"Lo sama Djenar udah berapa lama sih, Sen?"
"Baru sebulanan. Kenapa?" ujar Gasendra menanggapi pertanyaan Erlang.
Erlang menggeleng. "Tanya doang. Betah juga ya lo."
"Lo pikir Gasendra itu elo apa," balas Alden sewot.
"Dih kenapa jadi elo yang sewot?" tanya Erlang menoyor kening Alden.
"Tapi gue lihat-lihat hubungan lo sama Djenar gitu-gitu aja ya," ujar Arjuna menopang dagu menggunakan satu tangan.
Erlang menjentikkan jarinya. Setuju dengan ucapan Arjuna. "Bener banget, Jun. Beda gitu sama lo dan Faresta."
"Iya deh yang pengamat hubungan orang," komentar Alden.
"Bacot bener lo." Kali ini Erlang menendang kursi yang di duduki Alden.
Gasendra mengangkat bahunya sekali. Bodo amat dengan persepsi sahabatnya itu, Gasendra menjalani apa yang ditakdirkan untuk Tuhan. Lagipula ia sudah berusaha bersikap yang sama antara Faresta dan Djenar.
"Btw, Djenar udah pernah bilang cemburu sama kedekatan lo dan Faresta belum?" tanya Arjuna lagi.
"Belum tuh," jawab Gasendra. Selama ini Djenar juga belum pernah bilang cemburu.
"Tapi ya kalau gue jadi Djenar bakal cemburu sih," balas Erlang.
"Heh cowok prik. Lo itu cowok, Djenar cewek. Yang jadi pacarnya Gasendra itu Djenar, bukan elo," sahut Alden.
Kali ini Arjuna yang menoyor kening Alden. "Kenapa sih lo sewot mulu dari tadi?"
Alden mengerucutkan bibir seraya mengarahkan jari telunjuknya pada seorang cewek berambut ombre ungu. Yaitu Thea yang tengah asyik ngerumpi dengan Faresta, Lissa, dan Jachinta.
"Padahal dekat tapi rasanya sulit untuk digapai."
Gasendra menggeleng-geleng atas sikap Alden yang sangat bucin dengan Thea.
"Tuh kan. Sewotnya sama siapa yang jadi pelampiasan siapa," ujar Erlang kesal.
"Malu tuh sama tatto lo," tambah Arjuna.
Alden mengangkat tangan kanannya yang penuh dengan gambar tatto. "Kalian tahu nggak? Kemarin gue tambah lagi."
"Aurorae?" Arjuna membaca tulisan yang terukir di tangan Alden.
"Bucin tapi nggak pernah dibales. Kasihan deh lo," ejek Erlang menjulurkan lidah.
"Lo ngapain sih Den, tatto nama Thea segala?" tanya Gasendra ikutan kesal.
"Dih napa jadi kalian yang sewot. Terserah gue dong. Duit-duit gue."
"Gue laporin ke BK biar di hapus ah," balas Gasendra hendak berdiri dan Alden cepat-cepat menarik Gasendra untuk duduk kembali.
"Nggak gitu juga anjing!" Alden adalah satu-satunya cowok di SMA Marcapada yang berani membuat tatto di sekujur tangan kanannya. Walaupun banyak juga yang membuat tetapi di tempat tertutup tidak seperti Alden yang terang-terangan. Guru BK sampai pusing tujuh keliling mengingatkan Alden untuk menghapus. Namun, karena tipekal anaknya yang ngeyel apalagi bersahabat dekat dengan Gasendra.
Erlang meletakkan ponselnya di tengah-tengah meja. Ia menunjukkan sebuah foto yang ia tangkap kemarin.
"Lihat deh. Kemarin gue ngeciduk Thea sama nih cowok di cafe."
Alden menyipitkan mata mengamati layar ponsel Erlang. Di foto itu menunjukkan seorang cowok dan seorang cewek dari belakang.
"Bukan Thea itu. Kemarin dia sama gue dan udah gue antar sampai rumah," ujar Alden tak percaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SABIANCA
أدب المراهقين"Katanya dalam persahabatan antara cewek dan cowok itu tidak murni bersahabat. Karena pasti salah satu di antara mereka ada yang memiliki perasaan lebih." Bertahun-tahun lamanya bersahabat dengan Gasendra Sabian Abimana (Gasendra), diam-diam Faresta...