4. Rasa Itu Masih Ada

925 236 74
                                    

Sebotol air mineral disodorkan ke hadapan Mikhaila. Pelakunya adalah Giandra yang duduk manis di kursi kemudi.

"Tadi sambil nunggu kamu selesai aku liat Jenaka sama cewek. Pacar barunya?"

Mikhaila mendesis. Mereka baru putus semalam. Panggilan mereka bahkan berakhir dengan Jenaka yang berusaha untuk mempertahankan. Jadi mustahil kalau laki-laki itu kini sudah memiliki pengganti.

Perihal perempuan yang dilihat Giandra, Mikhaila tahu. Itu pasti Lukita. Yang selalu Jenaka bilang, "Temen aku dari masih pake abu-abu."

"Nggak usah sok tau kamu, Gi," balas Mikhaila.

"Oke, aku nggak sok tau lagi. Tapi ini diambil dong minumnya?" Giandra menggerakan botol air mineralnya. Namun Mikhaila tetap tidak berniat untuk mengambilnya. Maka sambil menghela nafas, botol air mineral itu Giandra letakan di atas pangkuannya. "Marahnya sama aku?"

Mikhaila melirik Giandra yang kini fokus menyetir. "Masih ditanya? Nggak sadar semua berantakan gara-gara siapa?"

Tawa kecil Giandra menyahut. Ia mengangkat bahunya. "Nggak tau. Lagian aku nggak suruh kamu putus sama Jenaka. Pacaran, ya, pacaran aja. Yang penting akhirnya kamu sama aku."

"Tetep aja gara-gara kamu, Gi! Kalau kamu nggak nyiptain hubungan dekat antara keluarga kita karena rasa suka kamu ke aku, aku sama Jenaka pasti baik-baik aja!"

Mobilnya berhenti saat mereka sampai di kawasan padat kendaraan. Giandra menggunakannya untuk mengubah posisinya menjadi menghadap ke Mikhaila.

"Aku sayang sama kamu kaya Jenaka sayang sama kamu. Masa aku disalahin tapi Jenaka nggak?"

Mikhaila tak habis pikir. "Jenaka pacar aku, Giandra! Kamu tau dan harusnya kamu berhenti! Bukan malah maju dan jadiin Mamiku sebagai senjata!"

Tangan Giandra terulur untuk mengusap kepala Mikhaila, namun cepat ditepis. Setelah mendapat penolakan, Giandra tersenyum tipis. "Terserah kamu aja deh. Tapi dia bukan pacar kamu lagi sekarang," kata Giandra.

Mikhaila menghela nafas kasar. "Aku nggak suka sama kamu, Giandra!"


---



Pukul dua pagi. Jenaka menghentikan mobilnya di rest area dalam perjalanan pulangnya dari Bandung. Perkataannya sore tadi benar-benar dibuktikan. Jenaka membawa Lukita pergi sampai ke Bandung. Dan satu jam yang lalu, mereka baru memutuskan untuk pulang. Tapi karena hujan yang tiba-tiba membasahi daratan membuat Jenaka memilih untuk beristirahat lebih dulu.

Jenaka menoleh. Mendapati Lukita tertidur akibat kelelahan dan perut kenyang. Padahal ia bilang akan menemani Jenaka menyetir sampai ke rumah. Tapi rasa kantuk tidak dapat dilawan.

Hela nafas Jenaka menjadi satu-satunya yang terdengar di dalam mobil. Sisanya suara hujan di luar sana. Dan di saat seperti ini memudahkan Mikhaila kembali hadir di dalam kepalanya.

Layar ponselnya menyala. Jenaka memandang nomor ponsel Mikhaila sambil dalam pikiran menimang. Haruskah ia menghubungi Mikhaila? Setidaknya hanya untuk bertanya apakah hari ini berjalan dengan baik atau tidak. Namun keputusannya hari ini adalah berhenti memikirkan perempuan itu. Maka ia kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku celana. Kini memandang kaca mobilnya yang terhalang air hujan.

Suara tarikan hidung terdengar membuat Jenaka menoleh. Mendapati Lukita kini mengusap hidungnya. Punggungnya menegak dan perempuan itu menguap kemudian.

"Aduh gila dingin banget sampe ingusan gue," katanya. Ia memeluk tubuhnya sendiri. Matanya masih mengerjap beberapa kali karena rasanya seakan kelopaknya masih merekat satu sama lain.

Comedy Romance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang