RAPSODI

1.6K 171 23
                                    

(YANG NEKAD MENJIPLAK, MATI!!)

**

Anna masih berada dengan urusannya di Paramaribo. Dia tidak sendiri sebenarnya. Dia ditemani mantan pacarnya, Alejandro.
Ingat, mereka hanya teman sekarang. Tidak ada kisah yang kembali. Itu menurut Anna, entah jika menurut Alejandro.

Dia tampak mondar mandir dengan ponsel di telinganya. Seperti seseorang yang panik entah bingung.
Dari jauh, Alejandro hanya menatapnya sambil meminum kopi.

'kenapa nggak aktif terus sih?
Sibuk banget ya dikampusnya?'

Dari sini kita tahu siapa yang sedang dihubungi oleh wanita itu. Sejak tadi ia mencoba menghubungi Rekkan, tapi gadis itu tidak menjawabnya.

Sudah dua hari ini Rekkan susah dihubungi. Kalau kemarin masih bisa membalas pesannya walau hanya sekali. Tapi hari ini tidak, bahkan sejak pagi pun gadis itu tak ada kabar sedikitpun.

Alejandro berjalan menghampiri. Sepertinya ia terusik dengan Anna yang terus mondar mandir.

"Ada apa? Tanyanya.

Anna menoleh pada pria dibelakangnya itu.

"Aku menghubungi seseorang, tapi tidak bisa. Aku hanya khawatir, takut terjadi sesuatu yang tidak tidak padanya" jawab Anna.

"Mungkin dia sibuk"

"Entahlah. Aku khawatir. Dia pernah hilang kontak denganku. Dan ternyata dia sedang koma karena kecelakaan.
Dan sekarang aku jadi takut terjadi apa apa dengannya"

"Coba hubungi keluarga atau orang terdekatnya"

"Aku sudah menghubungi orangtua nya tapi sama saja"

Alejandro hanya menatap ke depan membiarkan Anna yang tampak frustasi. Karena ia sendiri juga tidak tahu harus berbuat apa.
Meski sebenarnya ia penasaran dengan seseorang itu. Mengapa Anna sampai sebegitu khawatirnya.

Alejandro menoleh saat seseorang datang. Ia pun tahu jika seseorang itu mencari Anna. Ia lalu menyuruh orang itu pergi.

"Seseorang mencari mu Silvana, sebaiknya cepat temui" Ucapnya.

"Ah baiklah. Aku akan menemuinya sekarang. Tunggu saja disini ya"

Alejandro hanya mengangguk. Ia menatap kepergian Anna yang menghampiri orang orangnya.

Jika saja boleh, jujur, ia ingin kembali pada wanita itu. Meski ia pernah ditinggalkan saat dulu, ia tak pernah sekalipun membencinya.
Tapi waktu sudah berlalu sangat lama. Kisah itu pernah ada dimasa remaja mereka. Dan kini keduanya sama sama telah tumbuh menjadi dewasa.

Apa mungkin Anna masih sama seperti dulu? Masihkah wanita itu sama dengan gadis yang ia cintai dulu?
Bahkan detik, menit, hari ataupun bulan pun bisa merubah seseorang dengan begitu tiba tiba.
Apalagi jika sudah lewat bertahun tahun seperti ini? Ia merasa sanksi jika perasaan Anna masih seperti dulu.

Melihatnya kembali setelah sekian lama berpisah, ia merasa kembali jatuh cinta, pada wanita yang sama.
Tapi mungkin saja wanita itu telah memiliki seseorang yang baru.
Yang telah menggantikan dirinya selama ini.

"Todavia te quiero"

***

Tidak terlalu banyak orang pada acara sakral hari ini. Hanya dihadiri oleh beberapa kerabat dekat dari kedua belah pihak.

Rekkan memakai gaun pernikahan warna putih yang lebih simpel tapi tak mengurangi kesan elegannya. Ia telah bersama kedua orangtuanya dihadapan para tamu. Menunggu Anita dan orangtuanya.

Ia berada disana bersama orang orang itu. Ramai dengan suara suara mereka. Namun Rekkan seolah tak mendengar apapun.
Ditelinga nya hanya ada kesunyian. Pandangan matanya terlihat kosong. Sejak tadi tidak terlihat senyumnya.
Ia hanya diam melamun tanpa menghiraukan apapun yang ada disekitarnya. Bukankah orang yang akan menikah seharusnya bahagia?

Orangtuanya bukan tidak menyadarinya. Mereka tentu tahu apa yang terjadi dengan anaknya itu. Gadis itu lebih banyak diam. Bahkan sejak bangun tidur hingga dirias pun ia hanya diam. Beberapa bule yang meriasnya pun berusaha menggoda nya. Namun sama sekali tak ia indahkan.

Pak Winarya merasa bersalah. Ia tidak ingin anaknya seperti ini. Menikahi seorang wanita, yang jauh lebih dewasa karena sebuah perjodohan.
Namun ia tidak bisa bertindak apapun. Bahkan keikhlasan anaknya sekalipun. Membuatnya semakin merasa bersalah.

Ia tidak membenci Anita. Calon menantunya itu orang yang baik. Meski orangtuanya pernah menjatuhkannya, tapi itu bukan kesalahan Anita.
Ia tahu betapa Anita mencintai anaknya. Betapa terpuruknya saat anaknya menolaknya.
Tapi, haruskah anaknya berkorban sejauh ini?
Apakah anaknya akan bahagia nanti?

Ia menyeka airmata yang menggenang di pelupuk matanya saat istrinya menyentuh pundaknya. Bu Andhini tahu apa yang dirasakan suaminya. Ia juga merasakan hal sama.

Kedua orangtua itu hanya menatap sendu anaknya yang duduk melamun di kursi.
Mereka yakin semua akan baik baik saja.

Seketika semua mata tertuju pada satu arah.
Anita yang berjalan dengan orangtuanya. Dengan gaun putih yang sangat cantik. Terus tersenyum pada gadis yang berdiri beberapa meter darinya.

Rekkan berdiri menatap kearah Anita. Ia jelas tahu betapa bahagianya wanita itu. Senyuman nya tak pernah luntur sedikitpun.

Kedua pengantin itu telah saling berhadapan. Anita yang tak mampu membendung rasa bahagianya. Dan Rekkan yang mencoba tersenyum.

Keduanya melangsungkan pernikahan yang sakral. Didepan orangtua masing masing dan para kerabat. Di negara orang. Dan keadaan pasti akan banyak berubah sekembalinya mereka nanti.

"Kasih andai angan ku bersuara
Dia kan bernyanyi
Rapsodi indah yang kan bermuara di fajar hati

Kelingking kita berjanji
Jari manis jadi saksi
Bahagia hingga sang bumi
Enggan berputar lagi"

Semua orang disana begitu menikmati sebuah lagu yang sedang dinyanyikan oleh seorang penyanyi dengan suara merdu.
Sama halnya dengan Anita yang ikut melantunkan lagu itu dengan lirih dan terus tersenyum. Tangannya tak lepas menggenggam tangan kanan Rekkan.
Kedua nya telah memakai cincin yang sama indahnya.

Rekkan hanya sesekali tersenyum jika Anita menatapnya. Ia sudah ikhlas dengan pengorbanan nya ini. Semua demi orangtua nya. Ia berharap bisa bahagia dengan semua ini.
Meski ia tahu kedepannya pasti akan selalu penuh dengan rintangan dan ujian, jika ia masih percaya pada Tuhan, ia yakin semua akan baik baik saja dan lebih baik.

"Kamu hafal lagunya?" Tanya Anita.

"Enggak. Vallen yang hafal. Mau dinyanyiin sama dia?" Ucap Rekkan.

"Tapi yang nikah sama aku kan bukan Vallen hahaha" Anita tertawa.

"Kalau mau nikah sama Vallen biar aku teleponin" Rekkan mengusulkan.

"Ogah. Kan aku cintanya sama kamu" seru Anita.

"Ya udah jangan ngomongin anak badak itu. Entar kupingnya ngebul" ucap Rekkan.

"Dih apaan, orang kamu yang mulai" seru Anita

Keduanya tertawa kecil tanpa mempedulikan orangtua masing masing yang menatap mereka.

Pak Winarya, Bu Andhini, Pak Hengky, mereka begitu terharu menyaksikan putrinya yang akan memulai hidup yang baru. Berbeda dengan Bu Rossa yang tidak terharu sama sekali apalagi menangis. Perempuan tua itu malah asyik mengobrol dengan kenalannya.

Lagu yang dinyanyikan pun berganti. Masih dalam suasana yang sama. Bahagia dan haru.

KELINGKING KITA BERJANJI

JARI MANIS JADI SAKSI

BERSAMBUNG

MENCINTAI REKKAN 2 : BELENGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang