Maafkan aku ya gais, sudah menggantung cerita ini sejak lamaaaaaaa sekali. Udah pembaca dikit, digantung pula. Sowryyy...
Sebenarnya selama hampir 2 bulan ini aku terlalu memforsir diri buat nulis di platform lain sehingga selama satu setengah bulan belakangan akhirnya tubuhku tumbang. Emang sakitnya itu nggak terlalu parah atau kayak tipes gimana gimana gitu. Cuma radang tenggorokan yang setelahnya merembet jadi ke panas batuk pilek dan sejenisnya. Tapi ya begitu pada akhirnya, kalau mau nonton HP itu jadinya Pusing kepala dan cuma tahan paling lama setengah jam aja.
Udah deh, malah curhat. Intinya maaf karena sudah bikin kalian semua menunggu lama. Dan tidak lupa terima kasih buat semuanya pembaca setia yang masih semangat mengikuti cerita Riri.
Love u guys dan happy read...
Setelahnya Bastian melangkah mengikuti jalan Alfa keluar dari ruang keluarga menuju ruang tamu untuk mengantarkan keberangkatan adiknya itu. Disusul oleh Gerald yang membuntuti dengan wajah datarnya dan Gio yang masih sempat sempatnya memberikan tatapan penuh ejekan kepada Verro.
Sedangkan Verro menghentikan kakinya dengan keras sengaja supaya semua saudaranya yang sudah meninggalkannya sendirian di ruang keluarga mengerti kalau ia kesal karena kelakuan menyebalkan mereka.
Setelahnya ia menggeret kopernya dengan wajah tertekuk tak lupa melontarkan gerutuan disepanjang langkahnya menuju ruang tamu.
{Am I Embarrassing? Chapter 24}
Riri terus terusan menggumamkan lagu kesukaannya sembari menarik tangan Sinta untuk mengikuti langkahnya yang bersemangat.
Seakan tidak ada habisnya, Riri berjalan tanpa mengeluh dengan langkah semangat yang terkesan sedang buru buru itu sambil sesekali melihat lihat kanan kirinya.
Mall yang Sinta pilih untuk tujuannya dengan Nona majikannya itu adalah Discovery Shopping Mall Bali, yang memang selalu menjadi pilihan utama Francesso apabila berlibur ke Bali dari sekian banyaknya Mall yang ada di Bali.
"Tante bawa kartu Papa kan?" Tanya Riri kepada Sinta sambil berhenti di salah satu toko boneka dan mainan anak anak.
Dilihat dari gerak gerik serta pertanyaan yang diajukannya, tentunya gadis itu sedang tertarik untuk masuk ke dalam dan membeli beberapa barang di dalam sana.
"Bawa, Nona mau beli sesuatu?" Tanya Sinta atau bisa dibilang lebih tepatnya menawarkan.
Riri mengangguk semangat mendengarnya. "Ada boneka yang Riri belum punya. Boleh beli?" Tanya Riri sambil memiringkan kepalanya polos.
Sinta tersenyum lembut melihat tingkah menggemaskan gadis itu. "Boleh dong. Yuk!" Ajaknya lalu kali ini ganti Sinta yang menarik tangan Riri masuk ke dalam toko boneka itu.
Riri yang sudah berada di dalam toko boneka itu pun serasa memasuki surganya karena ia bisa melihat berbagai jenis boneka dengan berbagai bentuk serta ukuran. Bahkan ada salah satu boneka yang berukuran lebih besar dari tubuhnya dengan karakter yang lucu yaitu berbentuk jerapah dengan corak khas nya.
Sinta yang melihat antusiasme gadis itu begitu masuk ke toko boneka ini pun dibuat terkekeh karena tingkahnya terlihat sangat menggemaskan dan bisa membuat orang bahagia hanya dengan melihat raut wajahnya yang penuh kebahagiaan.
Riri pada awalnya menarik Sinta ke sana kemari untuk melihat berbagai macam boneka yang tersusun rapi di atas rak rak yang berjajar di toko ini. Sejauh ini gadis itu masih belum menentukan boneka mana yang akan dibelinya. Sehingga Sinta pun hanya melihat dan membiarkan gadis itu menentukan pilihannya serta mencari boneka yang dimaksud bahwa ia belum memilikinya. Walau tidak mungkin terdengar karena barang mana yang tidak bisa dimiliki oleh putri satu satunya Francesso itu.
Tapi ia tidak banyak bicara dan hanya mengikuti Gadis itu kesana kemari saja sambil sesekali melihat dan mengamati boneka boneka yang berjajar di sana dari jarak dekat.
