SABIANCA : 14

6.7K 696 147
                                    

"Atas nama Sabian, bunda minta maaf ya sayang."

Faresta menoleh sesaat sembari tersenyum tipis. Ia menaruh sendok dan garpu di atas piring lalu menggenggam tangan Alesia. Tadi diam-diam tanpa sepengetahuan Gasendra, Alesia menjemput Faresta di sekolah. Lalu ia mengajak Faresta makan di sebuah restoran.

"Bunda nggak perlu minta maaf. Ini bukan salah bunda kok."

Alesia mengusap rambut Faresta dengan penuh sayang. "Sifat Hanna yang pemaaf sangat menurun pada kamu."

"Oh, ya?"

"Iya dong."

Ini salah satu yang Faresta sukai pada Alesia. Wanita itu sering menceritakan almarhumah Hanna pada Faresta.

"Mama orangnya baik banget ya, Bun?"

"Hanna adalah orang paling baik yang pernah bunda tahu. Dia lebih mementingkan kebahagiaan orang lain daripada kebahagiaannya sendiri."

"Makanya Tuhan ngambil mama ya?" tanya Faresta. "Kayaknya aku ngelakuin itu tapi kok nggak dipanggil-panggil juga ya?"

"Bianca! Istighfar! Jangan ngomong kayak gitu."

Faresta menghembuskan napas kasar seraya mengaduk-aduk makanan di piring hadapannya itu.

"Aku selalu bertanya-tanya. Katanya sebelum lahir di dunia, kita itu diperlihatkan rekaman-rekaman kehidupan di dunia dari lahir sampai kematian. Lalu kira-kira apa ya yang aku lihat dari rekaman kehidupan itu sampai aku mau dilahirkan di dunia."

"Padahal kebahagiaan yang aku pengen bisa peluk mama," lanjut Faresta tersenyum simpul. "Tapi mama udah meninggal setelah melahirkan aku."

"Bunda mengerti apa yang kamu rasakan. Karena bagaimanapun juga bunda ini kan juga seorang anak dan sudah ditinggal oleh ibu," ucap Alesia mengusap-usap punggung Faresta.

"Tapi selain itu apa kamu nggak ingin tahu apa rekaman kehidupan yang membuat kamu mau dilahirkan di dunia?" tanya Alesia.

Faresta mengangguk. "Mau dong, bun. Mungkin lihat daddy nikah kali ya."

"Bisa jadi," balas Alesia. "Bisa jadi juga, kamu berhasil mendapatkan sosok lelaki yang selama ini kamu cintai."

Dalam sekejap, Faresta menoleh pada Alesia. "Bunda, mau tahu nggak siapa cowok yang aku cintai?"

"Boleh. Coba bilang sama bunda siapa cowok itu!"

"Kalau aku jawab anak bunda, bunda percaya?"

Alesia tertawa kecil mendengar hal itu. "Jadi, benar dugaan bunda kalau kamu cinta sama Sabian?"

"Maaf."

"Nggak perlu minta maaf. Kamu nggak salah kok kalau cinta sama anak bunda. Malahan bunda senang tahu."

Restu orangtua sih udah. Sayang, anaknya yang nggak mau.

"Tapi bagaimana dengan Sabian?" tanya Alesia kepo. "Dia masih pacaran sama Djenar, ya?"

"Masih, Bun. Tapi aku nggak apa-apa kok."

"Bianca?"

"Ya?"

"Perjuangin apa yang kamu mau. Nggak boleh nyerah. Kalau capek, istirahat! Tapi jangan lama-lama ya istirahatnya!"

***

BRAKKKK ...

"THEAAAAA!"

PRANGGG ...

Ramuan masker wajah yang tengah diracik oleh Thea, terjatuh di lantai. Ia  menoleh ke arah pintu dan langsung melayangkan tatapan tajam pada kakak sepupunya yang tiba-tiba masuk ke kamar sembari berteriak.

SABIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang