AIE 34

1.7K 118 18
                                    

"Tentu saja kita pulang. Ayo jalan lagi!" ujar Barra membuat Riri mengangguk dan menggandeng tangan Alfa dan Verro sebelum akhirnya mulai melangkahkan kakinya kembali.

Meninggalkan Barra yang menghela napas pelan karena beban pikirannya yang kembali bertambah. Dan Aluna yang mengerti bagaimana perasaan Barra namun hanya bisa mempererat genggaman tangannya pada prianya itu. Memberikan ketenangan sekaligus kekuatan untuk Barra bisa mengontrol emosinya.

"Jangan khawatir, Mas. Kita harus bisa berpikir jernih supaya hal ini bisa segera mendapatkan jalan tengah!"

{Am I Embarrassing? Chapter 34}

"APA?!" Bastian berseru karena remaja lelaki itu benar benar dibuat terkejut dengan penuturan Barra.

"Papa yakin tidak salah orang, kan?" tanya Bastian berusaha memastikan apa yang baru saja didengarnya itu karena telinganya sedang bermasalah sehingga tidak mampu mendengar dengan baik.

"Bagaimana bisa salah orang kalau dia sendiri dengan penuh kepercayaan diri langsung menjabat tangan Papa waktu di bandara. Bahkan dengan sangat amat terang-terangan menyebut Papa sebagai calon mertua," celetuk Verro dengan wajah malas karena ini kali kedua orang orang tidak percaya dengan marga yang mereka sebutkan.

Termasuk juga Bastian, Gio dan Gerald yang seketika terlihat seperti sedang blank dengan penuturan Barra dan Verro.

Aluna yang membawa nampan berisikan kopi dan teh untuk para pria yang ada di ruang keluarga ini dibuat menggelengkan kepalanya karena rupanya topik ini masih saja hangat, bahkan setelah mereka sampai di kediaman utama Francesso di Jakarta.

"Nanti kalian juga akan terbiasa kalau memang dia serius dengan Riri. Lagipula Riri memanglah anak perempuan. Sudah sepatutnya dia bisa mengerti hal hal yang berhubungan dengan ini," ujar Aluna santai sembari mendudukkan diri di pangkuan Barra.

Dan hal itu sontak membuat para pria selain Barra mendengus karenanya. Bukan karena kemesraan yang dengan terang-terangan dipamerkan oleh pasangan paruh baya itu. Melainkan karena penuturan sang Mama.

"Iya kalau Riri setidaknya sudah selesai kuliah. Lagipula masih ada aku, Gio dan Gerald yang harus menemukan pasangan kami masing masing, sebelum akhirnya Riri bisa berpasangan sendiri," ujar Bastian keras kepala, dengan pemikiran anehnya yang super kolot itu.

"Kenapa memangnya? Toh kita juga tidak ada masalah dengan usia dan siapa yang akan menikah lebih dahulu. Sebenarnya yang kalian permasalahkan itu Riri yang ditaksir orang lain, atau Riri yang akan melangkahi tiga kakaknya dan punya pacar duluan sih?" Aluna lagi lagi mengatakan hal yang membuat para pria itu menatapnya tidak percaya.

"Sayang. Riri masih 16 tahun. Setidaknya dia harus menyelesaikan sekolahnya dan pergi ke universitas untuk bisa memiliki pasangan. Bahkan belum ada kakaknya yang memutuskan siapa pasangan mereka!" Barra masih berusaha untuk mempertahankan argumennya.

Aluna tentu langsung meletakkan tangannya yang lentik ke rahang kokoh Barra, mengusapnya sebagai usaha untuk memberikan pria itu kenyamanan, "Barra, kita tidak memiliki hak untuk ikut campur terlalu jauh dalam urusan percintaan Riri ataupun anak kita yang lain nantinya. Mereka punya hak untuk bisa menentukan apakah orang itu pantas menjadi pasangan mereka atau tidak.

Kalaupun nanti kalian semua meragukan pilihan Riri, tapi putri kita merasa aman dan yakin dengan keputusannya, kita hanya bisa terus memberikan semangat. Riri memang polos. Dan walaupun dia tidak memiliki insting sekuat saudaranya yang lain dalam menilai orang, tapi Mama percaya kalau Riri pasti mengerti hal ini. Selama pria itu tidak melakukan hal-hal berbahaya untuk berusaha mendekati Riri atau pun merasa terancam karena kalian yang terus-menerus mengekang Riri dan tidak memberikannya ruang untuk mendekati Riri."

Aluna berhenti bicara. Matanya mengedar ingin melihat para pria itu walaupun menunjukkan ekspresi datar dan sama tegangnya namun bisa Aluna lihat mata mereka yang sedikit tergoyahkan dan mungkin saja sudah mulai memikirkan masalah ini. Senyum kecil disunggingkan wanita paruh baya itu. Menyadari betapa keluarganya ini saling menyayangi satu sama lain.

"Kalaupun nanti dia ternyata hanya bermain-main ataupun sekedar penasaran saja kepada Riri, kita bisa mengambil langkah lain seperti memutus segala akses pria itu untuk bisa menggapai Riri. Semudah itu. Lagipula sepengetahuan Mama, pewaris utama Danusudirbyo itu bukan tipikal laki-laki yang suka mempermainkan wanita. Karena memang reputasinya bersih. Dan Mama yakin kalian semua lebih tahu, karena beberapa bisnis kita juga menjalankan kerjasama dengan bisnis keluarga mereka. Tidak ada salahnya untuk membiarkan Riri berinteraksi dengan orang lain, kan?"

Gio dan Gerald, kembar yang juga sempat berbagi rahim dengan Riri karena mereka bertiga adalah anak kembar hanya bisa memalingkan kepalanya sebelum akhirnya beranjak dari ruang keluarga tanpa bersuara lebih banyak lagi. Sedangkan Bastian yang memang sudah terjun lebih lama dalam urusan bisnis keluarganya terdiam ketika menyadari fakta yang dikatakan sang Mama.

Danusudirbyo mungkin saja terdengar menakutkan Ketika dilihat dari seberapa besar dan juga kuat kekuasaan serta kekayaan yang mereka miliki. Tapi para anggota Danusudirbyo tidak ada yang main main ketika menjalin hubungan.

Pun dengan kedua kembar bungsu, Alfa dan Verro yang tidak bisa membantah ataupun berkata-kata ketika sang Mama sudah berbicara demikian.

"Tidak ada ampun kalau sampai dia main-main," tukas Alfa yang diangguki Verro, begitupun dengan Bastian yang juga mengangguk dan membuat Aluna tersenyum kecil melihatnya.

"Mama sendiri yang akan pastikan," janji Aluna.

{Am I Embarrassing? Chapter 34}

"Tadi Verro bilang, Riri ditraktir boneka?" tanya Aluna ketika Riri yang sudah mandi bergelayut manja di sisinya.

Dan pertanyaan itu membuat Riri mendongak sembari mengangguk antusias, "Riri ketemu lagi sama Tuan Baik. Karena sudah baik izinkan Riri buat belanja, Riri kasih Tuan Baik bros deh. Sekarang gantian Riri yang dibelikan boneka."

"Eh, baiknya. Memang Riri kenal dengan orang yang Riri panggil Tuan Baik itu?" Aluna sekali lagi menanyakan atau lebih tepat kalau dibilang kepo.

"Tidak, tapi Tante Sinta bilang dia juga kerja seperti Papa. Tapi Riri tidak tahu dimana," ujar gadis itu yang seakan melegakan bagi para pria yang turut mencuri dengar pembicaraan Ibu dan Anak itu.

"Terus. Riri suka takut kalau ada Tuan Baik, Mama. Soalnya ada banyak sekali om om yang kaya disini. Tapi lebih serem dari om om yang ada di sini!" sambung Riri yang membuat Aluna terkekeh mendengarnya.

"Terus terus, bagaimana? Riri tidak takut dengan Tuan Baik itu?" Aluna masih saja memancing anak gadisnya untuk menceritakan kesan gadis itu ketika berhadapan dengan Pewaris Danusurdibyo itu.

Dan ketika Aluna bahkan berekspektasi kalau gadis manis itu akan mengangguk mengingat kalimat terakhirnya. Tapi bukannya mendapat ekspektasi respon sesuai keinginannya, ia malah mendapati Riri yang menggeleng dengan wajah santai, "Tidak dong! Tuan Baik tampan. Riri suka!"

Aluna yang mendengarnya terkekeh. Untung saja saat ini posisinya hanya dirinya seorang yang berbincang dengan anak gadisnya ini. Coba kalau ada saudaranya yang lain. Sudah pasti para pria Francesso itu akan merasa sangat kesal dengan ucapan Riri, "Oh hoh. Anak Mama sudah tahu pria tampan hmm!"

Aluna sudah tidak mampu menahan diri dan menjawil dagu kecil gadis manisnya itu dengan gemas. Dan hal itu membuat Riri memberikan respon yang tidak pernah diduga Aluna.

Pipi tembamnya yang menggemaskan itu seketika langsung memerah.

DEMI APAPUN PUTRINYA BLUSHING!

{Am I Embarrassing? Chapter 34}

Am I Embarassing?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang