan bikin aku takut. Semua akan baik-baik aja, Ay. Tahan sebentar."

Aya hanya mengangguk. Ia merasa nyeri dan aliran yang keluar dari jalan lahirnya makin banyak. Aldi sendiri sebenarnya takut melihat darah di seprai Aya. Apalagi Aya tampak menahan sakit.

"Bapak silakan keluar, kami akan menangani Ibu Kanaya."

Aldi mengangguk, ia membisikkan kata penenang dan mengecup kening Aya sebelum keluar.

A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang