ZAMANI DEĞİŞTİR

4.4K 297 90
                                    


ZAMANI DEGISTIR

BERGANTI  WAKTU

****

Perempuan dengan wajah pucat itu hanya duduk diatas ranjang rumah sakit. Memakai pakaian pasien berwarna putih dengan garis garis tipis. Ia hanya duduk termenung menghadap jendela kaca. Tatapannya kosong dan begitu sendu.

Terkadang perempuan itu akan menangis. Menangis dalam diam. Tanpa isakan, tanpa ekspresi, tapi airmata terus saja mengalir.

Ia hanya tidur. Dan jika bosan tidur, ia akan duduk melamun seperti itu. Terkadang tersenyum saat mengingat sesuatu yang indah.
Tapi akan tiba tiba menitikkan airmata saat sesuatu yang melukai batinnya mulai mengusik.

Makanan yang diberikan oleh para perawat pun tak pernah ia sentuh.  Obat yang seharusnya ia minum pun tak pernah ia lirik.
Jika dipaksa, kedua benda itu akan melayang dan mengotori lantai.

Tubuhnya lebih kurus daripada dahulu. Wajahnya tak pernah berseri. Bibir yang dulu selalu tersenyum kini nampak kering.

Bekas sayatan di kedua pergelangan tangannya masih membekas.
Padahal sudah lama perban itu dibuka. Namun bekas luka itu belum juga hilang.

Sudah lewat berbulan bulan sejak peristiwa pilu waktu itu. Dimana ia melukai pergelangan tangannya sendiri. Terlalu parah dan darah mengucur deras tepat dari nadinya.
Terlambat sedikit saja nyawanya tak akan bisa tertolong.

Kini lukanya membaik. Tapi luka dibatin nya tak pernah pulih.
Hingga ia kembali gelap mata dan kembali melukai dirinya sendiri.
Berakhir dengan bertambahnya luka sayatan di pergelangan tangan kirinya.

Orang tua nya tak pernah lelah menjenguk. Namun perempuan itu tak pernah membuka suara. Tak pernah mau bicara.
Seolah hidupnya sudah penuh dengan rasa hampa.

Seseorang baru saja membuka pintu ruangannya. Menatap sendu pada perempuan yang hanya duduk melamun itu.
Menghampirinya, dan memberikan satu kecupan sayang dikepalanya.
Memeluknya lembut.

"Mama sadar selama ini mama jarang memperhatikan kamu.
Tapi mama sakit lihat kamu seperti ini" ucapnya.

Wanita 55 tahun itu menangis saat memeluk anaknya. Namun sedikitpun tak pernah ia mendapat balasan. Anak perempuannya itu terlalu senang berdiam melamun.

"Mama berjanji akan membuat orang yang menyakitimu menderita. Mama akan membuat orang itu meminta maaf dan bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat ke kamu.
Mama cuma ingin kamu sembuh. Kembali seperti kamu yang sebelumnya" ucapnya lagi.

Lalu wanita itu mengeluarkan sesuatu yang dibawanya.
Ia membuka sebuah kotak putih yang berisi kue tart yang tak terlalu besar.
Menyalakan lilin dengan angka 29. Lalu kembali menatap anaknya.

"Hari ini ulang tahun kamu kan? Kamu ingat?" Tanyanya.

Lagi dan lagi anaknya itu tetap diam. Kue dengan nyala lilin itu pun sama sekali tak menarik minatnya.
Membuat mamanya terisak.

"Mama tahu mama selalu melupakan ulang tahun kamu.
Mama tahu mama tidak pernah merayakan ulang tahun kamu. Maaf, bahkan sampai sekarang, mama tidak ingat kapan terakhir kali merayakan ulang tahun kamu" ucapnya.

Wanita itu memanjatkan doa didalam hatinya. Mengharap kesembuhan untuk anak semata wayangnya.
Lalu lilin itu pun ia sendiri yang meniupnya. Karena anaknya sama sekali tak mau meliriknya.

"Mama janji, mama akan kembalikan senyum kamu. Apapun caranya"

Wanita itu kembali memeluk anaknya.
Betapa ia merindukannya. Merindukan anaknya yang melupakan kehidupannya.

MENCINTAI REKKAN 2 : BELENGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang