"Interupsi." Vivi mengangkat tangan kanannya ke atas untuk menyanggah ucapan dari tim B, lagi.
"Silakan." Ucap tim B.
Vivi menegakkan tubuhnya, ia menatap seseorang yang berdiri paling ujung, "Apakah anda memiliki bukti kalau dr. Poch itu adalah Hitler?"
"Tangan kiri dr. Poch tidak bisa berjalan normal, beliau selalu menyeret kaki kirinya saat berjalan dan tangan kiri beliau selalu bergetar, dua hal itu sangat sesuai dengan yang tertulis dalam buku biografi Adolf Hitler karangan Heinz Linge."
"Interupsi." Ucap Vivi lagi.
Tim B benar-benar sedikit kesal dan emosi karena setiap mereka mengucapkan satu bukti pasti ada saja yang diucapkan Vivi, beberapa kali interupsi terdengar di aula ini dan kelihatannya interupsi dari Vivi lebih masuk akal daripada bukti di tim B.
"Silakan." Ucap tim B.
Vivi menyentuh telinganya, "Apakah anda memperhatikan telinga dr. Poch dan Hitler? Memang benar kalau dr. Poch memiliki kumis yang sama dengan Hitler, tapi bagaimana dengan telinganya?"
"Maaf, kamu tidak paham dengan maksud anda." Ucap tim B.
Vivi menghela napas panjang, ia menyelipkan rambut ke belakang telinga lalu memperlihatkan telinganya. "Postur tubuh dan wajah seseorang bisa berubah seiring bertambahnya usia, tapi ada satu anggota tubuh yang tidak akan berubah yaitu telinga."
"Istrinya dr. Poch yang berasal dari Bandung membuka suara tentang suaminya, dr. Poch, untuk menunjukkan kalau memang Hitler itu meninggal di Indonesia. Dr. Poch sendiri meninggal pada tanggal 15 Januari tahun 1970 karena serangan jantung."
"Interupsi." Ucap Vivi kembali.
Tim B menghela napas kesal, ia menatap malas Vivi. "Silakan."
"Earlobe di telinga dr. Poch dan Hitler saat masih muda itu sangat jauh berbeda." Ucap Vivi.
"Tapi seiring bertambahnya usia, perbedaan itu bisa masuk akal."
Vivi menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak, earlobe Hitler itu melengkung dan kalau sampai Hitler berusia 80 tahun seharusnya earlobe milik Hitler semakin kendor, tapi kalau dilihat foto dr. Poch bisa ditemukan kalau earlobe dr. Poch malah semakin kencang. Sudah jelas kalau dr. Poch itu bukan Hitler."
"Tapi-"
"-waktu sudah habis. Silakan tim Pro menyampaikan penutupnya." Ucap MC yang langsung memotong ucapan tim B.
Vivi tersenyum tipis, dilihat dari raut wajah kesal tim B, Vivi yakin kalau ucapannya itu benar. Ia sudah mencari tahu tentang Hitler selama berbulan-bulan lamanya, ia yakin 100% kalau Hitler itu meninggal di bunker yang ada di Jerman.
"Gue gak tahu mereka debatin apa, tapi dilihat dari wajah tengilnya Vivi, gue yakin kalo Vivi bener." Ucap Ara.
Mira menganggukkan kepalanya, "Semua argumen tim B seperti dipatahin oleh Vivi, dan tim B sekarang sedang kesel banget."
Didengar dari penutup yang disampaikan oleh tim B, semua orang sudah tahu kalau tim B benar-benar kesal saat ini. Tapi saat giliran Vivi yang berbicara, semua penonton langsung tersenyum karena suara Vivi lembut dan Vivi berbicara sambil tersenyum membuat semua orang yang melihatnya langsung meleleh.
"Kedua tim sudah menyampaikan penutupnya, sekarang kita akan menunggu hasil penilaian dari dewan juri. Dewan juri diperkenankan untuk berdiskusi terlebih dahulu." Ucap MC.
Ada tiga orang juri yang berada di bangku itu, mereka bertiga tampak sedang berdiskusi sesuatu yang sangat sulit. Ada gelengan dan anggukan dari dewan juri itu, setelah beberapa menit berselang, akhirnya dewan juri sudah selesai berdiskusi dan memutuskan siapa yang memenangkan lomba debat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemon
Teen FictionBagaimana jadinya seseorang dengan sebutan si Nona Peringkat 150 harus tinggal dibawah atap yang sama dengan seseorang yang peringkat 3? Ayo kita cari tahu sama-sama.