"Pesawat lo berangkat jam berapa?"
"Satu jam lagi."
Ara menghela napas panjang, ia menurunkan kameranya. "Kenapa sih lo ngajak gue buat nemenin elo? Gue masih ada kerjaan tau gak?"
Mira mengangkat kedua bahunya ke atas, ia membalik halaman majalah Paman Gober. "Cuma elo temen gue."
Ara berdecak kesal, "Chika ada, Flora ada, Gita juga ada."
Mira menatap halaman majalah Paman Gober dengan tatapan kosong. Ada yang salah dengan ucapan Ara barusan. Ada sesuatu yang tidak sesuai dengan perkataan Ara. Sesuatu yang hilang dan sesuatu yang harus segera ditemukan sebelum sesuatu buruk terjadi.
"Kenapa?" Tanya Ara saat melihat Mira terdiam.
Mira menoleh, ia menggelengkan kepalanya pelan, "Gak. Gak ada apa-apa."
Ara menyentuh kening Mira, "Jangan bilang lo sakit."
"Gue gak sakit."
"Trus kenapa? Ada yang aneh sama elo."
Mira kembali membalik halaman majalah Paman Gober, "Lo marah-marah gara-gara nemenin gue, padahal setiap kali gue di bandara juga yang nemenin elo."
"Itu karena gue ada kerjaan dan lo ngajak gue nongkrong di sini."
"Kamera lo ada, kenapa gak keliling cari target? Nanti balik lagi kesini."
Ara menoleh, tersenyum, ia menepuk pundak Mira kemudian berjalan meninggalkan Mira. "Nice, Mir."
Mira menghela napas panjang, gara-gara berbicara dengan Ara membuatnya tidak fokus membaca cerita Paman Gober. Ia kembali ke halaman sebelumnya untuk mengulangi apa yang sudah ia lewatkan.
"Aduh, kenapa kamu bisa di atas pohon sih?"
Mira menurunkan majalahnya, ia melihat tivi yang tengah menayangkan sinetron. Adegan yang sekarang ia lihat adalah seekor kucing berada di atas pohon dan seorang perempuan berusaha menurunkan kucing itu dengan cara memanjat.
"Masa siswa imut-imut kayak kita naik-naik atas pohon, bu?"
"Lagipula kita cewek bu, pake rok, susah."
Mira memegang kepalanya saat sebuah suara muncul di telinganya, ini suaranya Ara dan dirinya. Ia memejamkan matanya sebentar untuk mengingat-ingat kenapa dirinya dan Ara bisa mengucapkan kalimat itu.
Yah, waktu itu mereka masih duduk di bangku SMA dan baru saja mengambil mangga untuk mereka berikan ke panti asuhan. Ia masih ingat dengan jelas saat mereka hampir terpergok oleh bu Kinal karena ketahuan mengambil mangga dan pisang. Tapi mereka selalu mempunyai alasan untuk lolos dari kejaran bu Kinal.
Mira beranjak dari tempat duduknya saat seorang perempuan berjalan melintas di depannya. Ia seperti pernah melihat perempuan itu, dan rasanya perempuan itu tidak asing bagi dirinya. Cara perempuan itu berjalan, dari punggungnya saja Mira sangat merasa akrab dengan perempuan itu. Tapi ia tidak tahu.
"Hei."
Mira menoleh ke belakang, "Kenapa?"
Ara mengerutkan keningnya, "Lo gak denger? Pesawat lo udah mau berangkat."
"Oh iya." Mira buru-buru mengambil koper dam tasnya lalu berjalan keluar dari ruang tunggu.
Seseorang berdiri di depan Mira dan menahan koper Mira, "Kita gak pergi."
Mira menaikkan satu alisnya, "Flora? Gue pikir lo juga ke Berlin."
Flora menggeleng, ia menatap Mira dan Ara dengan tatapan yang sangat serius, "Kita gak pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemon
Teen FictionBagaimana jadinya seseorang dengan sebutan si Nona Peringkat 150 harus tinggal dibawah atap yang sama dengan seseorang yang peringkat 3? Ayo kita cari tahu sama-sama.