YENİDEN BULUŞMAK

3.2K 281 124
                                    


YENIDEN BULUSMAK

BERTEMU KEMBALI

****

Sesuai dengan apa yang Bu Rossa sampaikan ke Rekkan beberapa hari yang lalu. Hari ini Rekkan mendatangi rumah sakit tempat Anita dirawat.

Awalnya ia ragu. Namun ia memutuskan untuk menemuinya hari ini. Tidak peduli apa responnya nanti.

Setelah bertanya pada resepsionis dimana ruang rawat Anita, Rekkan pun melanjutkan langkahnya. Ditangannya menjinjing sesuatu.

_

Rekkan telah sampai didepan ruang rawat Anita. Baru saja ingin mengetuk pintu, ia terkejut saat beberapa orang suster keluar dari ruangan tersebut.

"Maaf, cari siapa?" Tanya seorang suster.

"Benar ini ruang rawat pasien Anita Mara Gunadhi?" Tanya Rekkan.

"Ya benar. Tapi..." Ucapannya terpotong.

"Saya ingin menjenguk. Izinkan saya masuk suster" Rekkan memohon.

"Baiklah. Tapi biarkan saya menemani anda kedalam" ucapnya.

Rekkan pun menyetujuinya.
Akhirnya suster itu mengantar Rekkan ke dalam.

Rekkan terhenyak.
Diatas ranjang, Anita duduk memejamkan mata. Bersandar pada sandaran ranjang.
Tapi mirisnya, kedua tangan perempuan itu terikat.

Rekkan tidak dapat berkata kata. Bukankah biasanya, seorang pasien yang tangannya terikat seperti itu adalah pasien yang mengalami gangguan jiwa?
Tidak, tidak mungkin Anita seperti itu.

"Kenapa tangannya harus diikat seperti itu suster?" Tanya Rekkan.

"Pasien melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. Jadi kami terpaksa mengikat tangannya" jawab suster itu.

Mungkin karena mendengar percakapan didekatnya. Anita pun mulai membuka mata.
Seketika matanya melebar. Melihat seseorang yang selama ini dirindukannya berdiri didepannya.

Anita menegakkan badannya. Kini matanya beradu pandang dengan Rekkan.
Gadis itu juga diam menatapnya. Seolah dunia menjadi sepi. Seolah hanya ada mereka berdua.

Dari tatap matanya, Rekkan jelas tahu betapa besarnya kerinduan yang Anita simpan selama ini. Perempuan itu menatapnya dengan sendu.
Rindu yang tertampung selama ini tak bisa ia tahan tahan lagi.

Rekkan merasa iba. Perempuan itu tampak kurus. Kantung hitam melingkar dibawah matanya. Bibirnya mengering. Wajahnya pucat pasi.

Anita meronta ronta minta dilepaskan. Ia ingin segera berlari pada Rekkan. Memeluknya, melampiaskan rindu pada hangat dekapannya.
Anita tidak bisa menahan tangis. Meronta ronta dan memanggil manggil nama Rekkan.

"Rekkan..  Rekkan..."

"Bawa aku pergi dari sini Rekkan..."

"Aku nggak mau disini..."

Perempuan itu terus menghiba. Meminta dibawa pergi dari tempat itu.
Rekkan menghapus setitik airmata yang menggenang dipelupuk matanya. Melihat kondisi Anita seperti itu, membuatnya semakin merasa bersalah.

"Tolong lepas ikatannya suster" ucap Rekkan.

"Kami tidak bisa melepasnya" ucapnya.

"Tidak apa. Lepaskan saja sekarang" ucap Rekkan lagi.

"Tapi.."

"Dia tidak akan menyakiti saya" Rekkan menyela ucapannya.

Maka mau tak mau, suster itu pun melepas ikatan di kedua tangan Anita. Lalu pergi meninggalkan keduanya.

MENCINTAI REKKAN 2 : BELENGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang