Sarapan pagi ini terasa suram bagi keluarga Francesso. Selain karena aura tidak mengenakkan yang senantiasa dikeluarkan Barra, Sang Nyonya rumah, Luna yang bungkam dengan raut wajah tidak bersahabat pun membuat para pria Francesso tidak berani membuka suaranya sedikitpun selama makan.
Dan bahkan Riri sekalipun hanya bisa menuruti perintah Bastian untuk memakan sarapannya dalam diam yang membuatnya mau tak mau harus mematuhinya.
"Riri mau bekal?" Tanya Luna memecah keheningan. Wanita itu nampaknya sudah menyelesaikan sarapannya yang tidak sebanyak biasanya. Dan pertanyaan semua Luna itu membuat semua orang di meja makan menatap sang Nyonya rumah dan Riri bergantian.
"Mau, Mama." Jawaban Riri itu membuat Luna mengangguk dan beranjak dari kursinya. Wanita paruh baya yang masih cantik di usianya itu melangkahkan kakinya menuju dapur tanpa banyak bicara.
Setelah Luna pergi, semua mata tertuju pada Barra. Walaupun Riri masih memfokuskan dirinya pada sarapannya sambil sesekali mencuri pandang, gadis itu menyimak kelakuan kakak kakaknya.
"Ada apa Papa?" Bastian memecah keheningan karena walaupun setelah ditatap oleh seluruh anaknya, Barra tetap melanjutkan sarapannya dengan tenang tanpa merasa terganggu.
Barra menaikkan alisnya mendapati pertanyaan Bastian. Membuat putra sulungnya itu memutar bola matanya sebal dengan sikap acuh tak acuh sang Papa.
"Papa!" Desis Bastian geram karena Barra kembali melanjutkan sarapannya. Lagi, Barra menaikkan alisnya menatap Bastian dengan wajah datarnya.
"Tidak usah kepo!" Balas Barra sinis yang bertepatan dengan Luna yang kembali memasuki ruang makan dengan menenteng tas bekal untuk Riri.
Gerald, Gio dan Riri yang kebetulan sudah menyelesaikan sarapannya langsung berdiri begitu Luna sampai di meja makan. Riri mengambil tas bekalnya dari tangan sang Mama. "Terima kasih, Mama. Riri berangkat sama Kakak!" Serunya pada Luna sambil memberikan ciuman di kedua pipi Luna.
Lalu gadis itu melanjutkan memberi ciuman rutin setiap paginya pada para lelaki kecuali Gerald dan Gio untuk berpamitan ke sekolah.
"Kakak jangan minum es! Kemarin kakak baru saja minum es. Jadi nggak boleh lagi!" Peringat Alfa ketika kakak perempuannya itu memberikan ciuman di sebelah pipinya. Riri menyengir mendapat perhatian adiknya yang dingin itu dan memberi hormat pada Alfa.
"Siap, bos!" Serunya yang membuat Alfa gemas dan menyarangkan kecupan singkat di kening kakaknya.
Setelahnya gadis itu berlari kecil meninggalkan ruang makan. Menyusul Gerald dan Gio yang sudah menunggunya di mobil.
Sepeninggal kembar tiga Francesso, suasana ruang makan kembali hening dengan Luna yang membereskan piring ketiganya. Begitu wanita paruh baya itu berencana mengangkat piring nya ke dapur, Bastian, Alfa dan Verro meletakkan sendok dan garpunya tanda telah selesai makan.
Luna mendongak melihat dentingan piring ketiga anaknya yang lain. "Sudah?" Tanyanya yang diangguki ketiganya serempak.
"Sana berangkat!" Perintah Luna yang membuat ketiganya serempak berdiri dan mencium tangan Papanya dan melangkah mendekati Luna. Bastian, Alfa dan Verro bergantian mengecup pelipis Mama mereka dan tak lupa menyalaminya.
"Jangan ngebut. Hati hati kamu bawa adikmu!" Peringatan Luna itu didengarkan oleh Bastian dan memberikan jempol nya tanpa menoleh ke belakang. Dengan si kembar yang membuntuti di belakangnya.
Setelahnya Luna langsung membawa semua piring kotor bekas sarapan anak anaknya ke dapur kotor untuk memastikan asisten rumah tangganya akan membersihkannya. Meninggalkan Barra yang menghela napasnya karena diacuhkan begitu saja oleh Nyonya Francesso itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Embarassing?
Teen Fiction"Kamu ngapain? Kok tiba-tiba peluk aku?" tanya Riri bingung. "Memangnya tidak boleh peluk pacar aku?" tanya pria dewasa itu santai. Namun Riri malah bingung mendengarnya. "Pacar itu apa?" tanyanya polos. "Kamu tidak tahu pacar?" tanya pria itu tidak...