"Mau di tempat Kakak Ge dan Gi atau mau les di rumah saja?" Kini ganti Gerald yang membuka mulutnya menanyakan pertanyaan yang sudah ditunggu sedari tadi.
Mata Riri berbinar mendengar pertanyaan Gerald. "Boleh ikut Kakak?" Tanyanya nyaris menjerit saking antusianya.
Gio mengangguk menjawab pertanyaan adik kembarnya. "Kenapa enggak?"
"Oke. Papa yang akan urus. Sekarang lanjutkan makannya!"
{Am I Embarassing? Chapter 12}
"Dadah Mama!" Seru Riri pada Luna yang kini menatapnya dari teras rumah mereka. Saat ini, Riri, Gio dan Gerald sudah berada di dalam mobil untuk pergi les setelah kepenatan mereka di sekolah.
Mungkin bagi Dua pria itu, les setelah sekolah adalah hal yang melelahkan. Maka dari itu, mereka selalu memilih sore atau malam untuk pergi les karena pergi les setelah mendinginkan pikiran setelah hampir 6 jam berkutat dengan pelajaran akan lebih menenangkan.
Tapi karena kini mereka akan les bersama dengan Riri, maka mereka juga ikut menyesuaikan jam Riri. Saudara lelaki dan orangtua mereka tak pernah suka Riri keluar pada malam hari. Karena selain berbahaya untuk gadis sepolos Riri, mereka juga menjaga keamanan Riri dari banyaknya serangan yang menarget keluarga Francesso.
Dan alasan lainnya juga karena jam malam Riri yang hanya dibatasi sampai sebelum makan malam oleh Papa mereka membuat mereka harus mengalah dan mengikuti jam Riri.
Tapi itu tidak membuat keduanya keberatan. Bersama Riri selalu menyenangkan karena bisa melihat tingkah menggemaskannya setiap saat. Dan satu les dengan Riri maka berarti mereka akan menghabiskan banyak waktu dengan Riri.
Luna tersenyum lebar melihat betapa menggemaskannya Riri di hari pertamanya les bersama dengan kedua kakaknya. Ia terus melambaikan tangannya sampai anak gadisnya masuk ke dalam mobil.
Kali ini, Double G menggunakan sopir keluarga Francesso yang biasanya menyupiri Riri ketika gadis itu masih di sekolah lamanya. Kini karena Double G sering malas, maka mereka banyak menggunakan sopir Riri untuk bepergian bersama adik perempuan mereka. Tapi kalau seorang diri, maka mereka akan membawa mobil masing masing dan menyetir sendiri.
Riri terus tersenyum riang di dalam mobil dan tak henti hentinya bertanya berbagai macam hal pada kedua Kakak kembarnya.
"Apa disana banyak orang?" Gerald menoleh pada Gio. Tanda bahwa Gio yang harus menjawab pertanyaan gadis itu. "Em. Banyak orang. Namanya juga les. Nanti banyak orang yang ikut belajar sama kita!"
"Kakak ada teman disana?" Tanya Riri menanggapi jawaban Gio.
"Ngapain pakai teman? Kan sudah ada Riri sama Gerald. Nanti juga walau nggak pakai teman Kakak pasti paham kok. Riri nanti juga ya?"
Jawaban Gio mungkin sudah dibuatnya se simple mungkin. Tapi jawaban itu tidak terdengar simple buat Riri. Ia mengerutkan dahinya bingung mendengar jawaban Gio yang menurutnya membingungkan. "Riri nggak paham." Ujarnya singkat membuat tawa renyah menyembur keluar dari bibir Gerald dan Gio. Sopir mereka pun tampak menahan tawanya di depan sana.
Riri melotot melihat orang orang itu malah menertawakannya. "Jangan ketawa! Riri beneran nggak paham!" Sentak Riri tak terima ditertawakan kedua lelaki itu. Tapi rupanya wajah garangnya itu malah terlihat imut dan tidak cocok dengan wajahnya.
Gerald mengangguk paham lalu menyentil pelan kening Riri guna menyalurkan kegemasannya pada adiknya itu. Sementara Gio masih belum selesai dengan tawanya yang semakin menggelegar. Riri semakin melotot melihat tawa Gio yang semakin menjadi.
Dengan kesal Riri mengetok dahi Gio yang duduk di sebelah kanannya. Ia mengetoknya dengan keras tanpa merasa kasihan. Suara ketokannya bahkan terdengar nyaring di mobil yang sempit itu. "Auhh! Galak amat sih!" Sempat sempatnya bagi Gio menggoda Riri ditengah kegiatannya mengelus dahinya yang sebenarnya tidak terasa apapun. Tapi menggoda Riri akan selalu menyenangkan baginya.
Tingkah keduanya membuat Gerald yang duduk di sisi mandiri menggelengkan kepalanya. Ia gemas pada Gio yang terus terusan menggoda Riri dan membuat suasana di dalam mobil ini menjadi ramai. Tapi tetap saja bagi Gerald itu akan menjadi semakin menyebalkan.
Karena dapat dipastikan Gio akan semakin gencar menggoda Riri dan membuat kemungkinan terbesarnya akan dilakukan kakak perempuannya itu. Yah. Menangis. Apa lagi? Itu senjata ampuh Riri kalau sudah terlalu kesal. Dan tentu saja membuat Riri menangis saat mereka akan sampai di tempat les bukanlah ide yang baik.
"Kau akan membuatnya menangis, Gi. Lebih baik hentikan saja dan menghindar dari kemungkinan dia akan menangis. Hariku akan lebih tenang dalam seminggu kedepan kalau kau segera berhenti menggoda Kakak." Ujar Gerald yang menyindir sekaligus mengingatkan Gio tentang hukumannya beberapa bulan lalu saat itu menggoda Riri habis habisan dan berakhir Kakak perempuannya itu menangis.
Dan nampaknya Riri kali ini setuju dan sangat membutuhkan bantuan Gerald untuk bisa bebas dari godaan Gio yang semakin menjadi. Dengan manja ia memeluk erat tubuh adiknya itu. Gerald membalasnya dengan mengelus rambut Riri yang tengah tergerai bebas dan mengusirnya pelan. Riri yang merasa menang hanya tersenyum lebar dan menoleh dengan wajah sombongnya pada Gio. Tak lupa ia mengulurkan lidahnya mengejek Gio yang hanya bisa menatapnya dengan wajah datarnya.
Gio tidak menyerah. Tentu saja. Ia hanya membiarkan Kakaknya merasa menang untuk saat ini dan membalasnya nanti.
Dan yang membuatnya berhenti tentu saja peringatan Gerald mengenai ia yang dihukum beberapa bulan lalu karena terus terusan mengganggu Riri. Tidak main main, Barra menghukumnya harus mengurusi segala yang berhubungan dengan perusahan keluarga mereka dengan kata lain dia menjadi pemimpin perusahaan keluarga mereka selama satu bulan penuh.
Dan ya. Itu adalah hal yang paling dibenci Gio. Ia tidak suka segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan. Mengatur segala hal mengenai bisnis bukanlah passionnya. Gio lebih suka berhubungan dengan segala macam alat medis meskipun tingkahnya yang sangat amburadul.
Ya beruntungnya ia memiliki cukup banyak kakak laki laki yang nantinya akan mengurusi perusahaan keluarga mereka meskipun ia tahu kalau nantinya sebagian besar harta keluarga mereka akan jatuh ke tangan Riri.
Tapi dari semua itu intinya. Gio tidak menyerah. Ia hanya membiarkan Riri merasa menang.
Setidaknya untuk saat ini, gumamnya dipenuhi kelicikan untuk kembali mengganggu Kakaknya yang cengeng itu. Otaknya pun sudah berisi list tentang apa saja yang akan dilakukannya untuk membuat Riri kesal.
Sedangkan di sisi kirinya, Gerald tengah mengelus rambut Riri dengan penuh sayang sembari menatap jalanan. Tapi saat Gio menatapnya, Gerald langsung mengalihkan pandangannya dan mendapati saudara kembarnya itu tengah menatapnya sebal.
Gerald membalasnya dengan wajah datarnya. "Well, aku hanya memperingatkanmu Gio. Kau tentu tidak ingin kembali ke perusahaan bukan? Tapi mungkin saja aku salah. Mengingat betapa serunya kau bermain di sana sampai membuat perusahaan cabang kita hampir habis. Untung saja hanya hampir. Bukan sudah."
Gio mendengus mendengarnya. Ia memilih untuk mengalihkan pandangannya ke jendela mobil.
{Am I Embarassing? Chapter 12}
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Embarassing?
Teen Fiction"Kamu ngapain? Kok tiba-tiba peluk aku?" tanya Riri bingung. "Memangnya tidak boleh peluk pacar aku?" tanya pria dewasa itu santai. Namun Riri malah bingung mendengarnya. "Pacar itu apa?" tanyanya polos. "Kamu tidak tahu pacar?" tanya pria itu tidak...