Yoo!!
Wah update lagi? Iya!
Kalian aja semangat nge vote sama komennya, masa aku males updatenya iya gak wkwkwk.
Semangat nge vote sama komen biar aku semangat updatenya wkwk apaan sih.
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, apapun itu aku sangat menghargainya.
Stay safe!!
Sorry for typo!!
Enjoy!
😎😎😎
Dara merasakan pusing di kepalanya setelah semalaman menangis, Dara mencoba untuk bangun dari tempat tidurnya. Dara menoleh ke arah tempat tidur yang biasanya di tempati Farrel kini nampak kosong.
Dara tak tau kemana perginya laki-laki itu, sejak pembicaraan mereka semalam Farrel tak menampilkan batang hidungnya. Dara mendesah frustasi sambil mengelus perutnya.
"Kamu jangan benci papa ya, papa gak jahat kok. Dia cuma lagi enggak sehat aja" ucap Dara berbicara dengan bayi yang ada di dalam perutnya.
Dara mengusap matanya, lalu mengikat rambutnya menjadi satu.
"Farrel kemana ya?" Gumamnya pada diri sendiri.
Dara mencoba untuk mencari keberadaan Farrel di rumah ini, namun nampaknya laki-laki itu tidak ada di rumah. Dara sudah mengecek kamar tamu, dan kamar lainnya tapi Farrel tidak ada di sana.
Dara memijat kepalanya pelan, sakit kepalanya makin bertambah saat memikirkan keadaan rumah tangganya yang benar-benar berubah. Bahkan rasanya ini mimpi, tapi Dara sadar ini bukan lagi mimpi buruk.
Ini kenyataan buruk.
Tak mau berlama-lama dengan kondisinya yang seperti ini, Dara memilih untuk mandi dan akan ke kantor Farrel pagi ini.
Setelah bersiap-siap, Dara menatap dirinya di pantulan kaca.
"Apa yang kurang dari Dara sampai Farrel bosen?" Tanyanya.
Dara melirik ke arah perutnya, lalu menatap tajam tangannya yang mengelus perutnya.
"Dara tau apa yang salah disini" gumam Dara.
Dara keluar dari kamarnya, menutup semua pintu serta jendela. Ia memastikan jika rumah ini aman lalu menuju ke depan rumahnya.
Dara menoleh ke garasi mobil, ia menghela nafas kasar. Andai dia bisa menyetir mungkin dirinya tak harus menunggu taksi hanya untuk mengantar dirinya.
Setelah taksi datang, Dara langsung masuk dan menuju arah kantor Farrel, ia melirik jam tangannya lalu mengerutkan keningnya.
"Ini kepagian kalau kesana" gumam Dara. Entah mengapa Dara malah meminta untuk sopir taksi memutar arah untuk menuju tempat seseorang.
Di jalan Dara merenung, langkah apa yang harus ia lakukan?.
Dara bahkan sampai tidak merasakan jika sudah sampai di tempat tujuannya karena terlalu larut dalam pikiranya.
"Udah sampai mbak" ucap sopir membuat Dara tersadar dari lamunannya.
"Makasih ya pak, ini uang nya" ucap Dara sambil menyodorkan uangnya. Setelahnya, Dara keluar dan menatap bangunan yang ada di depannya.
"Permisi" teriak Dara sambil mengetuk pintu rumah minimalis itu.
"Permisi!" Teriak Dara lebih kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, DADDY [END]
RomanceBaca aja lah, bingung ngasih deskripsi apa. [Belum di revisi] Sequel of Berandalan