"Tante, Riri mau yang ini?" Tanya Riri dengan wajah menggemaskannya sembari menunjukkan salah satu boneka dengan karakter lucu namun ia tidak ketahui namanya.
Sinta yang melihatnya pun mengangguk dan membiarkan gadis itu membawa boneka itu kesana kemari untuk kembali melihat-lihat barangkali ada boneka lain yang ingin dibelinya dari toko ini. Dengan dirinya yang masih terus membuntuti langkah kecil namun penuh semangat gadis kecil itu.
"Sudah?" Tanya Sinta dengan ada lampunya ketika melihat gadis itu yang seakan sudah tidak tertarik dengan berbagai boneka yang berada disekitarnya dan mulai berjalan mendekatinya dengan mengulurkan boneka yang selalu dipeluknya sedari tadi itu.
Riri mengangguk pertanyaan Sinta dan wanita paruh baya itu langsung menarik tangannya menuju ke meja kasir untuk membayar boneka yang sudah dipilihnya ini.
Setelahnya dua perempuan berbeda usia itu keluar dari toko dengan tangan yang saling bergandengan dan Sinta yang satu tangannya yang bebas memegang berisikan boneka yang baru saja dibeli oleh gadis itu.
Sedangkan Riri yang sejalan dengan riang malah terpaku dengan salah satu butik bermerek yang sudah menjadi langganan keluarganya karena ia mengingat bahwa sang Mama menginginkan koleksi terbaru dari salah satu desainer favoritnya dan itu baru keluar di Bali saja.
"Tante, belok ke sana sebentar ya?" Tanya Riri sembari mengarahkan jari telunjuknya menuju ke arah salah satu sudut Mall tersebut yang menampakan butik bermerek Gucci yang memang sudah menjadi favorit gadis itu dan keluarganya.
Sinta yang melihat arah telunjuk gadis itu pun dibuat menelan ludahnya. Bukan karena ia tidak mampu untuk membeli barang dari merek tersebut karena tidak mungkin ia digaji dengan nominal kecil ketika ia sendiri bekerja di perusahaan terkenal di negeri ini. Apalagi dengan jabatannya yang menjadi sekretaris pribadi dari pemilik perusahaan membuat gajinya tentu lebih dari cukup atau bahkan sangat cukup untuk sekedar membeli barang barang dari merek merek ternama dunia.
Tapi entah kenapa rasanya berbeda ketika gadis itu dengan mudah menunjuk toko barang dengan merk ternama itu karena sang kakak yang memiliki American Black Card Express, dimana kartu tersebut hanya eksklusif dimiliki oleh tidak banyak orang di dunia ini.
"Mau beli apa emangnya?" Tanya Sinta membiarkan dirinya ditarik mendekati store tersebut oleh gadis kecil ini. Sekaligus menyiapkan mental nya agar tidak tergiur karena biasanya keluaran baru lumayan menarik dan sedikit pricey.
"Riri tidak tahu Mama akan suka yang mana dan barang apa yang mau dibeli sama Mama. Atau mungkin Riri belikan saja semua barang yang satu tema dengan keluaran terbaru musim ini? Riri tidak terlalu mendengarkan ketika Mama bilang barang barang apa saja yang ingin membeli dari toko ini." Curhat gadis itu yang mungkin jika didengarkan oleh orang biasa akan membuat mereka geleng-geleng kepala dan tidak habis pikir dengan tingkah spontannya.
Tapi sayangnya begitu mereka tiba di store Gucci tersebut, security yang menjaga di depan store tersebut mengatakan bahwa ada orang yang tengah berbelanja di dalam dan meminta untuk mengosongkan tempat ini beberapa saat kedepan.
"Ah! Tapi Riri ingin membelikan mama barang-barang, Pak Satpam. Masa tidak boleh sih? Riri juga punya uang kok." Ujar gadis itu setengah merengek membuat satpam itu sebenarnya tidak tega untuk menolak permintaan gadis kecil itu.
"Maaf, Nona. Sudah menjadi prosedur kami untuk menolak pelanggan apabila ada pelanggan lainnya yang ingin mengosongkan tempat ini juga." Ujar satpam tersebut dengan berat hati yang membuat lengkungan sedih muncul di wajah cantik gadis itu.
{Am I Embarrassing? Chapter 24}
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Embarassing?
Teen Fiction"Kamu ngapain? Kok tiba-tiba peluk aku?" tanya Riri bingung. "Memangnya tidak boleh peluk pacar aku?" tanya pria dewasa itu santai. Namun Riri malah bingung mendengarnya. "Pacar itu apa?" tanyanya polos. "Kamu tidak tahu pacar?" tanya pria itu tidak...