Sejak tadi Anita tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Tangannya pun enggan melepas genggamnya ditangan Rekkan yang duduk disebelahnya.
Wajahnya berbinar, lebih cerah dari yang bisa dibayangkan. Tentu saja, perempuan mana pun pastilah bahagia saat pujaan hatinya meminangnya.Perempuan itu berbincang dengan calon mertuanya. Wajahnya terus berbinar dan tersenyum. Sesekali orangtuanya pun ikut menimpali.
Berbeda dengan gadis yang duduk disebelahnya, yang tidak ikut dalam obrolan itu.Rekkan hanya melihat kearah meja didepannya. Ia membiarkan tangan kanannya berada dalam genggaman Anita.
Ia tidak tertarik dengan obrolan orang orang itu. Ia hanya menimpali sesekali jika mendapat pertanyaan.Tubuhnya berada ditempat itu memang. Tapi tidak dengan pikirannya.
Pikirannya itu terasa melayang di udara. Terombang ambing diantara debu yang beterbangan mengikuti angin.Kesadarannya kembali saat Anita menyentuh pipinya. Tersenyum manis padanya. Membuat Rekkan menoleh menatapnya.
"Biarin aja orang tua kita ngobrol ya? Kita keluar nyari udara segar. Lagipula aku tahu kamu pasti bosan sama obrolan mereka" ucap Anita.
Rekkan memperhatikan sekejap pada orang tuanya yang asik berbincang dengan calon mertuanya. Keempat nya terlihat asik tanpa mempedulikan anaknya masing masing.
"Mau?" Anita bertanya lagi.
"Hmmm oke" Rekkan tersenyum.
Keduanya pun berdiri masih dengan tangan saling menggenggam. Hendak keluar namun harus terhenti saat Bu Andhini bertanya.
"Kalian mau kemana?" Tanya Bu Andhini.
"Saya dan Rekkan mau nyari udara segar sebentar Bu" Anita menjawab.
"Ya udah, tapi jangan lama lama ya? Bentar lagi kita makan malam" kali ini Bu Rossa yang bersuara.
Anita mengangguk dan menarik pelan Rekkan agar mengikutinya.
Masih dengan saling bergandengan. Membuat orang tua masing masing pun saling menggelengkan kepala dan tersenyum.
Ya, mereka juga pernah berada pada masa muda._
Rekkan dan Anita berdiri diluar. Tepatnya diteras belakang rumah. Berdiri bersandar pada pagar tembok yang terdapat beberapa tanaman bunga. Dan disana ada taman yang cukup luas dan juga ada kolam renang.
Keduanya melongok. Menatap beberapa bintang yang tampak dilangit. Hanya sedikit, menemani sang rembulan yang malu malu dibalik awan hitam malam ini."Kamu sengaja bikin kejutan ya malam ini? Aku beneran terkejut waktu tiba tiba kamu ada disini sama orang tua kamu. Dan kamu minta izin melamar aku" tanya Anita.
Perempuan itu berdiri menghadap Rekkan. Tubuh bagian sampingnya ia sandarkan dipagar tembok. Menunggu Rekkan menjawab, sebab gadis itu masih asyik menatap langit yang sedikit mendung.
"Namanya kejutan kan nggak boleh dikasih tahu. Kalau dikasih tahu, kakak nggak bakal terkejut lagi" jawab Rekkan seraya menatap Anita.
"So sweet banget sih calon aku" Anita terkekeh pelan.
Rekkan tersenyum membalasnya. Perempuan disampingnya itu hanya tidak tahu sandiwara yang tengah ia peran kan.
"Aku cuma masih sedikit nggak percaya aja sama semua ini.
Aku sempat berpikir ingin mengakhiri hidup aku saat kamu menolakku. Menahan rindu dan sepi dengan tragis. Dan kamu datang kembali. Itu membuat aku merasa jatuh cinta lagi. Dan rasanya malah semakin menjadi" ucap Anita.Rekkan mendengarkan nya dengan seksama.
Ia tahu arah pembicaraan ini."Aku sempat merasa khawatir. Takut kamu pergi lagi. Aku nggak akan sanggup hidup dalam keputus asaan untuk kedua kalinya.
Dan aku merasa ini semua seperti mimpi. Saat kamu datang bersama orangtua kamu dan melamarku.
Tapi aku sadar, ini semua nyata. Terimakasih Rekkan" lanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI REKKAN 2 : BELENGGU
Ficção AdolescenteKarena tidak semua orang mengerti, BAGAIMANA CARA MENGGUNAKAN HIDUP