"Ini peringatan terakhir dari ibu, kalo sampe kalian bikin ulah lagi, langsung ibu keluarin dari sekolah ini. Termasuk kamu." Ucap bu Melody sambil menatap ke arah Ara.
"Iya, bu."
"Yaudah sana, langsung pulang. Jangan main."
Setelah mendapat kebebasan selama satu hari, akhirnya bu Melody memanggil tiga murid ajaib itu ke ruangannya untuk diberikan sedikit wejangan yang berakhir dengan ancaman.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi semenjak mereka bertiga masuk ke dalam ruang kepala sekolah. Tapi mereka tidak langsung pulang, melainkan mampir ke lapangan basket terlebih dahulu untuk olahraga sebentar.
"Gue ambil bola dulu." Ucap Ara kemudian menghilanh dari balik tembok.
Vivi dan Mira berjalan santai menuju kelas mereka untuk mengambil kaos yang sudah mereka simpan di dalam laci kelas. Minimal seminggu sekali mereka memang menyimpan kaos untuk berjaga-jaga kalau mereka hendak berolahraga atau berfoto-foto.
"Udah lama gak ke belakang sekolah, ya." Gumam Vivi.
Mira mengangguk sekali, "Mau mampir? Kayaknya pisangnya udah mateng."
"Kalo udah mateng pasti sekarang udah diambil, Mir. Harusnya waktu setengah mateng langsung kita sikat trus bawa ke ruang fotografi." Ucap Vivi.
"Udahlah, main basket dulu, besok ke belakang sekolah buat liat apa aja yang udah mateng."
"Woke."
Vivi menghentikan langkahnya saat ada orang yang berlari menuruni tangga dengan cepat. Ia bergeser ke belakangnya Mira agar ia tidak menghalangi langkah orang itu.
"Mira." Ucap orang itu tiba-tiba.
Mira menatap orang itu, ia menaikkan satu alisnya ke atas. "Siapa, ya?"
"Oniel."
Mira mengerutkan keningnya, "Oniel?"
"Cornelia." Ucap Vivi sambil menepuk punggung Mira.
Mira memicingkan matanya melihat ke nametag di perempuan itu, ia baru tahu kalau panggilannya Cornelia itu Oniel. "Oh, Cornelia, ada apa?"
"Tolong bantu aku." Ucap Oniel, ia meraih tangan Mira lalu menggenggamnya.
"Bantu apa?" Tanya Mira.
"Kakakku dibawa ke rooftop."
"Sama?"
Oniel menggelengkan kepalanya, "Aku gak tahu."
"Kasih tahu guru atau kepala sekolah." Mira melepaskan tangannya Oniel lalu kembali melanjutkan langkahnya menaiki tangga.
Mira sangat ingin membantu, tapi ia teringat ucapan bu Melody barusan, jadi sebisa mungkin ia menghindari yang namanya pertikaian dan tidak membuat masalah.
Vivi mengikuti Mira dari belakang, ia mensejajarkan langkahnya di samping Mira. "Lo gak mau bantu?"
"Lo gak inget ucapannya bu Melody?"
"Inget, tap-"
"-jangan bikin masalah." Ucap Mira lalu masuk ke dalam ruang kelas.
Vivi menghentikan langkahnya di depan kelas, ia menoleh ke samping. Hatinya penuh keraguan antara hendak membantu seseorang yang tidak ia kenal atau memilih untuk bermain aman dan mengikuti Mira.
"Kita harus bantu dia." Ucap Vivi.
"Gak." Mira melepas kancing seragamnya satu persatu dan bersiap untuk mengganti seragamnya dengan kaos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemon
Teen FictionBagaimana jadinya seseorang dengan sebutan si Nona Peringkat 150 harus tinggal dibawah atap yang sama dengan seseorang yang peringkat 3? Ayo kita cari tahu sama-sama.