AIE 4

6.2K 427 10
                                    

Mendengar perkataan Barra membuat tangis Riri makin pecah. Dengan kesadaran penuh, Luna melemparkan tas kerja suaminya kewajah Barra. Dia kesal karena suaminya selalu mengganggu Riri.

"Kamu tidur diluar, Mas!!" seru Luna gemas.

{Am I Embarassing? Chapter 4}

"Ma, Riri kok belum turun juga?" tanya Gerald bingung karena ini sudah hampir jam 7, namun adik perempuannya itu belum juga turun.

Tidak biasanya seperti ini. Karena biasanya, Riri lah yang paling bersemangat untuk makan.

Luna menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu kenapa putrinya itu belum turun juga karena ia tadi tidak membangunkan Riri. "Tadi Mama sudah ketuk pintu Riri. Tapi nggak ada jawaban. Mama kira adik kalian masih tidur. Jadinya Mama biarkan saja. Biasanya juga kan kalian yang membangunkan Riri."

"Yasudah. Kalian lanjutkan sarapannya, biar Mama yang nyu--"

"Mama duduk aja lanjutin makan Mama. Biar Bastian yang susul Riri." potong Bastian yang langsung berlalu dari ruang makan tanpa menunggu persetujuan dari sang Mama.

Mereka semua melanjutkan sarapan masing masing dalam diam. Sembari menunggu Bastian dan Riri turun dari lantai atas.

Tapi tak lama setelahnya, Bastian datang dengan keadaan berantakan dan napas tersengal sengal. "MA!!! RIRI NGGAK ADA DI KAMARNYA!!" teriak Bastian yang sontak membuat semua orang di ruang makan itu terkejut.

Luna yang mendengarnya sangat shock. Ia langsung kehilangan kesadarannya. Beruntung Barra sempat menangkap tubuh istrinya itu sebelum menyentuh lantai.

"Kalian, cari Riri. Papa akan menyusul setelah dokter memeriksa Mama. And twins, kalian tetap pergi sekolah ya. Biar Papa dan kakak kakak kalian yang mencari Riri," ujar Barra.

{Am I Embarassing? Chapter 4}

"Riri? Kenapa dia jalan kaki sendirian? Kemana kakak kakaknya?" tanya seorang gadis yang tengah melajukan mobilnya itu bingung.

Dia memilih memelankan laju mobilnya dan mensejajarkannya dengan Riri.

"Riri!"

Gadis yang dipanggil Riri itu menoleh. "Eh! Rosa?! Kok kamu disini?" tanya Riri bingung.

"Kan kalo dari rumah gue ke sekolah lewat sini biasanya. Lo mau nebeng?" tawar Rosa.

"Memang boleh? Nggak ngerepotin kamu?"

"Ishh pake malu malu segala," Rosa turun dari mobilnya dan menggandeng Riri ke pintu depan. Lalu dia kembali masuk ke balik kemudi. Setelahnya gadis itu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Maaf ya, aku jadi ngerepotin kamu Rosa." ujar Riri pelan sambil memilin jemarinya.

"Sans bae lah. Btw. Lo kok bisa jalan sendirian disini? Mana kakak kakak lo? Bukannya mereka posessive banget ya kalo sama lo?" tanya Rosa beruntun sembari sesekali mengalihkan pandangannya dari jalan kesebelahnya.

"Tadi itu Riri berangkat sendiri jalan kaki. Soalnya Riri kesel sama Papa. Kakaknya Riri semua nggak ada yang tahu kalau Riri berangkat pagi pagi."

"Hah?! Lo kabur dari rumah?! Kenapa bisa?!" Teriak Rosa yang membuat Riri refleks menutupi telinganya.

"Papa ngeselin. Papa bilang gamau punya anak nakal kaya Riri. Papa juga bilang gak mau kasih Riri uang saku. Terus katanya Riri disuruh berangkat sendiri, jadinya ya Riri berangkat sendiri. Gak bilang bilang sama orang rumah," terang Riri yang dibalas tepukan jidat Rosa.

"Mampus gue. Sekarang, mendingan lo telpon orang rumah deh. Terserah siapa aja. Yang penting lo kabarin mereka," perintah Rosa yang dibalas dengusan Riri.

"Nggak mau. Kan ceritanya Riri lagi ngambek!" ujarnya kesal yang dibalas delikan sebal Rosa.

"Kalo lo nggak ngabarin keluarga lo, yang ada gue yang kena imbasnya. Atau lo mau gue antar balik ke rumah lo?!" ancam Rosa yang membuat Riri mau tak mau mengambil handphone miliknya dan mulai menghubungi nomor sang Mama.

Sementara Rosa dengan sigap memutar balik mobilnya. Mengantar putri Francesso itu keistananya. Sekaligus membereskan kekacauan yang dilakukannya.

{Am I Embarassing? Chapter 4}

"Dimana kau sweetheart?! Kenapa kau sampai pergi seorang diri seperti ini? Kau membuat kakak sangat khawatir. Bagaimana kalau kau tersesat? Atau ada orang jahat yang mengetahui kalau kau putri tunggal Francesso?" gumam Bastian khawatir.

Dia tengah menjalankan mobilnya menyusuri jalanan disekitaran komplek mansionnya dan belum menemukan tanda tanda keberadaan Riri.

Bastian juga sudah datang ke sekolah. Namun dia tidak menemukan tanda tanda keberadaan Riri. Tidak juga kedua adik lelakinya.

Ia sangat khawatir karena bisa saja Riri dalam bahaya.

Baru saja ia akan menghubungi handphone Riri, sebuah panggilan masuk bertuliskan 'Mama' membuat Bastian segera menjawabnya.

"Ya Mam?"

"........."

"Ah?! Benarkah?!"

"........."

"Syukurlah!"

"........."

"Tidak, lebih baik aku kembali. Ini sudah sangat terlambat untuk masuk,"

"........."

"Bye Mam,"

Bastian memutar balik mobilnya, dan seakan kesetanan, ia langsung melaju dengan kecepatan penuh.

Perasaan cemas, kesal, sekaligus bahagia bercampur dalam dirinya begitu mendengar berita dari sang Mama, bahwa adik perempuannya sudah pulang dengan selamat.

{Am I Embarassing? Chapter 4}

"Bagaimana bisa kau keluar seorang diri? Dan berjalan kaki?! Tidakkah kau sadar bahwa kau membuat seluruh orang cemas, Riri?!" Suara Barra seakan menggelegar dipenjuru mansion ini.

Luna yang berdiri disebelahnya pun mengusap bahu suaminya agar bisa lebih rileks.

"Maa..maafkan..Riri. Kemarin, Papa..kan bi..bilang kalau..Papa tidak suka anak nakal dan tidak menurut seperti, eumn Riri. Jadinya Riri pergi dulu. Dan tidak bilang bilang," ujar Riri lirih.

Ia sangat takut melihat Papanya marah marah seperti itu. Ini seperti melihat monster. Dan Riri tidak suka itu.

"Kau ini bodoh atau bagaimana?! Itu kemarin juga karena kecerobohanmu! Kalau saja kau tidak sebodoh ini untuk--"

"MAS!! CUKUP!!" Potong Luna tak tahan dengan ucapan suaminya yang semakin melantur itu.

Sedangkan Riri, gadis itu menunduk dan menangis dalam diam. Hatinya sakit mendengar bentakan sang Papa. Terlebih lagi, Barra melontarkan kata yang jujur saja membuat hatinya berdenyut ngilu.

Walau Riri bisa dikatakan bodoh, tapi ia tahu apa maksud ucapan sang Papa. Ia paham betul dengan hal itu.

"Maafkan Riri," ujar Riri pelan lalu berlari naik ke kamarnya.

Barra yang melihatnya pun menghela napasnya dalam dalam. "Aku hanya tidak suka melihatnya tidak dalam jangkauanku," bisiknya pada sang istri.

Luna memeluk sekilas suaminya itu. Lalu beranjak naik kelantai atas menemui sang putri.

{Am I Embarassing? Chapter 4}

Am I Embarassing?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang