AIE 28

2.4K 157 9
                                    

PEMBACA INI, MOHON DIBACAAAA. AKU UPDATE LOHHH. YUK MAMPIRRR.

JANGAN TANYA TANYA AKU KENAPA LAMA NGGAK UPDATE YAAA. JUJURLY AKU JUGA NGGAK TAU KENAPA AKU NGGAK UPDATE. ANGGAP SAJA AKU MENIKMATI HARI HARI TENANG, WKWKWKWK.

SEMOGA MASIH NYAMBUNG DENGAN ALUR CERITA INI YAA. YUK DIBACAA, KITA SAMBUT🥁🥁🥁🥁🥁

CERITA INI, WKWKWKWKWK.

Aku tentu tidak perlu mengingatkan dirimu untuk kesekian kalinya kalau aku sangat membenci segala jenis keterlambatan bukan? Karena mungkin saja pilihan untuk berganti asisten dan juga sekretaris pribadi adalah suatu hal yang harus kupilih kalau memang kamu ingin cepat-cepat pergi ke surga,"

Carlos yang mendengar ucapan Alfath itu tanpa sadar menelan ludahnya bulat-bulat dan mengangguk kaku. Sama sekali tidak berusaha membantah ataupun memberikan tanggapan lebih lanjut karena selain karirnya yang terancam, nyawanya juga bisa jadi bisa hilang dengan lebih cepat kalau sampai membantah ucapan pria itu.

{Am I Embarrassing? Chapter 28}

"Wah, akhirnya kita bisa memakai baju yang kembar tanpa harus memakai baju yang kembar juga dengan para pria menyebalkan dan tidak tampan itu!" seru Verro yang kelihatan heboh sekali ketika bungsu dari keluarga Francesso itu sudah memakai pakaian yang beberapa hari lalu diberikan oleh Kakak perempuannya yang kebetulan sengaja untuk kembar satu keluarga.

"Ih. Verro tidak jelas kalau bicara," cibir Riri yang tentu saja langsung dibalas anggukan kepala tanda setuju oleh Alfa. Remaja itu sama sekali tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada kalau saja dirinya bisa mengolok-ngolok saudara kembarnya itu.

Walau memang pada dasarnya dirinya juga ikut senang dengan pakaian mereka bertiga yang sengaja dikembalikan oleh kakak perempuannya.

Untung saja Mama dan juga Papanya sedang tidak berada ditempat karena masih ada di rumah sakit dan juga saudara laki-lakinya yang lain selain Alfa tidak bisa menyusul mereka ke Bali karena berbagai tugas yang dilimpahkan sang Papa dengan seenak jidatnya kepada ketiga putra tertua Francesso itu.

Walau hanya diam dan menatap saudara kembarnya yang bertingkah bodoh dan menyebalkan itu, Alfa sebenarnya merasa setuju dan diam-diam juga senang karena kakak perempuannya tidak membelikan pakaian untuk dirinya dan dengan ketidak hadiran 3 saudara lelaki tertua mereka, tentu saja proses untuk memonopoli Riri tidak sesulit ketika ketiganya hadir disini.

"Kenapa kok cuma Alfa dan Verro saja yang datang ke sini? Kenapa Kak Bastian dan Kak Ge sama Kak Gi nggak datang ke sini juga?" tanya Riri Yang sepertinya tidak bisa menahan rasa penasarannya karena ketika Kakak laki-lakinya itu tidak ikut dengan dua di kembarnya ke sini dan malah menetap di Jakarta.

"Semuanya diberikan perintah oleh Papa untuk mengurus terlebih dahulu berbagai perusahaan yang ada di Jakarta karena Papa pergi menyusul kamu dan Mama ke sini bukan? Dan karena hanya Alfa dan juga Verro yang tidak mendapatkan bagian untuk mengerjakan sesuatu di perusahaan, jadi mumpung sekolah juga sedang tidur, Alfa dan Verro menyusul Kakak ke Bali saja untuk menyusul Mama dan Papa."

Riri yang mendengar jawaban Alfa itu memberikan oh panjangnya sebelum akhirnya gadis itu kembali disibukkan dengan mempersiapkan diri karena tidak lama lagi mereka akan berjalan-jalan berkeliling setelah beberapa hari ini Riri hanya diam di dalam

"Sudah siap!" seru Riri dengan penuh semangat dan seketika membuat Alfa dan Verro menengok ke arah kakak kecil mereka yang sudah terlihat siap dan manis dengan setelan pakaian yang senada dengan mereka berdua.

"Ih, gemas sekali! Ini sebenarnya mana yang kakak mana yang adik sih!" seru Verro heboh dan tidak melupakan bagian paling favorit kalau sudah urusan berbincang dengan Riri. Apalagi kalau bukan menggoda sang Kakak yang selalu saja menggemaskan dan mampu mengundang tawa dari semua orang itu.

"Ih, Riri kakaknya! Jangan mentang mentang kalian laki-laki jadi anggap Riri yang lebih tua dari kalian itu sebagai adik ya!" balas Riri tidak terima.

Walau secara fisik dan juga postur tubuh yang dimiliki antara dirinya dan kedua adik lelakinya itu, mereka berdua memang bisa dibilang lebih pantas untuk dipanggil sebagai kakak, tapi secara umur dirinya tetap saja lebih tua dari mereka.

"Benarkah? Mana ada yang lebih tua itu malah sangat mudah untuk dibujuk dan juga disogok hanya dengan sebuah es krim ya? Kok aneh ya, Alfa?" Lagi. Verro tidak akan pernah merasa puas untuk menggoda Kakak perempuannya itu.

Setidaknya sampai Riri menangis satu kali lagi karena tidak tahan dengan gurauan dan juga ucapan yang terus-terusan dilontarkan oleh Verro itu. Dan benar saja.

"Verro! Alfa apa kamu tidak bisa bikin Verro diam? Riri sudah sangat kesal sama Verro!" rengek Riri yang sudah mulai berkaca-kaca saking kesalnya dia kepada Verro.

"Kakak mau terus meladeni Verro atau kita yang segera berangkat? Tidak akan habis kalau terus menuruti perkataan Verro yang tidak bermutu itu," ujar Alfa yang langsung meraih tangan kecil Riri sebelum akhirnya menarik pelan tangan itu.

Mengajaknya segera beranjak dan meninggalkan Verro yang masih tercengang dengan apa yang dikatakan oleh saudara kembarnya itu.

"Alfa, lihat Verro diam saja!" seru Riri pelan kepada Alfa yang langsung menoleh dan melihat saudara kembarnya hanya mematung karena ucapannya tadi.

Dan hal itu tentu saja membuat Alfa tidak bisa menahan diri untuk tidak memutar bola matanya malas. Tipikal Verro sekali yang selalu saja menanggapi segala sesuatunya dengan sangat amat berlebihan. Garis bawahi itu. Sangat amat berlebihan.

"Biarkan saja! Lebih baik kita segera berangkat," ujar Alfa acuh yang kemudian kembali menarik tangan Riri untuk mulai melangkahkan kakinya keluar dari kediaman Francesso itu.

{Am I Embarrassing? Chapter 28}

"Eughh," ringisan lirih itu keluar dari bibir wanita paruh baya yang tadinya terbaring di sebuah kamar luas nan mewah dengan nuansa hitam yang kentara.

Aluna, wanita paruh baya itu mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali. Berusaha membuat indra penglihatannya menjadi terang setelah bangun, atau mungkin bisa dikatakan sadar dari acara pingsannya ini.

Sunyi. Hening.

Dua kata itu sepertinya akan sangat cocok untuk menggambarkan suasana kamar yang ditempati olehnya ini. Bahkan, sama sekali tidak ada keberadaan putri satu satunya, Riri di kamar ini.

Mengingat Riri membuat Aluna seketika membelalak. Matanya membulat seiring dengan kilasan kejadian terakhir sebelum ia jatuh pingsan seakan memenuhi otaknya hingga membuat wanita itu tidak bisa menahan diri lagi.

Aluna bangun dengan tiba tiba. Dan seketika berusaha turun dari ranjangnya yang luas untuk bisa menemukan keberadaan putrinya itu. Sama sekali tidak memperdulikan kepalanya yang seakan berdenyut karena peredaran darahnya yang seakan dipaksa untuk bekerja keras.

Hingga mengakibatkan ia oleng tepat ketika menapakkan kakinya di lantai marmer dingin yang juga membuatnya berjengit.

Hampir saja Aluna ambruk dan menabrak meja kecil yang berada di sisi ranjang kalau saja sebuah tangan besar tidak menangkap tubuhnya.

"Kau harus sehat untuk bisa menerima hukumanmu, Aluna!" desis Barra sebelum Aluna bisa sadar siapa yang sudah menangkap tubuhnya.

{Am I Embarrassing? Chapter 28}

Am I Embarassing?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang