"Loh, Christy mana?" Tanya Chika saat melihat Vivi berjalan sambil menarik tangan Freya dan Ketlin.
Vivi menghentikan langkahnya, ia menatap Chika sebentar kemudian berjalan meninggalkan Chika. Untuk saat ini lebih baik ia tidak terlalu dekat dengan Chika, sebagian dari dirinya yakin kalau Chika ikut andil, tapi sebagian yang lain tidak yakin. Jadi untuk berjaga-jaga dengan kemungkinan terburuk, ia akan menjaga jarak dengan Chika.
"Vi." Panggil Chika tapi tidak digubris oleh Vivi.
Vivi berhenti di depan pintu kamar orang tuanya, ia mengetuk pintu tiga kali, "Mah, pah."
Ketlin menarik ujung baju Vivi, "Ketlin masih pengen main ayunan."
"Aku juga." Ucap Freya.
Vivi menghela napas panjang, ia berjongkok di depan dua adiknya. "Besok, kita ke taman lagi sama kak Christy. Oke?"
Ketlin dan Freya mengangkat jari kelingking mereka ke atas, "Janji?"
Vivi tersenyum, ia mengangguk kecil, "Janji."
"Vi, kenapa?" Tanya Shani.
Vivi menegakkan tubuhnya, "Christy dibawa pergi Dio."
"Kok bisa?"
"Gak tahu." Vivi menyentuh pundak Ketlin dan Freya, "Malam ini, Freya sama Ketlin tidur sama mamah dulu. Jaga-jaga untuk bagian terburuk."
Shani menyentuh tangan Vivi, "Kamu gapapa?"
"Dandelion, cuma petunjuk itu yang aku punya. Tapi aku janji bakal nemuin Christy dan bawa pulang Christy malam ini." Vivi melepas tangan mamahnya kemudian berjalan menuju kamarnya.
Vivi harus bergerak cepat, ia tidak memiliki waktu banyak, ia harus segera menemukan tempat sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Dio dan membawa pulang Christy.
Vivi menyalakan laptopnya, ia mengganti bajunya dengan kemeja warna abu-abu. Apapun yang terjadi, ia harus membawa pulang Christy tanpa mengorbankan siapapun.
Setelah berganti pakaian, Vivi duduk di kursi meja belajarnya. Ia mencari tempat yang memiliki dandelion dan sekiranya tempat itu sangat sesuai untuk menyembunyikan seseorang.
"Vi." Chika berdiri di samping pintunya Vivi.
Vivi mendengar suara Chika, tapi ia mencoba untuk tidak menghiraukan suaranya Chika, ia tidak mau pikirannya terdistraksi oleh Chika. Ia memang menyukai Chika, tapi bukan berarti ia harus tunduk kepada Chika.
Vivi menoleh saat mendengar ponselnya bergetar, ia menempelkan ponsel ke telinganya, "Gimana, Ra?"
"Gue lagi sama Gita, dia udah ngelacak ponselnya Christy."
"Kan gue bilang jangan."
"Udah mau malem, kalo gak kayak gini, lo gak akan bisa nemuin Christy."
Vivi menghela napas panjang, "Oke, trus dimana?"
"Gue kirim alamatnya ke elo."
Vivi melihat layar ponselnya, ia membuka pesan dari Ara yang menampilkan alamat dimana Christy berada. Ia kembali menempelkan ponsel ke telinganya. "Oke."
"Hei, hati-hati."
Vivi tersenyum, "Gue tahu."
Vivi meletakkan ponselnya di atas meja, ia menarik laci mejanya. Tangannya masuk ke dalam laci itu dan menyentuh satu tombol yang ada di sana, sedetik kemudian keluar sebuah laci dari samping mejanya.
Ia meminta bantuan Gita untuk memodifikasi meja belajarnya, ia juga memiliki sebuah pistol yang diberikan oleh Gita beberapa hari yang lalu. Berjaga-jaga kemungkinan terburuk, begitulah yang diucapkan oleh Gita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemon
Teen FictionBagaimana jadinya seseorang dengan sebutan si Nona Peringkat 150 harus tinggal dibawah atap yang sama dengan seseorang yang peringkat 3? Ayo kita cari tahu sama-sama.