SADECE GEÇİCİ

2.7K 258 105
                                    

SADECE GEÇİCİ

HANYA SEMENTARA

*****

Rekkan duduk di kursi belakang bersama Anna. Sementara didepan, ada Farhan yang sibuk mengemudikan mobil.

Ketiganya sedang dalam perjalanan menuju bandara. Sebab hari ini, Anna akan berangkat ke Mexico. Negara asal papanya.

Sejak tadi, tangan keduanya saling menaut, seolah tidak ingin terlepas barang sedetik.
Dengan Anna yang menyandarkan kepalanya dipundak kanan Rekkan.

Perempuan itu terlalu takut untuk rindu yang siap menyerang.
Tak bersua sehari saja ia sudah kelimpungan. Apalagi jika harus berada dibelahan bumi lain?
Menyimpan rindu berhari hari dan tidak tahu kapan akan tersampaikan.

Bukan tidak pernah ia berada jauh dari Rekkan. Ia pernah berpisah sementara waktu dengan Rekkan. Dulu, saat gadis itu belum mengalami kecelakaan.
Dan bahkan ia tidak mengenal gadis itu sejak lahir.
Ia mengenal Rekkan di usianya yang sudah dewasa.
Tidak ada masalah.
Tapi setelah mengenal gadis disampingnya ini, ia tidak terbiasa tanpanya.
Entahlah, ia merasa senyap memenuhi rongga rongga waktu saat tidak bersama Rekkan.

Rekkan sesekali melirik kearah Anna. Memastikan jika kakaknya itu baik baik saja. Meski ia tahu jika kakaknya itu sedang tidak baik baik saja. Ya, ia bisa merasakannya bahkan hanya melalui genggaman tangan.

"Cuma sementara. Kakak nggak perlu khawatir" ucap Rekkan menenangkan.

Anna menghembuskan nafas dengan berat. Ada sedikit sesak, bahkan juga rasa takut.
Ia tidak tahu mengapa, tapi kali ini ia merasakan ketakutan yang teramat sangat.
Ia tidak tahu mengapa rasanya tidak rela berjauhan sedikitpun dari Rekkan.
Ia takut,
Ia takut jika saat kembali nanti, segala keadaan telah berbeda. Ia tidak akan siap dengan perbedaan yang mengerikan.
Tak tahu kenapa, tapi ia merasakan sebak yang amat sangat memenuhi rongga dada.

"Kita bisa teleponan, video call, apapun. Kita bisa melakukannya sampai kakak mengantuk. Sampai pagi pun boleh" Rekkan kembali menenangkan.

Anna hanya menggelengkan kepala. Ia membenamkan wajahnya ke pundak Rekkan. Rasanya airmatanya telah menggenang. Sungguh, ia tidak tahu apa yang terjadi dihatinya. Tapi ia merasa takut.

"Dulu, kita pernah berpisah sementara. Tapi kakak nggak pernah setakut ini. Rasanya ada yang sakit. Tapi kakak nggak tahu kenapa" ucapnya lirih.

Farhan yang sedang mengemudi pun melirik dari kaca kecil diatasnya.
Melihat Rekkan yang kini memeluk atasannya itu. Sesekali menciumi keningnya saat atasannya itu mulai terisak.

"Sssttt.. udah ya. Jangan nangis dong. Kan kita masih ketemu lagi. Jadi jangan sedih" ucap Rekkan.

"Kakak kangen" Anna merengek.

Rekkan terkekeh pelan mendengar ucapan Anna.

"Belum juga berangkat, udah kangen aja" ucapnya.

"Kakak serius. Kakak udah kangen sama kamu" ucap Anna dengan wajah yang dibenamkan dileher Rekkan.

Mobil pun terus melaju membelah jalanan ibukota. Terus menuju bandara untuk mengantarkan Anna yang hendak terbang ke negeri kelahirannya.

***

Farhan mendorong koper milik Anna. Berjalan dibelakang Rekkan dan Anna yang berjalan bergandengan.

Laki laki itu sesekali menatap atasannya. Ia tidak tega melihat perempuan itu bersedih. Padahal hanya sementara saja atasannya itu berpisah dari Rekkan.

Anna menangkup pipi Rekkan sambil menangis. Rasanya ia benar benar takut.
Bahkan rasa takut yang belum diketahui penyebabnya itu pun terasa jauh lebih menakutkan dari rindu untuk Rekkan.

MENCINTAI REKKAN 2 : BELENGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang