16. Topik Pembicaraan

646 176 75
                                    

Satu pesan dari Giandra yang dikirim tepat pukul dua belas malam tadi baru Mikhaila baca. Berisi kalimat, Selamat ulang tahun, Mikha.

Hari ini hari ulang tahunnya. Ia merindukan kesempatan ulang tahun sebelumnya bersama Jenaka. Laki-laki itu akan mengajaknya mengendarai mobil sampai pergantian hari. Menyanyikan lagu ulang tahun dan tiup lilin menggunakan korek api gas milik laki-laki itu. Lalu diakhiri dengan derai tawa dan pelukan hangat. Sederhana, tapi Mikhaila bisa merasakan bahagia.

Lalu semalam, dengan tidak tahu diri ia menunggu ucapan selamat ulang tahun dari Jenaka. Mikhaila sempat memaki dirinya karena masih berharap Jenaka akan tetap berjalan ke arahnya setelah ia sendiri yang mematahkan kedua kaki laki-laki itu.

Lalu seseorang baru saja datang dan berdiri di sampingnya. "Mas, pulpen, dong. Lima, ya."

Suara itu lantas membuat Mikhaila menoleh. Jantungnya kemudian bertalu cepat. Setelah beberapa waktu yang Mikhaila anggap sangat panjang, akhirnya ia bisa lagi berdiri sedekat ini dengan Jenaka.

"Kertas mana, Mas? Mau dicoba dulu," kata Jenaka. Ia kemudian mencoba satu persatu pena tersebut setelah diberikan selembar kertas.

Dadanya sesak. Mikhaila ingin menangis karena benar-benar merindukan Jenaka. Ia mungkin bisa membohongi Jenaka perihal ia yang sudah tidak punya rasa. Namun rasanya sulit untuk membohongi diri sendiri disaat ia tahu betul perasaannya.

Lalu kemudian Jenaka memberikan selembar uang dua puluh ribu dan tetap di tempat untuk beberapa saat. Menunggu uang kembalian.

"Di-check dulu, Mbak." Fokus Mikhaila teralihkan saat lembaran materinya selesai dicetak.

Lantas kini giliran Jenaka yang menjatuhkan atensinya pada Mikhaila. Mantan kekasihnya yang sempat ia pertahankan namun berujung percuma. Jenaka juga tidak bisa membohongi perasaannya. Ia merindukan Mikhaila. Dan perihal hari ini, hari ulang tahun perempuan itu. Jika keadaan belum berubah, mungkin ia akan menuliskan ucapan ulang tahun di selembar kertas yang tadi ia gunakan untuk mencoba pena-nya kemudian bertukar tawa karena upayanya yang sederhana.

"Ini, Mas, kembalinya."

Jenaka mengambil uang kembalinya sambil mengangguk dan tersenyum tipis sebagai ganti ucapan terimakasih.

"Duluan, ya, Mikha."

Nafasnya terpegat. Mikhaila menghentikan pergerakkan tangannya yang sedang memeriksa lembar demi lembar. Ia termenung berkat suara Jenaka yang mendengungkan namanya.

Ia lantas memutar sedikit tubuhnya. Memandang punggung Jenaka yang pemiliknya kini tengah sibuk memasukkan lima pena ke dalam tasnya.

Kalau saja ia masih menjadi Mikhaila-nya Jenaka, kalau saja tidak ada Giandra, kalau saja Ibunya berpihak padanya, hari ini ia akan bersenang-senang untuk merayakan usianya yang bertambah satu bersama si Radeo.

Lalu di dalam hati Jenaka, Selamat ulang tahun, Mikha.

---


Lukita meluapkan tawanya saat Jenaka masuk ke dalam mobil. Ia menyaksikan semuanya. Mulai dari Mikhaila yang terkejut karena kehadiran Jenaka, sampai Mikhaila yang juga membalikkan tubuhnya saat Jenaka pergi. Lalu Jenaka, Lukita menertawakan sikap Jenaka yang mencoba untuk tetap terlihat cool.

Jenaka menatap Lukita yang masih tertawa dengan sebelah sudut bibirnya yang terangkat. "Dih, puas banget ketawanya."

"Ah, sumpah, thankyou banget gue terhibur," kata Lukita sambil menyeka air matanya yang ikut keluar akibat tertawa.

Comedy Romance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang