"Drun, yang sebelah kanan udah mateng tuh." Mira menunjuk buah mangga yang terletak tidak jauh dari tangan kanan Vivi.
Vivi menjulurkan tangan kanannya, ia meraih buah mangga itu dan memutarnya sedikit lalu ia menjatuhkan ke bawah tepat di kedua tangan Mira yang sudah siap untuk menampung mangganya itu.
"Mana lagi?" Tanya Vivi.
Ara menunjuk kepala Vivi, "Atas lo."
Dengan mudah Vivi mengambil mangga yang sudah matang itu lalu ia jatuhkan ke bawah. Sudah 15 menit ia nangkring di atas pohon mangga yang paling enak yang ada di sekolahannya, satu plastik sudah terisi penuh.
Mira melihat jam tangannya lalu ia mendongakkan kepalanya ke atas. "Udah, Drun."
"Oke." Vivi menyentuh dahan pohon yang ia injak, setelah itu ia melompat ke bawah dan berakhir dengan berjongkok.
Ara memasukkan plastik berisi buah mangga ke dalam tas kamera yang cukup besar. "Kuy, cabut."
Vivi menepuk-nepuk kedua tangannya, ia mengambil kamera yang ada di bawah pohon lalu mengikuti Ara dan Mira yang sudah berjalan terlebih dahulu. Ia melihat-lihat kameranya lalu ia kalungkan ke lehernya.
Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka bertiga untuk mencuri buah di pohon yang di tanam di kebun sekolah. Bukan hanya mangga saja, tapi ada pisang, rambutan, bahkan sampai salak. Setelah mencuri buah-buah itu, mereka akan membawa ke ruang ekskul fotografi dan menyimpannya di ruang itu.
"Hei, bu Kinal di depan." Bisik Ara kemudian bertukar posisi dengan Mira.
Vivi melepaskan kameranya lalu memegang kamera itu dengan tangan kanannya. Saat-saat yang menegangkan bagi mereka bertiga kalau berpapasan dengan bu Kinal yang selalu mencurigai mereka bertiga. Tidak jarang mereka kepergok bu Kinal sedang mencuri buah dan berakhir dengan dihukum di tengah lapangan. Julukan Three Mousekentir sudah melekat di kening mereka masing-masing.
"Bu." Sapa Mira kemudian salim terlebih dahulu.
Ara mengikuti Mira dari belakang lalu salim kepada bu Kinal. "Habis ngajar bu?"
Vivi memindahkan kameranya ke tangan kiri, ia meraih tangan bu Kinal lalu ia tempelkan ke pipi kanannya. "Apa kabar, bu?"
"Kalian dari mana?" Tanya bu Kinal.
Mira mengangkat kameranya lalu ia menunjuk ke bagian belakang. "Foto-foto."
"Bentar lagi ada kontes memotret." Imbuh Vivi.
"Kenapa cuma dua kameranya?" Tanya bu Kinal sambil menatap ke arah Ara yang terlihat mencurigakan.
Ara menelan ludahnya susah payah, ia mengusap tas kameranya itu. "Kamera saya bagus, jadi saya gak mau ternodai sedikit pun."
Bu Kinal mengerutkan keningnya, ia mencoba membau di dekat Ara. "Kok saya cium aroma mangga, ya?"
"Ah, itu karena kita foto-fotonya di deket pohon mangga. Kebun sekolah isinya mangga semua, bu. Jadi baju kita baunya juga mangga." Jelas Vivi.
"Masa sih?"
Mira menjentikkan jarinya, ia menunjuk ke atas lalu tersenyum lebar. "Udah bel, kita pergi dulu, ya bu."
Mereka bertiga langsung bergegas keluar dari cengkeraman bu Kinal sebelum bu Kinal sadar kalo hanya ada tiga pohon mangga di kebun sekolah dan cuma satu pohon saja yang berbuah tahun ini dan kebetulan lagi mangganya itu sudah diambil semua oleh tiga orang itu.
Mira membuka pintu ruang yang bertuliskan ekskul fotografi, Ara langsung masuk ke dalam begitu saja. Vivi yang terakhir masuk segera menutup pintu dan tidak lupa untuk menguncinya, berjaga-jaga kalau ada anggota osis atau guru atau malah bu Kinal yang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemon
Teen FictionBagaimana jadinya seseorang dengan sebutan si Nona Peringkat 150 harus tinggal dibawah atap yang sama dengan seseorang yang peringkat 3? Ayo kita cari tahu sama-sama.