Hei hei heiuuu!!
Wassap gais!
Welkambek tu mai cenel...Riri dan Mama kembali lagi masih dengan kabur kaburan mereka🤣🤣 udah deh segitu ajaa
Selamat membaca yaa... Jangan lupa vote dan comment sebanyak banyaknya yaaa buat kalian yang sudah menungguku sejak 3 hari lalu..
Byeeeeee
"Ke kantor Papa!" Ucap Alfa begitu ia menunjukkan bokongnya di kursi samping Verro. Fero mengangguk singkat dan mulai menjalankan mobil mereka menjauhi gedung Seraphine's.
Sedangkan di seberang sana Gerald langsung menghubungi sekretarisnya untuk melakukan cross-check mengenai benar tidaknya kedatangan sang Mama ke Seraphine's.
{Am I Embarrassing? Chapter 17}
Barra mengerutkan keningnya begitu sekretarisnya mengabari kalau Putra kembar nya datang ke kantornya. Memang bukan masalah apabila kedua putranya itu datang ke kantor nya, yang menjadi masalah adalah mereka tiba-tiba datang tanpa ada pemberitahuan atau janjian terlebih dahulu dengan Barra.
Belum lagi keduanya yang memutuskan membawa mobil pribadi tanpa supir membuat Barra keheranan karena tidak biasanya keduanya mau membawa mobil sendiri walaupun mereka mampu mengendarainya.
Sedangkan di lobby, kedua putra kembar bungsu Barra tengah berjalan dengan wajah yang kali ini sama-sama datar langsung menuju lift tanpa banyak bicara.
"Bagaimana kalau Mama masih marah sama Papa? Kan pastinya kalau masih marah Mama nggak bakalan kemari, Alfa." Pertanyaan Verro yang mungkin terdengar random itu malah menyadarkan Alfa mengenai perang dingin yang terjadi di meja makan saat keluarga mereka sarapan tadi pagi.
Dan membuatnya tanpa sadar merutuki dirinya sendiri. Kenapa Alfa tidak berpikir sejauh itu. Karena sudah tahu bahwa kemungkinan besar sang Mama serta kakak perempuannya tidak berada di sini membuat Alfa mengalihkan fokusnya untuk mencari keberadaan keduanya dengan menanyakan hal itu kepada Papanya.
Salah satu ajudan Barra yang berjaga di dekat lift dengan sigap menekan tombol lift dan membuatnya terbuka begitu kedua kembar Francesso ini sampai di depannya. Setelah mereka berdua masuk, pria itu membuntuti dan menekankan tombol lift menuju lantai teratas tempat ruang kerja sang Papa berada.
Keheningan yang tercipta dalam kurun waktu satu setengah menit itu langsung dibuyarkan oleh dentingan lift yang menandakan mereka semua telah sampai di lantai tujuan. Ajudan itu lagi-lagi dengan sigap menahan pintu lift supaya tetap terbuka dan membiarkan putra kembar majikannya itu keluar dari dalam lift sebelum ia sendiri ikut keluar dan membuntuti langkah keduanya.
Pun dengan ketiga sekretaris Barra yang langsung berdiri dan menundukkan kepalanya kepada dua putra terakhir Francesso itu tanpa menimbulkan respon yang berarti dari keduanya baik itu secara ekspresi maupun sikap. Keduanya masih diam dengan wajah sama sama datar dan langsung memasuki ruangan Barra tanpa banyak bicara.
"Tumben sekali kemari?" Pertanyaan Barra itu menjadi sambutan bagi keduanya begitu pria paruh baya itu mendengar suara pintu yang terbuka.
Alfa langsung duduk di hadapan sang Papa dengan wajah seriusnya, lain dengan Verro yang malah melangkahkan kakinya menuju sofa dan merebahkan dirinya dengan nyaman disana. "Mama kesini?"
Pertanyaan itu sukses membuat raut wajah Barra otomatis berubah. Wajahnya yang tadi datar namun beraura sumringah karena kedatangan anak-anaknya langsung berubah 180 derajat menjadi mengernyit tidak suka. "Kau meledek Papa?" Tanyanya tidak bisa selow alias ngegas.
Alfa memutar bola matanya karena ia mendapatkan jawaban yang malah sangat tidak sesuai dengan perkiraannya. Tidak pernah dipikirkan olehnya bahwa kata kata itulah yang akan terlontar dari bibir pria paruh baya itu. "Alfa tidak sedang bercanda Papa." Ujar Alfa pelan namun hal itu membuat Barra sadar bahwa anaknya tidak bermaksud meledeknya. Ia benar benar bertanya.
"Bagaimana Papa bisa tahu? Mama mu saja sedang marah sama Papa dan nggak mau ngomong sama Papa. Kamu tahu sendiri kan suasana di meja makan saat sarapan tadi? Kalau kau memang mau meledek, bilang saja terang terangan. Jangan menyebalkan begini." Lagi, ucapan panjang lebar yang dilontarkan Barra itu membuat Alfa gemas dan lagi-lagi memutar bola matanya sebal.
"Papa!" Desis Alfa kesal yang membuat Verro berniatan membantu saudaranya itu untuk menjelaskan dengan detail kepada sang Papa yang malah bertingkah menyebalkan itu.
"Jadi begini, Papa-" Verro bangkit dari rebahannya di sofa dan melangkahkan kakinya menuju meja kerja sang Papa. Dengan penuh perhitungan, remaja lelaki itu mendudukkan pantatnya di kursi sebelah Alfa dan menatap sang Papa dengan wajah serius. "-tadi Verro sama Alfa pergi ke Seraphine's karena menurut Pak Jack, Mama dan Kak Riri meminta diantarkan untuk pergi ke sana dan karena kita bosan di rumah saja, jadi kami memutuskan untuk menyusul Mama ke Seraphine's. Tapi ternyata saat sampai di Seraphine's, resepsionis bilang kalau Mama sama sekali tidak berkunjung atau sekedar mampir ke Seraphine's hari ini. Karena kak Gerald sendiri sedang ada pertemuan mendadak untuk turnamen futsalnya dua minggu lagi. Jadi karena Mama tidak ada di Seraphine's, makanya kita kemari untuk mencari Mama di sini. Tapi baru sampai sini, kita baru ingat kalau Mama dan Papa sedang tidak baik-baik saja dan bertanya pada Papa pun tidak ada gunanya seperti ini."
Barra menggeleng menanggapi omongan panjang lebar yang baru saja Verro katakan. "Mungkin ke mall?" Tanyanya yang dirinya sendiri pun tidak yakin kepastiannya.
Mall? Bisa jadi. Tapi ada satu hal yang mengganjal di benak Verro. "Mama tidak bawa ajudan satupun, Papa. Mama berangkat hanya dengan Pak Jack dan satu mobil ajudan. Lalu setelah sampai di Seraphine's, Mama menyuruh Pak Jack untuk pulang dengan ajudan yang ada di mobil berbeda. Jadi pak Jack langsung pulang karena mengira di sana ada Kak Gerald." Bantah Verro yang membuat Barra kebingungan.
Barra mengambil handphonenya dan segera menelpon salah satu ajudan istrinya tanpa banyak omong.
'Tuan!'
"Dimana istriku?"
'Maaf Tuan. Tadi siang Nyonya dan Nona minta diantarkan ke Seraphine's. Lalu setelahnya Jack mengatakan kalau Nyonya menyuruh kami untuk pulang karena mungkin ada Tuan Muda Gerald di sana, Tuan.'
Barra menggeram mendengar kebodohan ajudannya itu. Ia langsung mematikan panggilan itu sepihak dan menjalankan jarinya diatas handphonenya dengan lihai.
"Erick!" Panggilnya begitu telepon terhubung.
'Saya, Tuan.'
"Cari keberadaan istriku. Lacak handphonenya. Handphone Clarissa juga. Aku tunggu secepatnya." Perintah Barra yang lagi-lagi langsung memutuskan panggilannya tanpa menunggu balasan dari lawan bicaranya.
Kedua putra bungsunya menatap Barra dengan alis naik sebelah. Barra menghela napasnya. "Tunggu informasi selanjutnya ya."
{Am I Embarrassing? Chapter 17}
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Embarassing?
Teen Fiction"Kamu ngapain? Kok tiba-tiba peluk aku?" tanya Riri bingung. "Memangnya tidak boleh peluk pacar aku?" tanya pria dewasa itu santai. Namun Riri malah bingung mendengarnya. "Pacar itu apa?" tanyanya polos. "Kamu tidak tahu pacar?" tanya pria itu tidak...