SABIANCA : 12

5.3K 581 243
                                    

Hai bestie

I'm back!

Sebelumnya aku minta maaf karena udah ngilang selama 3 bulan ini. Maaf banget yang udah nunggu kelanjutan cerita ini.

Semoga kalian masih suka dan mau membaca cerita ini lagi ya. Thank you.

4000 kata. Semoga bisa mengobati rasa rindu kalian dengan Gasendra dan Faresta ya :)

Happy reading :)

***

Keduanya masih bungkam.

Selepas Djenar mengatakan 'let's a break', sama sekali belum ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Gasendra dan Djenar. Djenar hanya menurut saja dengan Gasendra yang membawanya ke mana. Mereka sudah sampai di sekolah.

Sejujurnya Djenar merasa bersalah setelah mengatakan kalimat laknat tersebut. Dia sangat mencintai Gasendra akan tetapi hatinya merasa lelah. Selama ini Djenar sudah berusaha untuk memahami Gasendra. Namun, Gasendra jarang memahami perasaannya.

"Apa semua ini karena kedekatan aku dan Bianca?"

Djenar menoleh pada Gasendra yang juga menatapnya. Ternyata cowok itu membawanya ke rooftop. Baru kali ini Djenar bolos.

"Enggak," jawab Djenar mengalihkan pandangan ke depan.

"Lalu?"

"Aku cuman capek aja."

Terdengar tawa kecil Gasendra. Djenar mengerutkan kening karena menurutnya tidak ada yang lucu.

"Kamu habis baca chat aku sama Zio kan?" tanya Gasendra menunjukkan layar ponselnya. Djenar lupa belum keluar dari aplikasi chat.

"Aku punya salah apa sama kamu?"

Gasendra mendesah pendek seraya memasukkan ponsel ke dalam saku. Awalnya memang Gasendra menjadikan Djenar sebagai bahan balas dendamnya kepada Zio. Namun, lama kelamaan ia justru merasa terjebak. Terjebak dengan kebaikan dan ketulusan Djenar.

"Nggak ada. Akunya aja yang brengsek."

"Den---"

"Zio. Aku sangat benci sama dia. Gara-gara kehadirannya di dunia, hidup bunda menderita. Coba kamu bayangkan bertahun-tahun diselingkuhi. Sejak aku masih berada di kandungan bunda."

"Dulu disaat aku masih SD, mantan suami bunda selalu membawa Zio ke rumah. Karena aku anak tunggal, aku sangat senang dengan kehadiran Zio. Aku nggak marah dia panggil ayah dengan sebutan papa."

"Aku tahu Zio cinta sama kamu. Lalu aku mencoba mendekati kamu sampai akhirnya kita pacaran. Tujuan utama aku pengen membuat Zio merasakan gimana seseorang yang dicintai direbut oleh orang. Ternyata berhasil. Zio bahkan batal ikut pertukaran pelajar. Padahal yang aku tahu Zio melakukan itu untuk nyokapnya. Bahkan aku tahu kok selama kita berpacaran, Zio masih berusaha mendekati kamu."

Djenar meneguk ludah mendengar kalimat terakhir Gasendra. Namun, ketika Zio mendekatinya, Djenar berusaha untuk tidak menanggapi.

"Tapi nggak bisa, karena aku selalu ingat kamu. Tapi yang diingat justru nggak bisa menghargai aku," ucap Djenar sarkas. Dia hanya berusaha meluapkan kegundahan hatinya.

"Dari segi mana aku nggak menghargai kamu?" tanya Gasendra terdengar dingin.

"Gasendra, apa kamu nggak sadar kalau hubungan kamu dan Faresta itu sudah melebihi batas persahabatan?"

SABIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang