SABIANCA : 08

7K 724 124
                                    

Faresta sedang malas untuk ke kantin. Maka dari itu ia lebih memilih untuk ke perpustakaan. Mengambil sebuah novel acak kemudian mencari tempat duduk di pojok. Suasana perpus tak ramai karena rata-rata siswa berada di kantin.

"Gue kira cewek kayak lo anti banget datang ke perpus."

Tiba-tiba seorang cowok datang dan duduk di samping Faresta.

"Zio," gumam Faresta. Cowok itu adalah Zio. "Ngapain lo di sini?"

"Gue tanya lo ngapain di sini?" tanya balik Zio.

Faresta menunjukkan novelnya. "Baca buku lah."

"Lah tuh ngerti," balas Zio seraya membuka lembar demi lembar buku yang dibaca.

"Maksud gue kan tempat duduk banyak. Ngapain di sini?"

Bukkk ...

Zio justru menutup bukunya hingga menimbulkan suara. Ia menoleh datar menatap Faresta.

"Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tadinya gue mau ngajak lo bicara berdua tapi udah ketemu di sini."

Ngajak bicara berdua? Faresta tidak salah dengar kan. Karena ia memang tidak sedikit akrab dengan Zio. Permasalahan antara Gasendra dan Zio, Faresta juga tahu. Namun, dia tak mau ikut campur.

"So?"

"Lo udah tahu kan apa alasan Gasendra jadian sama Djenar?"

"Alasan? Alasan apa?" tanya Faresta mendadak bingung. Akan tetapi tiba-tiba ia teringat akan sesuatu. "Ah ya gue baru ingat sesuatu. Kemarin waktu gue, bokap, Bian, dan bunda dinner. Bian sempat bicara kalau kalian berdua mencintai cewek yang sama. Dan cewek itu Djenar kan?"

Zio mengerutkan kening. Sekarang ia yang bingung. "Wait! Wait! Wait! Itu artinya lo baru tahu?"

Faresta mengangguk cepat.

Zio menggeleng tak percaya. Pasalnya ia sangat tahu bahwa yang terjadi di hidup Gasendra, Gasendra akan bercerita pada Faresta.

"Gue nggak percaya lo baru tahu. Nggak mungkin Gasendra nggak cerita sama lo."

Faresta terdiam sesaat. Ia mengusap-usap dagunya, memikirkan sesuatu. Betul juga apa yang diucapkan oleh Zio. Gasendra akan selalu berbagi cerita dengannya. Dan bodohnya kenapa Faresta baru sadar sekarang.

"Soal Djenar, dia emang nggak cerita apapun sama gue. Gue aja kaget tiba-tiba dia nembak Djenar di lapangan."

"Dan lo sakit hati kan?"

"Biasa aja," jawab Faresta. "Terus apalagi yang mau lo omongin? Lo mau ngomong cemburu gitu karena kakak lo berhasil mendapatkan orang yang lo cintai?"

"Gasendra ke Djenar itu nggak tulus."

Sontak Faresta melotot dan menggeplak Zio menggunakan novelnya. "Sok tahu banget lo. Bian itu tulus banget ya ke Djenar."

"Oke. Mungkin Gasendra emang cinta sama Djenar. Tapi cinta itu nggak tulus. Gasendra punya alasan lain kenapa harus Djenar yang dipilih."

"Apa maksud lo?"

"Sahabat lo itu mau balas dendam ke gue."

"Balas dendam?" Faresta mengernyit bingung. Balas dendam apa maksudnya. Jangan-jangan balas dendam karena masa lalu mereka berdua. Faresta mengangguk-angguk karena baru paham tentang persoalan ini. Gasendra sengaja pacaran dengan Djenar yang jelas-jelas Zio juga cinta sama Djenar.

"Lo nggak perlu sakit hati deh. Nggak ada hak, Zi. Lo sama Djenar juga nggak jadian kan?"

"Your eyes," umpat Zio memutar bola matanya.

SABIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang