Bunyi alarm mengganggu tidurnya seorang cowok. Dengan mata yang masih tertutup, tangannya meraba-raba nakas untuk mengambil ponsel. Lalu mematikan alarm yang menganggu itu.
Lalu dengan gerakan perlahan, ia mengubah posisi menjadi duduk. Punggungnya tertempel di sandaran ranjang. Matanya terkedip-kedip untuk menetralisir cahaya lampu. Kebiasaannya adalah tidur tanpa mematikan lampu.
Napasnya berhembus kasar. Hatinya berkecamuk sambil mengamati isi kamar yang ditempatinya. Padahal sudah berharap setiap bangun tidur, ia terbangun di kamar yang ia tempati sehari-hari. Bukan terbangun di kamar yang ia tempati sejak kecil.
Alesia benar-benar mengirimnya ke rumah Abimana. Bahkan Alesia juga mengancam jika Gasendra menolak.
Terhitung sudah tiga hari, Gasendra berada di rumah ini. Kemaren juga Samuel lah yang menjemputnya. Pria itu terlihat gembira melihat sang putra yang akan menginap di rumah untuk beberapa hari.
Mulutnya berdecak kesal karena pesan yang ia kirim kepada Alesia belum juga kunjung dibalas. Hanya dibaca saja.
Bunda❤️
Bunda
Mau pulang bun aku
Aku nggak betah di sini
BundaaaaGasendra membanting ponselnya di ranjang. Teringat perdebatannya dengan Alesia terakhir kali. Ya, Gasendra memang sempat berdebat dengan Alesia lagi. Karena Gasendra menolak untuk tinggal di rumah Samuel.
"Bunda akan bawa kamu pulang ke sini lagi, jika kamu sudah meminta maaf pada Faresta?"
Entahlah. Ketika mendengar nama gadis itu, telinga Gasendra langsung panas.
Usai selesai bersiap-siap untuk ke sekolah, Gasendra langsung keluar dari kamar. Sepertinya moodnya hari ini akan buruk sekali.
Dari pertengahan anak tangga yang ia pijaki, sepasang matanya mengarah ke arah meja makan yang sudah di huni oleh 2 pria dan 1 wanita. Beberapa detik kemudian tatapannya beradu dengan Samuel. Namun, Gasendra langsung mengalihkan perhatian dan berjalan cepat.
"Sabian, tungguu!" Suara halus seorang wanita menghentikan langkah Gasendra yang sudah berdiri di ambang pintu utama.
"Kamu sarapan dulu yuk!"
"Nggak," Jawab Gasendra acuh. Cowok itu langsung berjalan cepat menuju mobil.
Gasendra sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mau berhubungan dengan seseorang yang sudah menghancurkan keluarga cemaranya.
Baru keluar dari gerbang perumahan, Gasendra menepikan mobilnya dulu. Ia mengeluarkan sebatang rokok dan menjepit di bibirnya. Seraya kembali mengemudikan mobil, ia mematik ujung rokok dan membuka setengah kaca jendela mobil.
Asap rokok memenuhi isi mobilnya. Anggapannya asap-asap itu adalah isi semua pikirannya.
Ciiitttttttttttt ...
Gasendra terpaksa mengerem mendadak. Disaat ia ingin berbelok ke kiri, ada sebuah mobil yang juga mau berbelok ke arahnya. Buru-buru ia keluar dan menginjak putung rokok di atas aspal. Mulutnya berdecak saat melihat baret di bagian depan.
"Gasendra!"
Cowok itu lantas menoleh. Ia menemukan adik sepupunya yang keluar dari mobil Civic berwarna putih itu. Pandangan Gasendra beralih pada seorang cowok yang keluar dari sisi kemudi.
"Kalau nyetir mobil itu ya lurus, jangan makan jalur lawan. Baru pertama kali pakai mobil ya?"
"Bacot," balas Gasendra

KAMU SEDANG MEMBACA
SABIANCA
Teen Fiction"Katanya dalam persahabatan antara cewek dan cowok itu tidak murni bersahabat. Karena pasti salah satu di antara mereka ada yang memiliki perasaan lebih." Bertahun-tahun lamanya bersahabat dengan Gasendra Sabian Abimana (Gasendra), diam-diam Faresta...