OLSUN

2.7K 258 163
                                    

OLSUN

BIARKAN SAJA

******

Rekkan masih duduk ditempat yang sama. Di pot berbentuk kotak di taman rumah sakit.
Sudah hampir setengah jam sejak Bu Rossa pergi meninggalkannya tadi, ia masih belum juga beranjak.
Hari sudah semakin sore. Sudah seharusnya ia kembali ke ruangan Anita. Karena ia tahu, perempuan itu pasti sudah bosan menunggunya.

Ia masih memikirkan ucapan Bu Rossa tadi. Menawarkan bantuan sekaligus menyudutkannya.
Tersudut?
Apa ia merasa tersudut?
Bagaimana bisa wanita tua itu memintanya untuk menikahi Anita?
Apakah Bu Rossa berniat menjadikan ia sebagai alat tukar?

Keluarga Gunadhi sengaja menjatuhkan perusahaan ayahnya sampai ke titik terendah. Lalai sebentar saja perusahaan besar itu bisa bangkrut dalam sekejap. Entah bagaimana orang orang itu bisa merangkai skenario sebegitu rapihnya.
Hingga seluruh orang mempercayai kepalsuan itu.

Semua karena dendam. Dendam padanya karena telah membuat Anita hampir mati. Dan seolah hidup tanpa ada nyawa. Hidupnya sekedar bersandar pada sisa sisa kerapuhan.

Menikahi Anita adalah syarat utama untuk mengembalikan perusahaan ayahnya. Tapi apa ia mampu?
Sanggupkah ia untuk ikhlas? Sanggupkah ia berkorban untuk orang tuanya dengan menukar kebahagiaannya?
Hidupnya?

Rekkan mengusap kasar wajahnya. Ia menyibakkan rambutnya ke belakang dengan frustasi. Memikirkan ini semua bisa membuatnya gila.

Tidak, ia tidak membenci Anita.
Tidak juga hendak meninggalkannya. Ia tahu ia harus menebus kesalahannya.
Tapi bukankah itu juga bukan sepenuhnya salahnya?

Bukankah cinta tidak bisa dipaksa?
Ia dekat dengan Anita sekarang bukan untuk menjalin hubungan istimewa.
Tapi murni karena ia ingin menebus kesalahannya.
Ia tidak mau ada nyawa melayang sia sia karena dirinya.

Rekkan bangkit dan berjalan meninggalkan tempat itu. Bersamaan dengan beberapa burung yang terbang melewati lembayung senja untuk kembali menuju sarangnya.

_

Rekkan membuka pintu ruang inap Anita dan mendapati perempuan itu mondar mandir dengan penuh kekhawatiran.
Perempuan itu menoleh seketika saat tahu jika Rekkan telah kembali.

Anita menghambur memeluknya. Wajahnya terlihat cemas. Melingkarkan kedua tangannya dileher Rekkan.
Namun gadis itu hanya diam tanpa membalas pelukannya.

"Kemana aja? Kenapa sangat lama?" Tanya nya merengek.

Rekkan memejamkan mata. Lalu dirasakannya Anita melepas pelukannya.
Perempuan itu merasa aneh karena Rekkan tak mau membalas pelukannya. Apa Rekkan marah padanya?

"Ada apa?
Kamu nggak suka aku peluk?" Tanyanya. Ia meraih wajah Rekkan untuk ditatapnya.

Gadis itu hanya menggeleng lemah.

"Bukan gitu" jawab Rekkan lemah.

"Lalu kenapa? Kamu perginya lama. Dan sekarang kamu murung begini? Apa ada masalah?" Tanyanya lagi.

Rekkan menurunkan tangan Anita dari pipinya. Membuat perempuan itu menatapnya penuh tanya.
Anita ikut murung melihat Rekkan seperti itu.

"Kenapa Rekkan?
Kamu marah sama aku? Kamu marah karena aku nyusahin kamu? Kamu... Kamu marah karena aku selalu merengek dan nggak mau ditinggal?
Rekkan, aku.... Aku janji nggak akan ngerepotin kamu. Aku janji nggak akan bikin kamu susah susah lagi. Aku nggak akan merengek lagi, aku janji Rekkan aku janji. Jangan marah lagi...."

Anita berucap dengan sesenggukan. Ia tidak bisa lagi menahan tangisnya.
Ia terus meminta maaf telah membuat Rekkan marah.
Airmatanya semakin deras karena gadis itu masih saja diam.

MENCINTAI REKKAN 2 : BELENGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang