11. Sikap Sagara

666 189 55
                                    

Langkah kaki Lukita saat menyusuri lorong kampusnya harus terpegat karena dada seseorang sengaja menabrak punggungnya. Sepasang lengan yang beberapa detik melingkar di tubuhnya menjadi bukti perbuatan barusan. Dan Jenaka Radeo adalah sang pelaku.

"Nggak mandi lo, ya?" Tanya Jenaka sambil melepaskan pelukannya yang tiba-tiba. Kini berjalan beriringan dengan Lukita.

Satu pukulan mendarat di lengan laki-laki itu. "Enak aja!"

Jenaka tertawa kecil. Tawa yang tiap kali menyapa rungu si perempuan hingga hatinya terasa hangat. Apalagi ditambah rangkulan akrab seperti yang kini Jenaka lakukan.  "Iya, iya. Wangi lo," katanya.

Eksistensi sepasang manusia yang katanya teman itu sudah menjadi pemandangan lumrah bagi orang-orang di lingkungan ini. Jenaka dan Lukita seakan bumi dan isinya. Bumi itu Lukita, dan Jenaka adalah isinya---manusia. Dimana bumi telah menyediakan tempat ternyaman lalu disia-siakan oleh isinya. Sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak disengaja. Lalu kemudian bumi butuh bencana agar makhluk di dalamnya bisa menghargai tempat tinggalnya. Dan bencana itu---

"Ta, chat gue semalem di-read doang. Gue nanya serius padahal."

---adalah Sagara.

Kini posisi Jenaka ada di tengah-tengah Lukita dan Sagara. Menggunakan dua telinganya dengan baik untuk mendengarkan setiap kata yang akan terucap oleh suara di kanan, dan kirinya.

"Yaampun, Aga, maaf lupa. Bentar gue liat lagi gambarnya," sahut Lukita lalu bergerak mengambil ponselnya di saku celana. Membuat rangkulan Jenaka pada pundaknya terlepas. Kini sang Tuan memilih untuk menggenggam satu tali tasnya yang ia sampirkan di pundak sebelah kanan dan tentu saja matanya menyorot ke arah Lukita.

"Bagus yang mana?" Tanya Sagara.

"Ini kalau menurut gue, ya. Bagus yang kanan, Ga. Gue nggak tau, sih, kalau lo gimana," jawab Lukita.

Sagara mengangguk. "Oh, oke. Nanti belinya temenin, ya, Ta."

"Eh, serius?" Tanya Lukita.

"Iya, serius. Emang kedengerannya bercanda?" Ucap Sagara yang kemudian disusul oleh tawa tanggungnya.

Kepala Lukita mengangguk kaku. "Oh, oke."

Sagara tersenyum. Atensinya kemudian bergulir pada Jenaka yang berdiri lebih dekat dengannya. Lengannya kemudian merangkul laki-laki itu. "Diem aja, Bos?"

"Orangnya lagi pulang kampung."



---



"Kenapa lo nggak nge-band, deh, Ga?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa lo nggak nge-band, deh, Ga?"

Sagara menatap ujung sepatunya sejenak sambil tertawa kecil.  Lalu sesaat kemudian menoleh ke arah Lukita. "Kata orang yang waktu itu ngajak gue nge-band, gue bakal terkenal banget kalau ikut. Jadi gue nggak mau."

Comedy Romance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang