SABIANCA : 04

5.9K 578 165
                                    

"Makasih ya udah antar aku pulang!"

Gasendra mengangguk dan tersenyum tipis. Seperti biasa sebelum pulang ke rumah, ia mengantar Djenar dulu. "Sama-sama, sayang."

"Kamu hati-hati ya! Aku duluan bye!"

Gasendra menatap kepergian Djenar dengan sedikit tak ikhlas. Maka ia mengetuk kaca pintu tengah. Posisi Gasendra memang di luar karena barusan membukakan pintu untuk Djenar.

Kaca mobil terbuka menampilkan Thea dengan wajah masamnya.

"Apa?"

"Gue antar Djenar dulu sampai rumah. Awas aja lo kalau sampai kabur!" Gasendra melayangkan satu kepalan tangan ke udara kemudian berlari mengejar Djenar.

Sedangkan Djenar cepat-cepat menoleh ke belakang saat merasakan ada seseorang yang mengikutinya.

"Loh kamu nggak langsung pulang?"

"Aku antar kamu dulu yuk."

"Lah ini kan udah."

"Maksud aku sampai rumah kamu."

"Nggak usah, Gasendra."

Namun, ucapan Djenar oleh Gasendra terabaikan. Malahan cowok itu berjalan masuk ke dalam gang dulu. Mau tak mau Djenar mengikuti langkah Gasendra.

"Gasendra, udah ya kamu pulang aja."

"Emang nggak boleh kalau aku antar kamu sampai rumah?"

"Bukan gitu. Aku cuman malu."

"Malu? Malu kenapa sih emang?"

"Aku malu karena rumah aku nggak sebagus rumah kamu."

Sudut bibir Gasendra berkedut menahan tawa. Tawa yang dimaksud karena ia merasa lucu saja dengan tingkah Djenar yang menggemaskan.

"Djenar, aku pacaran sama kamu sama sekali nggak mandang fisik atau apapun itu. Aku beneran tulus sama kamu. Lagipula aku juga nggak punya rumah. Aku sama bunda numpang di rumah kakek."

"Tapi kan—"

"Udah ya!" Gasendra menyentuh bahu Djenar. "Rumah kamu yang mana?"

"Itu."

Gasendra mengikuti arah jari telunjuk Djenar yang mengarah ke sebuah rumah bercat coklat. Menurut Gasendra, rumah Djenar bagus untuk level disekitarnya.

Sedangkan Djenar merasa jantungnya berdetak kencang. Sepertinya ia harus segera menyuruh Gasendra pulang. Sebelum sesuatu terjadi.

"Gasendra, kamu pulang ya kan aku udah sampai. Kasihan loh Thea nunggu di mobil."

Gasendra menghela napas panjang. Ia selalu bertanya-tanya kenapa Djenar selalu menyuruhnya untuk pulang.

"Aku belum pamit loh sama ayah ibu kamu."

"Ayah aku masih kerja, ibu juga masih ditoko. Jam segini mereka belum pulang."

"Terus itu motor siapa?"

Gasendra baru menyadari aja jenis motor sport yang terparkir di depan rumah Djenar.

SABIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang