AIE 26

3.7K 279 64
                                    

UPDATE LAGIIIIIII

NGGAK MAU BANYAK OMONG DULU GAISS.

Btw, kalau biasanya aku kalian kasih komentar next aja udah seneng, bisa minta tolong nggak??

Kali ini kasih komentar yang membangun dongg🤧 lagi mentally capekkkk banget. Butuh semangat, hehehe...

Selamat membaca, and i love you gaiss🥰

Sedangkan Carlos yang ditinggal begitu saja sendirian pun bergegas mengikuti langkah lebar Tuannya dan terus merutuki mulut lancangnya yang dengan tidak tahu sopan santun malah mempertanyakan titah mutlak yang keluar dari bibir Tuannya.

Untung saja Carlos masih bisa menghirup udara segar setelah beberapa menit dari kelancangan mulutnya. Karena tidak banyak orang yang bisa dengan sangat beruntung terlepas dari jeratan kemarahan Tuannya dan masih bisa berkeliaran seperti Carlos.

{Am I Embarrassing? Chapter 26}

"Tante. Aku bosan sekali. Kenapa Mama dan Papa tidak juga pulang sih? Di sini aku cuma berdua saja sama Tante nggak ada siapa siapa," gerutu Riri yang sepertinya sudah membutuhkan orang untuk bisa berinteraksi dengan dirinya setelah dua hari hanya bersama Sinta dan juga bodyguard Papanya.

Benar benar tidak ada orang lain yang bisa diajak berbicara dan menghiburnya karena semua orang terlihat sangat tegang dan sama sekali tidak terlihat ramah, walau biasanya juga begitu sih.

"Mama dan Papa sedang ada urusan penting yang harus diselesaikan dengan segera dan tentu saja belum bisa pulang. Kan ada Tante di sini. Riri jangan khawatir," ujar Sinta menenangkan yang membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal.

Ia juga tahu ada Sinta di sini yang menemaninya. Tapi wanita itu tidak 24/7 selalu bersama dirinya. Ada kalanya ia harus istirahat sedangkan dirinya tinggal seorang diri dan kesepian.

Riri menghela napasnya dalam dan membanting tubuhnya berbaring di ranjang besar yang sedari tadi menjadi tempat duduknya. Gadis itu sangat terlihat kebosanan dan sama seakan tidak memiliki gairah hidup.

"Kenapa paman paman yang biasa menjaga Riri tidak ikut juga ke sini bersama Papa ya, Tante? Kalau ada mereka kan Riri tidak akan merasa kesepian karena mereka mau untuk diajak bercanda. Kalau sama paman yang ini, mereka tidak pernah mau buat diajak ngomong! Kan Riri bosen kalau diem diem terus!" ujar Riri berandai andai yang membuat Sinta menggelengkan kepalanya.

Mau membalas, tapi kedudukannya sama sekali tidak bisa menjelaskan dengan detail kalau gadis itu baru saja kabur dengan sang Mama dari pengawasan Tuan Besar Francesso. Maka bukan hal asing ketika para bodyguard yang biasa mendampinginya tidak ikut.

Karena ada dua kemungkinan untuk nasib mereka. Antara mereka yang sudah tidak ada kabar karena terkena amukan para pria Francesso terkait hilangnya dua wanita Francesso. Atau mereka yang hanya menerima hukuman ringan dari para pria Francesso.

Sama sekali tidak ada hal yang menguntungkan dari dua kabar itu karena mereka akan tetap babak belur. Yang menjadi pembeda hanya apakah mereka masih hidup dan bernapas, atau mereka yang sudah merenggang nyawa karena lalai dalam tugas.

"KAKAK RIRI! Yuhu! Adek Kakak yang paling ganteng se dunia ini datang loh!"

Riri yang tadinya berbaring malas malasan dan memainkan kakinya pun seketika terlonjak ketika suara lantang yang terdengar familiar untuknya.

Dan gadis manis itu langsung bangun dari posisinya untuk keluar dari kamar. Melihat sumber suara yang terdengar tidak asing untuknya.

"Alfa! Verro!" seru Riri kaget ketika melihat adik lelaki kembarnya baru saja tiba di tempatnya ini sambil menggeret koper masing-masing.

"Ah! Akhirnya aku bisa temu kangen sama kakak aku yang gemesin dan mirip boneka barbie ini!" seru Verro hiperbola dan melepas, atau bisa dibilang membanting, kopernya dan merentangkan tangan menyambut Riri.

"Alfa! Kakak kangen sama kamu!" seru Riri yang berlari dengan riang ke arah Alfa yang hanya diam saja dan menerima pelukan sang kakak dengan sedikit mengangkat tubuh kecil itu hingga kini Riri berada di dalam gendongannya seperti koala.

Sedangkan Verro yang diabaikan begitu saja oleh sang kakak seketika melongo dan menatap Riri dengan wajah terluka nya, "Kakak? Kenapa Kakak lebih milih buat meluk Alfa daripada aku yang lebih ganteng daripada Alfa ini?" rengek Verro yang masih belum menghilangkan ke-hiperbola-annya dan menatap Riri dengan wajah sok tersakiti yang dibuat buat.

Sebelum akhirnya remaja lelaki itu menatap saudara kembarnya dengan tatapan penuh permusuhan dan tidak terima karena Alfa yang hanya diam saja bisa mendapatkan pelukan pertama dari sang kakak, sedangkan dirinya yang dengan senang hati dan penuh kegembiraan ketika melihat sang kakak hanya diabaikan begitu saja?

"Kakak nggak suka sama kamu. Suka jahilin kakak. Biar kakak sama Alfa aja. Dia lebih baik dan sering banget aja kakak jalan-jalan kalau dibandingin sama kamu, wlee!" ujar Riri mengejek adiknya itu dan menjulurkan lidahnya membuat Verro menyunggingkan senyum miring melihat tingkah sang Kakak yang dengan terang-terangan sedang mengejeknya itu.

Riri yang tidak menyadari bahaya akan datang kepada dirinya turun dari gendongan Alfa dan bergelayut manja di lengan kekar salah satu adik kembarnya ini.

"Oh, berani ya Kakak Riri yang gemesin dan cantik banget kayak barbie ini menggoda Verro yang super ganteng melebihi Alfa ya?" ujar Verro yang kemudian dengan cepat melangkahkan kakinya meraih Riri dan mengangkat tubuh kecil kakaknya ke udara hingga membuat gadis itu menjerit kaget karenanya.

"AHH! VERRO!"

"Biarin! Salah Kakak sendiri cuma mau sama Alfa aja dan enggak menyambut kedatangan aku yang udah jauh-jauh datang dari Jakarta buat menemani Kakak biar nggak kesepian di sini! Sekarang biar aku bikin Kakak nangis ya sampai mohon mohon buat dilepasin sama aku!" ujar Verro yang menurunkan gadis itu dan mulai menggelitiki tubuh kecil Riri hingga membuat si empunya menggeliat kegelian dan berusaha melepaskan diri dari adik lelakinya ini.

"VERRO LEPASIN KAKAK, HAHAHAHHAA!" seru Riri yang juga tidak bisa menahan tawa renyahnya karena ia merasa sangat geli ketika adik lelakinya itu terus menggelitiki dirinya.

"Nggak mau! Biarin aja Kakak sampai nangis. Salah sendiri Kakak nggak mau menyambut kedatangan aku dan bilang kalau aku berisik jika dibandingkan sama Alfa! Sekarang biar aku jadi berisik beneran supaya nggak cuma fitnah semata!" ujar Verro masih menggelitiki gadis itu yang tidak ada hentinya berusaha melepaskan diri dari rengkuhan adik lelakinya.

"HAHAHAH! IYA IYA! MAAF! KAMU JUGA BIKIN KAKAK KANGEN KOK!" seru Riri berusaha merayu Vero supaya tidak lagi menggelitiki dirinya karena ia tidak yakin bisa menahan untuk tidak pipis di tempat ketika remaja lelaki itu masih terus saja menggelitiki nya.

"Nggak mau! Aku bakalan lepasin kalau kakak mau bilang aku jauh lebih ganteng daripada Alfa dan kakak cuma sayang sama aku daripada Alfa!"

"IYA IYA! KAKAK SAYAAAAAAAANG BANGET SAMA VERRO LEBIH LEBIH DARI ALFA! ALFA GANTENG TAPI VERRO JAUH LEBIH GANTENG!" seru Riri yang membuat Verro tersenyum puas sebelum akhirnya remaja lelaki itu melepaskan sang kakak dan membiarkan Riri berlari menuju Alfa untuk meminta perlindungan kepada adik lelakinya yang lain.

"Tapi bohong!" ujar Riri memeletkan lidahnya sekali lagi sebelum akhirnya gadis itu beralih dan melarikan diri dari hadapan kedua remaja lelaki yang salah satunya menaikkan sebelah alisnya kaget mendengar ucapan gadis itu.

"Eh! Masih berani! Awas aja ya!"

{Am I Embarrassing? Chapter 26}

Am I Embarassing?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang