SABIANCA : 10

7.8K 658 138
                                    

Faresta menegakkan tubuh setelah sekian lama tertidur dengan kepala di atas meja. Ia mengucek-ucek matanya khas setelah bangun tidur. Setelah benar-benar melek, ia melirik seisi kelas yang sudah sepi. Terakhir yang diingat kelas masih ramai karena jam pelajaran terakhir kosong.

Buru-buru ia mengambil ponsel untuk mengecek jam. Matanya melotot lebar mengetahui sekarang sudah jam 4. Sedangkan bel pulang sekolah berbunyi jam 3.

Brakkk ...

"Anjing!" umpat Faresta menggebrak meja. "Ini Lissa, Thea, sama Jachinta kenapa nggak bangunin gue ya? Ditinggal juga. Emang kampret tuh bertiga. Awas aja besok!"

Faresta memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dengan perasaan jengkel dan terus mengumpati tiga sahabatnya.

"Itu juga si Sabian. Biasanya kalau gue ketiduran langsung gercep bangunin. Lah ini malah pergi juga. Bangsat emang! Anjing juga jangan lupa. Awas aja kalau nanti ngemis-ngemis minta maaf."

"Udah puas belum ngomelnya?"

Tubuh Faresta menegang mendengar suara itu. Seketika bulu kuduknya berdiri karena merinding. Perasaan ia di kelas ini sendirian. Lalu itu suara siapa. Dan rasanya Faresta tak asing dengan suara tersebut. Seperti suara milik Gasendra yang serak-serak basah.

Perlahan ia menoleh ke belakang dan terlonjak kaget sampai-sampai ia duduk di meja.

"Sabian!"

Gasendra memang benar-benar ada di sini. Dari wajah, Gasendra seperti orang yang baru bangun tidur juga. Gasendra berdiri seraya menaruh ransel di bahu. Ia melangkah mendekati Faresta.

"Yuk pulang!"

Faresta melongo dengan ajakan Gasendra. Udah normal nih cowok, batin Faresta.

"Lo ngajak gue?" tanya Faresta menunjuk wajahnya sendiri.

Gasendra menaikkan satu alis dan melirik sekeliling. "Emangnya di sini ada orang selain kita berdua?"

"Enggak."

"Akhhh!" ringis Faresta menyentuh keningnya setelah dijitak oleh Gasendra.

Gasendra terkekeh lantas ikut mengusap bekas jitakannya di kening Faresta. "Maaf-maaf."

Sayangnya, Faresta menepis Gasendra agar tidak menyentuhnya. Cewek itu kemudian turun dari meja dan mendorong Gasendra agar dirinya bisa keluar.

"Minggir! Gue mau pulang."

"Ayo sama gue!" Gasendra menahan bahu Faresta agar tidak pergi dulu.

"Nggak. Daddy udah jemput gue pasti di depan."

Faresta terbelalak ketika Gasendra tiba-tiba merangkul perutnya dan menarik mundur hingga merasakan punggungnya menabrak dada bidang Gasendra. Faresta mendongak ke atas menatap wajah Gasendra yang sangat dekat karena posisi Gasendra yang menunduk.

"Lihat nih!" Gasendra ikut menatap Faresta. Maka terjadilah aksi saling tatap-tatapan. Sorot mata keduanya sama-sama menyiratkan sebuah kerinduan. Sudah dua harian mereka saling diam. Gasendra yang memulai dan Gasendra juga yang mengakhiri.

SABIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang