Yooo!!
Jangan lupa untuk meninggalkan jejaknya, apapun itu aku sangat menghargainya.
Stay safe ya!
Sorry for typo!
Enjoy!
👥👥👥
"Udah bangun lu?" Tanya Rimba sambil memperhatikan Dara yang kini mengerjapkan matanya.
"Kepala Dara sakit" gumam Dara. Rimba melotot panik sambil mengecek suhu badan Dara yang lumayan panas.
"Padahal kemarin gua gak jadi pukul lu pakai kaleng dah, kok beneran geger otak?" Tanya Rimba.
"Lu masih inget gua kan? Coba sebut nama gua siapa?
"Apaan sih, Dara mau muntah" ucap Dara sambil menutup mulutnya.
"Gua belum getok lu pakai kaleng kok udah geger otak aja lu, jangan dulu lah" ucap Rimba membuat Dara gemas.
"Dara mau muntah Rimba" cicit Dara.
Rimba dengan cepat membantu Dara untuk bangun dan mengantarkannya ke kamar mandi. Rimba mengurut leher Dara pelan sambil memegang rambut Dara agar tidak menganggu wajah Dara.
"Huekk hueek"
"Ck, hamil nih cewek" gumam Rimba.
"Eh udah hamil deng, kembar pula anaknya"
"Udah?" Tanya Rimba.
Dara menganggukkan kepalanya, lalu memeluk Rimba karena tubuhnya terasa sangat lemas dan tidak mampu untuk berdiri.
"Lu panas banget, pertanda penghuni neraka mah gini" ucap Rimba sambil menjaga tubuh Dara agar tidak terjatuh.
"Awas itu infusnya jangan sampai copot" ujar Rimba sambil membenarkan tangan Dara.
Rimba membantu Dara untuk kembali ke ranjangnya sambil membenarkan rambut Dara yang terurai berantakan.
"Potong aja lah rambutnya, bila perlu lu gundul aja. Bikin repot aja nih rambut, mau jadi kembaran mak kunti lu?" Gerutu Rimba sambil mengikat rambut Dara menjadi satu.
Dara hanya diam sambil memandang malas ke arah Rimba.
"Gua panggilin dokter dulu, lu diem jangan buat yang aneh-aneh. Hitung sampai 50 gua pasti udah dateng" ujar Rimba sambil melesat pergi meninggalkan Dara yang kini mendengus kesal.
Ia membenarkan kepalanya dan juga tangannya yang di infus. Dara meringis kecil saat merasakan nyeri pada tangannya.
"Kalian baik-baik aja kan di sana? Sabar ya" ucap Dara sambil mengelus perutnya dengan sayang.
Ia mendesah kesal saat rasa pusing kembali menyerang kepalanya membuat Dara mengerang sakit.
"Ini dok, dia pusing terus muntah-muntah. Badannya panas terus juga wajahnya pucat" terang Rimba kepada dokter sambil menuntun dokter itu masuk ke ruang inap Dara.
Dara menoleh melihat dokter dan Rimba yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.
Dara diam saat dokter mulai memeriksanya, sedangkan Rimba hanya memperhatikan dengan wajah seriusnya.
"Gimana dok?"
"Ini karena demamnya, saya akan suruh suster untuk memberikan obat. Sebelum itu, pasien makan dulu. Nanti akan di antarkan kesini, mohon tunggu sebentar" ucap dokter itu membuat Rimba menganggukkan kepalanya.
Setelah dokter pergi Rimba menoleh ke arah Dara yang kini terdiam dengan wajah pucat nya.
"Masih pusing?" Tanya Rimba sambil mengusap kepala Dara yang terasa panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, DADDY [END]
RomanceBaca aja lah, bingung ngasih deskripsi apa. [Belum di revisi] Sequel of Berandalan